~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#34 Dear Corrine, Tell Somebody! Love, Annie


Judul Buku : Dear Corrine, Tell Somebody! Love, Annie
Penulis : Mari Evans
Halaman : 47
Penerbit : Just Us Books

Corrine bersahabat dengan Annie. Suatu hari Annie mendapati Corrine menghindari dirinya dan tidak mau berbicara dengannya. Annie bingung, dan berusaha mendekati Corrine. Tapi Corrine seperti tidak tersentuh. Akhirnya Annie mengirimkan surat kepada Corrine . Beberapa kali Annie mengirimkan surat, tapi Corrine tidak juga membalasnya. Annie tidak putus asa. Bahkan Annie meminta bantuan Suster Price untuk meyakinkan Corrine.

E-book ini adalah fiksi yang ditulis dalam bentuk kumpulan surat-surat Annie, Suster Price, dan Corrine. Dari surat-surat tersebt, kita bisa membaca bahwa Corrine terlibat dalam masalah serius berupa child abuse. Corrine tidak berani bercerita, sehingga permasalahannya terus berlarut-larut. Corrine akhirnya merasa tidak berharga, dan dia tidak mau lagi berbicara dengan sahabatnya, Annie.

Seringkali jika seorang anak menjadi korban kekerasan, apalagi jika dilakukan oleh orang terdekat, anak tersebut akan menutup diri dan menyimpan lukanya sebagai suatu rahasia. Buku ini mengajak kita untuk menjadi teman yang perhatian, dan mau menolong teman yang mengalami masalah tersebut. Perhatian itu harus diberikan secara terus menerus, sampai si anak mendapatkan perlindungan.

Walaupun buku ini ditujukan bagi anak-anak berusia 8-12 tahun, tapi buku ini juga bisa dibaca bersama orang tua, atau bahkan bersama teman-teman dan guru. Dan saya rasa, orang dewasa pun harus membaca buku ini.



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012

#33 Tiga Venus


Judul Buku : Tiga Venus
Penulis : Clara Ng
Halaman : 294
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Berhati-hatilah dengan permintaanmu. Jangan sampai tanpa kau sadari ada bintang yang jatuh saat permintaanmu terucap :)

Tiga wanita. Tiga kehidupan. Tiga persoalan.

Juli, ibu rumah tangga. Mempunyai tiga orang anak dan sedang hamil muda. Kesibukannya mengurus keluarga membuat kepalanya hampir pecah. Belum lagi dengan pekerjaan sambilannya, memasak catering untuk dua perusahaan besar. Jika saja dia tahu kehidupan setelah pernikahan yang akan dia alami, mungkin dia tidak akan menikahi Kevin, suaminya sekarang ini.

Emily. Direktur sebuah perusahaan perhiasan di Jakarta. Lajang, cantik, dan kaya. Hidupnya hanya dipersembahkan untuk kerja, kerja, dan kerja. Dia ingin membuktikan bahwa gender tidak ada hubungannya dengan kualitas. Karena sibuknya bekerja, dia tidak mau memikirkan mengenai pasangan hidup, apalagi berkeluarga. Satu orang pembantu dan satu ekor kucing sudah cukup baginya. Tapi jika pekerjaan sudah menyita semua waktunya, bahkan di saat dia seharusnya beristirahat dia masih menemani si bos di kantor, Emily merasa hidupnya mulai kacau.

Lies, janda muda yang memilih bercerai daripada menjadi korban KDRT oleh suaminya. Akibatnya, Lies tidak lagi percaya pada makhluk bernama pria, dan menutup pintu hatinya untuk pria manapun. Beruntung baginya yang adalah guru, dia bisa menenggalamkan dirinya dalam buku-buku sastra untuk diajarkan pada murid-muridnya. Tapi, Lies tidak bisa menutup mata terhadap satu kata yang sangat sensitif, yang sayangnya melekat pada dirinya. Janda.

Dan ketiga Dewi Venus turun tangan, dan ikut campur dalam ketiga masalah wanita-wanita itu, yang terjadi adalah kekacauan yang lebih besar. Bayangkan saja, Juli harus menjadi Lies, Lies menjadi Emily, dan Emily menjadi Juli, hanya dalam satu malam saja.

