~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#18 Kedai 1001 Mimpi


Judul Buku : Kedai 1001 Mimpi
Penulis : Valiant Budi (@vabyo)
Halaman : 444
Penerbit : Gagas Media

Saya mendapatkan informasi tentang buku ini langsung dari linimasa penulisnya, @vabyo, sekitar bulan April 2011. Kalau tidak salah, twitnya waktu itu disertai link ke website buku ini. Baru pada bulan Mei 2011 saya membelinya di Makassar, dan langsung melahap habis buku ini. Saya tertarik membelinya karena ada tagline "Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI".  Dan pas membacanya ada gabungan perasaan sedih, takjub, lucu, dan terkejut. Komplit.

Valiant Budi a.k.a Vabyo, sebagai penulis, menceritakan kisahnya mulai dari dia melamar pekerjaan untuk bekerja di luar negeri sampai dengan kepulangannya kembali ke tanah air.  Di KSA (Kingdom of Saudi Arabia) Vabyo bekerja sebagai seorang barista di kedai kopi internasional. Banyak kejadian dan orang-orang yang ditemuinya membuat Vabyo malah ingin cepat-cepat kembali ke tanah air.

Saya pribadi tidak menyangka bahwa di negara 1001 aturan itu, justru penduduknya terkesan arogan yang menganggap orang dari suku bangsa lainnya memiliki derajat yang lebih rendah.  Seharusnya buku ini menjadi bacaan wajib bagi para TKI sebelum ke KSA. Minimal biar dapat gambaran bagaimana situasi atau keadaan di sana.

Lama sesudah membaca buku ini, saya sempat mengikuti linimasa @vabyo. Beberapa kali dia menceritakan bahwa banyak yang mencaci maki dirinya gara-gara buku ini. Ada yang mengatakan dia kafir, ada yang bilang dia berdusta, dan ada yang bilang dia sengaja menjelek-jelekkan KSA. Padahal di halaman awal bukunya ada tertulis pernyataan dari Valiant Budi

Kedai 1001 Mimpi berdasarkan kisah nyata. Beberapa nama dan tempat saya samarkan demi perlindungan dan permintaan. Saya tak meminta Anda untuk percaya. Silahkan cari data atau buktikan sendiri.
Well, it's your right to judge. But for me, I do believe :)

Btw, terlepas dari isi buku ini, saya menyukai cover dengan gambar gelas styrofoam dan tulisan Indunisi di bawah Saudi dan Filipini. Apalagi penulisan masing-masing bab menggunakan huruf Arabic style. Seandainya tidak ada typo salam buku ini, saya akan memberikan lima bintang. Tapi seperti layaknya cetakan pertama setiap terbitan, biasanya ada typo yang tersebar. Jadi empat bintang untuk Kedai 1001 Mimpi.


Be First to Post Comment !
Post a Comment