Itu hanya permulaan saja. Bingung, kaget, dan tidak terima terjebak di dalam tubuh orang lain membuat baik Juli, Emily dan Lies merasa lebih kacau lagi. But live must go on. Tidak mungkin bagi mereka menjelaskan pada semua orang di sekitar mereka tentang apa yang mereka alami. Bisa jadi mereka akan dianggap gila, dan tentu saja tidak ada satupun yang percaya. Ketiga wanita ini harus bisa menjalani kehidupan yang berbeda dan tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Tapi bukan berarti mereka menjadi pasrah. Masing-masing mulai membenahi kehidupan si tubuh tempat jiwa mereka terdampar. Emily mulai menunjukkan pada mertuanya (Juli) bahwa dia punya harga diri dan martabat sebagai istri. Lies menunjukkan sisi kewanitaan yang disangsikan oleh bosnya (Emily). Juli mengubah gaya mengajar (Lies) sehingga suasana di dalam kelas menjadi lebih hidup, dan sesama rekan guru mulai mempercayai dia. Tentu  saja masing-masing mereka belajar dari tubuh baru itu. Emily merasakan kehangatan keluarga, Lies mulai berani membuka diri bagi pria, dan Juli bisa merasakan kembali kerinduan berada di tengah riuhnya anak-anak.

Membaca buku ini seperti menonton sebuah film. Ceritanya mengalir, walaupun kadang saya bingung karena tokoh dan karakter yang bertukar. Tapi memang membingungkan kan, ketika kehidupan bertukar seperti yang dialami ketiga wanita tadi?
Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya… hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya – Harper Lee (To Kill A Mockingbird)
Kutipan di atas, yang ada di halaman awal buku ini, benar-benar menjadi jiwa dari buku ini. Saya sendiri terkadang membayangkan bagaimana sikap yang harus saya ambil ketika saya menghadapi suatu masalah, dengan menempatkan diri saya pada sudut pandang yang berbeda. Put yourself in other shoes. Karena hidup bukan saja hanya tentang diri kita.

Bicara soal permintaan, saya sudah lama ingin membaca buku ini. Sejak bergabung dengan Goodreads dan melihat buku ini di sana, saya segera memasukkannya dalam daftar wishlist. Cukup lama bertahan di daftar itu, hingga akhirnya seorang Santa yang baik hati melihat keinginan saya itu, dan mewujudkannya.

Terima kasih, Maya Floria Yasmin. You are the Venus for my wish :)

PS : postingan ini dibuat bersama-sama dengan anggota BBI lainnya yang terlibat dalam "Secret Santa". Secret Santa adalah kegiatan di bulan Desember kemarin dimana setiap anggota BBI menjadi santa bagi anggota lainnya, dan mengirimkan sebuah buku yang ada dalam daftar wishlist masing-masing. And trust me... it's addicted! Let's do it again, pals... 


#32 Where She Went - Setelah Dia Pergi


Judul Buku : Where She Went (Setelah Dia Pergi)
Penulis : Gayle Forman
Halaman : 240
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Saya ingin bercerita sedikit. Saat saya ke Gramedia di Mall Panakkukang, Makassar minggu lalu, saya berkali-kali melirik buku ini di rak buku. Masih ada bertumpuk-tumpuk buku ini di sana. Tapi saya tidak menemukan buku pertamanya, If I Stay. Saya memutuskan untuk meninggalkan rak buku tanpa mengambil buku ini. Saya berjanji tidak akan membelinya sebelum saya mempunyai seri pertama dari buku ini. Kemudia saya berpindah ke Gramedia lainnya, dan saya akhirnya menemukan If I Stay di antar tumpukan buku di pojok ruangan (saat itu sepertinya petugasnya sedang mengatur kembali tata letak buku-buku untuk dipajang di rak buku). Buku If I Stay tinggal satu buah. Tanpa pikir panjang lagi, saya mengambil buku itu, dan buku Where She Went tentunya.

Setelah membaca if I Stay, saya tidak perlu menunggu lama lagi untuk melanjutkan membaca sekuelnya. Berbeda dengan buku pertama yang “dingin”, di buku kedua ini saya merasakan kesan lebih “hangat”. Baik dari segi cover-nya, dan juga alur ceritanya. Kali ini kita akan melihat kisah cinta Adam dan Mia dari sudut pandang Adam.

Pada awal buku digambarkan bagaimana Adam yang sukses sebagai rockstar dengan band-nya Shooting Star. Tapi Adam tidak lagi bersama Mia. Mia memang memilih untuk tinggal dan hidup kembali, tetapi dia memilih untuk pergi dari kehidupan Adam. Selanjutnya dikisahkan bagaimana hidup Adam yang kacau, ketergantungan pada obat penenang dan rokok, serta mulai menyendiri.

Mia melanjutkan hidupnya sendiri. Masuk ke Juilliard setelah pulih dengan menakjubkan dari trauma kecelakaan yang membuatnya menjadi sebatang kara. Mia lulus sebagai musisi berbakat hanya dalam tiga tahun, dan memulai konser tunggalnya. Di konser itulah Mia kembali bertemu dengan Adam.

Pertemuan mereka membuat mereka kembali mengenang masa lalu, dan mencoba menjawab segala pertanyaan yang menggantung akibat perpisahan yang mereka alami. Dengan menjalani satu malam berkeliling kota New York , mereka mengurai tiga tahun yang terlewat dalam kesedihan, kesepian, kebencian dan amarah.

Dibandingkan buku pertama, saya lebih menyukai penggambaran lewat sudut pandang Adam. Jika di buku pertama, Adam digambarkan sebagai sosok yang cool, di buku ini kita bisa melihat bahwa Adam juga manusia yang bisa rapuh karena cinta. Adam yang dulunya berkata bahwa dia bisa melepaskan Mia asalkan Mia tetap hidup, ternyata tidak mampu menepati janjinya.

Btw, beberapa waktu lalu teman-teman BBI membuat polling best buddy dari buku-buku yang mereka baca selama 2011. Dan Adam Wilde menempati posisi pertama di hampir kebanyakan pilihan teman-teman BBI. Hal tersebutlah yang membuat saya penasaran dengan Adam dan memutuskan untuk membeli kedua buku karangan Gayle Forman ini. Tapi setelah saya membaca buku ini, ada yang membuat saya lebih penasaran lagi dibandingkan sosok Adam. Saya ingin sekali mendengarkan lagu-lagu Shooting Star dalam album Collateral Damage yang sebagian besar liriknya ditulis dalam buku ini.

Akhirnya, empat bintang untuk Adam.


#31 If I Stay - Jika Aku Tetap di Sini


Judul Buku : If I Stay - Jika Aku Tetap di Sini
Penulis : Gayle Forman
Halaman : 200
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Mia Hall, seorang gadis pemain cello berbakat yang lahir dari keluarga musisi. Dad, Mom, Teddy adiknya, bahkan Adam pacarnya mendukung kecintaannya pada musik klasik, walaupun mereka semuanya berharap Mia mengikuti jalur rockstar seperti mereka. Berkat kepiawaian Mia memainkan cello, bukan tidak mungkin Mia akan melanjutkan sekolahnya di Juilliard.

Semuanya nyaris sempurna, hingga suatu hari Mia dan keluarganya mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpangi oleh Mia dan keluarganya hancur berantakan. Dad dan Mom meninggal seketika di lokasi kejadian. Teddy pun akhirnya meninggal di rumah sakit terdekat. Mia mengalami memar di otaknya, bocor pada limpa dan paru-parunya, serta kakinya terluka cukup parah. Mia berada di antara hidup dan mati. Benar-benar antara hidup dan mati.

Roh Mia menyaksikan semuanya. Tubuhnya terkapar di ruang bedah sampai di ruangan perawatan ICU. Mia juga menyaksikan kerabatnya berdatangan untuk menantikan dirinya. Termasuk Adam, pacarnya. Mia harus memutuskan apakah dia harus tinggal atau pergi saja. Keputusan yang tidak mudah bagi Mia.

Jika Mia memilih untuk pergi, maka semuanya akan mudah. Dia tidak perlu merasakan kebimbangannya lagi terhadap Adam. Akan tetapi, Mia bisa saja memilih untuk tetap tinggal, karena Mia yakin Mom tidak akan menyukai dirinya yang menyerah begitu saja. Lagipula bagaimana dengan Adam yang begitu dicintainya?

Jika kau tinggal, aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan. Aku sanggup kehilangan kau asalkan aku tidak perlu kehilangan dirimu hari ini. Aku akan melepaskanmu. Jika kau tetap hidup.”
Memang kisah antara Mia-Adam yang menjadi benang merah dalam buku ini, yang diceritakan dari sudut pandang Mia. Mia juga menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dengan Adam, perasaannya terhadap Adam, dan kebimbangan atas pilihan hidupnya yang berbeda dengan Adam.

Membaca buku ini seperti menyelami pikiran Mia yang bimbang. Penggambaran Mia yang masih muda tapi terasa dewasa sangat jelas. Rasanya terlalu berat untuk “menjadi” Mia. Bukan hanya soal pilihan yang harus diambilnya, tapi juga mengenai jalan hidupnya sendiri. Jika di cover-nya terlihat gambar kursi taman yang kosong dan salju yang jatuh perlahan, seperti itu yang saya rasakan saat membaca buku ini. Kesendirian, kesepian, dan dingin. Rasanya tidak sabar untuk melanjutkan membaca sekuel dari buku ini.

Sementara, tiga bintang untuk Mia.


#30 Sam Bennett's New Shoes


Judul Buku : Sam Bennett’s New Shoes
Penulis : Jennifer Thermes
Halaman : 32
Penerbit : Carolrhoda Books Inc.

Pada tahun 1600-an hingga 1700-an para petani di Amerika memiliki kepercayaan unik. Mereka percaya bahwa ada arwah-arwah yang sering datang mengunjungi rumah mereka. Untuk mencegah arwah itu masuk ke dalam rumah, mereka menyimpan sepatu bekas milik anak mereka di beberapa tempat yang bisa menjadi jalan masuk arwah itu, misalnya di cerobong asap atau dekat jendela. Mereka percaya bahwa ketika arwah melihat sepatu bekas tersebut, arwah ini akan pergi karena menganggap rumah yang mereka datangi sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Walaupun sepatu yang disembunyikan umumnya sepatu anak-anak, akan tetapi ditemukan juga beberapa sepatu orang dewasa.

Sam Bennet adalah anak pertama dari seorang petani. Suatu hari ayahnya membelikan sepatu baru untuknya. Sepatu lamanya kemudian disimpan oleh ayahnya di dekat cerobong asap. Untuk keberuntungan, kata ayahnya. Sepatu baru Sam agak kebesaran, tapi Sam tetap memakainya. Seiring pertumbuhannya, Sam menganggap sepatu baru itu membawa keberuntungan baginya.  Dengan sepatu barunya Sam bisa membantu ayahnya bertani, memberi makan babi, mengambilkan air dari sumur tanpa tertumpah untuk ibunya, dan mencukur bulu domba.

Setahun berlalu, sepatu Sam mulai sempit. Ayahnya yang melihat betapa Sam rajin membantu selama ini, memutuskan untuk membelikan sepatu baru lagi untuk Sam. Kali ini sepatunya berbentuk boot, seperti orang dewasa. Sepatu lama Sam diwariskannya ke adiknya Caleb yang sangat gembira mendapatkan sepatu baru. Seterusnya, sepatu itu berpindah tangan setiap tahun kepada adik-adiknya. Sampai akhirnya sepatu itu benar-benar rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Sepatu itu disimpan di loteng dan terlupakan.

Ketika Sam dewasa, menikah dan mempunyai seorang anak, Sam hendak membangun kamar kecil untuk anaknya di loteng. Sam menemukan sepatu tua itu, dan teringat tradisi ayahnya. Sam menyimpan sepatu tuanya di dekat jendela untuk menjaga rumahnya dan untuk keberuntungan. Sam berjanji, suatu saat nanti dia akan menyimpan sepatu bekas milik anaknya.

Tidak ada informasi mengapa hanya sepatu anak-anak yang disembunyikan. Hanya sedikit informasi mengenai kepercayaan ini, mungkin karena budaya ini bukan merupakan budaya asli penduduk, tapi dibawa oleh para pendatang dari Inggris. Ketika penulis buku ini, Jennifer Thermes, menemukan beberapa sepatu anak-anak bekas di rumah tua yang ditempatinya, dia  mulai membuat sebuah cerita tentang Sam Bennett. Menurut Jennifer, anak-anak adalah simbol dari harapan dan impian akan masa depan. Menyembunyikan sepatu anak-anak sama halnya menyimpan harapan dan impian akan masa depan.



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012

#29 Paras Rana


Judul Buku : Paras Rana
Penulis : Sandra Brown
Halaman : 246
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Susan seorang wanita yang berambisi untuk menjadi model terkenal. Sayangnya dia tidak memiliki tubuh wajah untuk menunjang impiannya. Beda halnya dengan Rana, putrid semata wayangnya. Tubuh Rana yang semampai, kulit coklat zaitunnya, mata hijau dan tulang pipi menawan menjadikan Rana seorang model papan atas. Banyak produk yang menggunakan wajah dan tubuhnya sebagai brand image. Susan menaruh semua harapannya pada Rana, dan menikmati kemewahan yang diperolehnya lewat Rana. Akan tetapi, tidak demikian dengan Rana.

Ketika Susan menjodohkan Rana dengan pria tua kaya raya, Rana muak dan melarikan diri dari kehidupan lamanya. Rana ingin diterima bukan karena kecantikannya, tapi karena kemampuannya. Rana berubah menjadi sosok yang berbeda. Dia bersembunyi di sebuah kota kecil, dibalik baju longgar dan kacamata berlensa biru. Penampilan barunya sama sekali tidak mencerminkan seorang model. Rana pun mengganti namanya menjadi Ana Ramsey.

Penyamarannya terancan, ketika Trent datang dan tinggal di rumah yang sama dengannya. Pemilik rumah itu adalah Ruby, bibi dari Trent. Trent sendiri adalah pemain football professional, yang sedang beristirahat karena cedera dislokasi bahu yang dialaminya. Sejak pertemuan pertama dengan Ana, Trent sudah mulai tertarik. Walaupun selama ini Trent dikelilingi oleh wanita-wanita cantik, tetapi di matanya Ana mempunyai nilai lebih. Trent jatuh cinta dengan Ana, dan begitu pun sebaliknya.

Rana merasakan cintanya semakin dalam. Dia ingin Trent bisa menerima dirinya seutuhnya, baik itu masa lalunya maupun apa adanya dirinya sekarang. Ketika Ana menampakkan dirinya yang asli kepada Trent, Trent sangat terkejut. Dia marah besar, dan meninggalkan Rana.

Kisah yang cukup datar, tentu  saja ending-nya dapat ditebak dengan mudah. Tapi saya tetap tidak akan menceritakan bagaimana kisah akhirnya :) Seperti beberapa orang yang telah membaca dan mereview buku ini, saya juga tertarik karena cover-nya yang mewah dan nama Sandra Brown yang adalah penulis misteri - thriller ternama. Coba perhatikan gambar di cover buku ini. Seorang gadis cantik dengan topeng emas. Seperti penuh misteri. Memang dalam buku ini Rana menyimpan rahasia besar, tapi bukan seperti itu harapan saya saat melihat buku ini untuk pertama kalinya.

Well… untuk kisah cinta yang manis dan cover yang membuat penasaran, tiga bintang saya berikan untuk Paras Rana.


PS. Postingan untuk NameIn A Book Challenge 2012

#28 The House on Dirty-Third Street


Title:  The House on Dirty-Third Street
Writer:  Jo S. Kittinger
Page(s) : 32
Publisher:  Peachtree Publishers

A little girl and her mother are moving to the new house. The little girl seems disappointed with the house, since it looks dirty so she changes the name of the street (Thirty-Third to Dirty-Third). Mom tries to convince her that this house is perfect. But she said it horrible.

So, they start to move trash out from that house. They do it all alone. There are no neighbors ready to help. Until they get tired, and began to doubt about their decision to bought that house. Sitting in the floor, they looked back about their dream house. They miss their old neighbors and friends from church.

At Sunday, the little girl goes to the nearest church.  In Sunday school, she asks to be prayed about their new house, about their loneliness. Right after they back home, some people from that church come to visit and help them to clean the house. And somehow, it’s not a Dirty-Third Street anymore.
Try looking at it through the eyes of faith.
 That’s the moral story of this book.  Sometimes a reality is not in the line with our dream.  You need to hang on to your dream so you can enjoy the adventure about the new life. You should pray to the God for His help. And sometimes the help is beyond our imagination. Like in this story, when the little girl asked just for the faith, God send them new friends to going through.

 I got the copied of this e-book from NetGalley to be reviewed.  About the illustration, I think I didn’t like it.
It was a real photograph and modified by computer software. I love the old style of graphic book that made by hand.

Update :

I've got a email from Tom Gonzales, the illustrator of this book. He tell me that the picture is not a computer modifed, but real hand made. Below is his statement :

Hi, I'm the illustrator for The House on Dirty Third, and believe me, these are hand drawn. each of these illustrations, for the most part, took about 40 hours each to complete. The idea was to give them a gritty feel to them. I have a very keen eye for detail, I was a big fan of japanese illustrator back in the 70's and 80's.
Some of the models were made up with certain people in mind. I'm a portrait painter and can capture expressions very well. But I did wanted to send you my response to your posting on this. I've worked extremely hard to make these as "real" life as possible to reflect on the often-time futility of situations that seem bleak and frame them as a moment of despair without realizing that around the corner, there's something positive.
Anyhow, I was cruising the net and ran into your posting. Thanks for any feedback and I do appreciate the fact that you looked through the book. it was a very exciting project for me as I too lived once in a run down neighborhood when I lived in Cuba back in the 70's.

#27 Metropolis


Judul Buku : Metropolis
Penulis : Windry Ramadhina
Halaman : 331
Penerbit : Grasindo


Cerita dalam buku ini diawali dengan suasana pemakaman Leo Saada, salah satu mafia penting di Jakarta. Kematiannya yang tidak wajar, yaitu terbakar di dalam mobilnya sendiri, meninggalkan tanda Tanya bagi banyak orang, terutama puteranya Ferry Saada.  Kematian Leo menyusul kematian beberapa gembong mafia yang tergabung di dalam Sindikat 12. Sindikat 12 sendiri adalah lelompok mafia pemasok narkoba yang menjadi momok bagi polisi karena selalu bisa lolos dan tidak tersentuh hukum.

Agusta Bram, adalah anggota polisi Sat Reserse Narkotika yang mengusut kasus Sindikat 12. Kasus ini semakin membesar ketika satu persatu pemimpin Sindikat 12 tewas terbunuh. Dibantu Erik, polwan asistennya, mereka mencoba membongkar misteri pembunuhan tersebut, walaupun sebenarnya kasus ini bukan lagi di bawah wewenang mereka.

Kematian para pemimpin Sindikat 12 ini ternyata ada hubungannya dengan kejadian masa lampau, dimana sebelum Sindikat 12 ada, perdagangan narkoba di Jakarta dikuasai oleh satu orang, Frans Al. Kali ini putranya, Johan Al, yang dikira telah mati terbunuh bersama orangtuanya menuntut balas demi kematian ayahnya. Tapi tentu saja kasus ini bukan hal yang mudah, karena melibatkan oknum mantan polisi wanita yang belakangan ketahuan bahwa dia adalah putri dari Leo Saada.

Demi ayahku yang sudah mati….

Tagline dari judul novel yang terpampang di sampul buku ini, memang menjadi benang merah dari kisah dalam novel ini. Masing-masing tokoh membawa dendam masa lalu, membalaskan kematian ayah mereka. Mengenai judulnya “Metropolis”, cukup mewakili tentang Jakarta yang metropolitan dengan segala persoalan di dalamnya. Walaupun di dalam buku ada juga pub yang bernama sama yang menjadi salah satu tempat penting dalam cerita ini.

Tema kriminal dan misteri yang tidak biasa diangkat oleh penulis fiksi di Indonesia tersaji cukup baik dalam novel ini. Riset mendalam tentang mafia narkoba di Jakarta yang dilakukan oleh Windry menambah bumbu dalam cerita ini.  Apalagi didalamnya disertakan beberapa gambar denah TKP yang membuat pembaca ikut memahami setiap kasus yang dihadapi oleh tokoh. Walaupun di pertengahan buku sudah ketahuan siapa pembunuh sebenarnya, tetapi kejutan masih tersaji hingga halaman terakhir. Alur ceritanya memang lambat, sehingga pembaca yang bukan penikmat misteri pasti akan berhenti membacanya di tengah-tengah buku.

Saya sendiri pertama kali tertarik oleh covernya yang seperti surat kabar dengan bercak darah. Tadinya saya mengira ini adalah novel terjemahan sampai saya melihat nama penulisnya yang juga penulis novel Orange. Berbeda dengan kisaha Orange yang bittersweet, dalam buku ini kisah roman tidak banyak. Hanya sedikit saja, itupun semua menjadi kasih tak sampai :). Ohya novel ini ada situsnya juga... lumayan buat ngintip gambaran karakter tokohnya.



#26 Touché!


Judul Buku : Touché! 
Penulis : Windhy Puspitadewi
Halaman : 201
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Dulu, saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan fiksi fantasi. Setelah bergabung dengan BBI, ternyata genre ini cukup digandrungi oleh para blogger buku. Ketika meminjam buku ini di sepupu saya,  saya hanya melihat label teenlit di sampul depannya. Dan sebagaimana cerita-cerita teenlit lainnya yang ringan menghibur, saya memutuskannya untuk membacanya di sela-sela kesibukan UAS. Ternyata untuk teenlit yang satu ini saya salah.

Touché (baca : Tusye) adalah sebuah kata dalam bahasa Perancis yang berarti terkena, disentuh atau dipengaruhi.  Dalam buku ini Touché adalah sekelompok orang yang memiliki kemampuan khusus dengan cara menyentuh objeknya. Kemampuan itu bisa bermacam-macam.  Ada yang Track Finder, artinya dia bisa mengetahui informasi apa saja dari benda yang disentuhnya, jika benda tersebut pernah disentuh oleh orang lain. Ada juga Text Absorber, artinya dia bisa menyerap semua informasi  dari tulisan yang disentuhnya. Kemudian Mind Reader, tentu saja bisa membaca pikiran orang yang disentuhnya, dan berbagai macam jenis Touché yang lain. Kemampuan ini bersifat genetik, akan tetapi tidak hadir belum tentu seorang Touché, memiliki anak Touché juga. Kemampuan ini tersebar secara acak, dan dalam satu generasi bisa saja terdapat beberapa Touché, kecuali jenis Track Finder, Empath, dan Mind Reader. Ketiganya hanya hadir satu orang di setiap generasi di seluruh dunia. Dan khusus untuk Empath, selalu seorang wanita.

Riska, tokoh utama dalam buku ini adalah seorang Empath. Dia bisa merasakan perasaan dari seseorang yang disentuhnya. Awalnya menjadi seorang Empath membuat Riska selalu pusing, karena harus merasakan segala macam perasaan orang yang bersentuhan dengannya. Bayangkan saja bagaimana jika perasaanmu berubah-ubah dalam sehari, tidak menyenangkan, bukan? Bersyukurlah Riska, orangtuanya memahami kemampuannya sehingga Riska bisa tumbuh berdamai dengan dirinya sendiri.

Dani, tokoh utama lainnya, adalah seorang Text Abosrber. Kemampuannya ini membuat Dani menjadi juara kelas. Enaknya, dia tidak perlu belajar. Dia cukup menyentuh buku-buku pelajarannya sehingga dia bisa menghapalkan semua informasi yang ada di dalamnya. Walaupun demikian, banyak orang yang sirik sama dia, terutama teman-teman sekelasnya.

Indra adalah seorang Mind Reader. Kemampuannya ini ternyata membawa dampak buruk baginya. Ketika keluarganya menyadari bahwa Indra adalah orang yang spesial, mereka mulai menjauhi Indra. Tentu saja bisa dipahami, karena mereka tidak ingin pikiran mereka bisa dibaca oleh Indra. Di mana lagi tempat paling rahasia yang diketahui oleh seorang manusia kecuali di pikirannya? Bagaimana jika pikirannya pun diketahui orang lain? Indra tumbuh tidak percaya diri dan merasa tidak dibutuhkan. Ketika Indra bertemu dengan Dani dan Riska, akhirnya Indra punya harapan untuk hidup. Dia punya orang yang memahami dia. Dan Indra berjuang mati-matian untuk melindungi kedua temannya tersebut.

Riska, Dani dan Indra dipertemukan oleh guru mereka bernama Pak Yunus, yang tidak lain adalah seorang Track Finder. Dari Pak Yunus pula mereka mendapatkan banyak informasi mengenai kemampuan mereka, dan bahwa mereka tidak sendirian di bumi ini. Beberapa orang terkenal di dunia masa lampau yang pernah hidup juga adalah Touché.  Misalnya Karl Friedrich May adalah seorang Text Absorber, dan menggunakan kemmpuannya itu untuk menulis cerita tentang suku asli Amerika. Beethoven, bisa menyerap partitur musik, sehingga walaupun dia tuli dia bisa menciptakan lagu-lagu yang sangat indah. Dr. Joseph Bell (disebut-sebut sebagai Sherlock Holmes di dunia nyata) adalah seorang Mind Reader. Tentunya Pak Yunus juga memberitahukan pada mereka bahwa hidup mereka tidak sepenuhnya aman. Banyak orang yang menginginkan mereka untuk dijadikan alat, dan banyak juga yang ingin menghabisi para Touché.

Konflik mulai muncul ketika Pak Yunus menghilang karena diculik. Tugas Riska, Dani, dan Indra adalah menemukan kembali guru mereka itu. Dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka melacak keberadaan si penculik untuk menyelamatkan Pak Yunus. Dengan segala hal yang mereka alami, keterikatan di antara mereka semakin kuat. Khususnya antara Riska dan Indra. Si Empath dan Mind Reader.

Buku ini ibarat makanan paket komplit. Fantasi ada, misteri ada, romance ada, bahkan ilmu pengetahuan juga ada. Nilai plusnya lagi, tidak ada typo yang saya temukan dalam buku ini. Dialog yang terjadi di antara tokoh juga mengalir sekaligus cerdas. Mengenai quote, bertebaran deh dalam buku ini. Kabarnya penulisnya memang menghapal banyak quote untuk dijadikan bahan tulisan. Ending-nya juga menarik, walaupun saya sudah bisa menebaknya dari awal. Saya jadi penasaran dengan karya Windhy lainnya :) Dan ya... sepertinya saya harus memasukkan beberapa fiksi fantasi dalam bacaan saya tahun ini.  Ada saran?


#25 Jangan Berkedip!


Judul Buku : Jangan Berkedip!
Penulis : Primadonna Angela Mertoyono & Isman Hidayat Suryaman
Halaman : 198
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Tahu flash fiction? Dunia mengenalnya dengan berbagai nama. Di Perancis, disebut sebagai nouvelle. Di China disebut cerita semenit atau cerita sepanjang rokok. Saya menyebutnya cerita kentang (kena tanggung). Gimana nggak tanggung, saat saya masih ingin membacanya, seringkali genre prosa seperti ini berakhir tiba-tiba, dan meninggalkan kejutan yang membuat saya bertanya-tanya. Seringkali saya harus membaca kembali untuk memahami jalan ceritanya. Dan setelahnya saya akan berkata, “ah..iya ya…” , minimal saya akan tersenyum atas kelambatan otak saya mengolah flash fiction.

Saya lupa, kapan pertama kalinya saya membaca flash fiction. Sejak saat itu saya menyukai genre prosa yang satu ini. Singkat tapi mengejutkan. Dan ketika saya menemukan buku ini di Goodreads, saya segera memasukkannya dalam daftar to-read dan wishlist. Beruntung bagi saya, ada @peri_hutan yang mau meminjamkan bukunya untuk saya baca.

Jangan berkedip! berisi 64 cerita sangat pendek karya pasangan penulis (suami-istri) Donna dan Isman. Walaupun tema ceritanya bervariasi, tapi tema bunuh diri dan percintaan paling terasa saat membaca buku ini. Seperti pada cerita berjudul “Pesan Bunuh Diri yang menceritakan seorang wanita yang melakukan korupsi dan memilih membunuh dirinya daripada masuk penjara. Tapi seperti yang saya bilang di atas bahwa selalu ada kejutan di akhir cerita, wanita ini hanya ‘membunuh’ namanya saja, dan akan menjadi sosok wanita bernama lain di negara lain.

Atau kisah percintaan pada cerita “Jajahlah Negeri Ini”, yang mengisahkan seorang pria yang jatuh cinta pada sosok bernama Keke, yang diharapkannya berbeda gender dengannya.

Ada satu cerita yang sangat singkat, hanya satu kata.

“Hei”

Mau tahu judulnya?

Semua yang Ingin Kau Katakan pada Cinta Pertamamu Saat Ia Tiba-tiba Lewat di Hadapan Setelah Lima Tahun dan Tampak Sangat Menawan Tanpa Cincin di Jari Manisnya Apalagi dengan Sorotan Jingga Matahari Senja yang Membuatmu Mengharapkan Daun-daun Ikut Berguguran Begitu Ia Berhenti Serta Menatapmu

:D

Walaupun Isman dan Donna saling bergantian dalam menulis cerita sangat pendek dalam buku ini, tapi saya lebih menyukai cerita-cerita yang dibuat oleh Isman. Ending-nya lebih mengejutkan dibanding dengan cerita yang dibuat oleh Donna yang umumnya hampir mudah ditebak akhir kisahnya.

Dari ke-64 cerita dalam buku ini, favorit saya adalah “Tamu Tak Diundang” yang menceritakan seorang pria pengelola restoran yang sedang sibuk menjamu konsumen yang akan menilai kualitas restorannya. Di saat-saat genting, anaknya datang mencari perhatian dengan maksud memperkenalkan temannya. Sang ayah yang tidak mau diganggu, memberikan uang pada anaknya untuk pergi bermain di game center di seberang restorannya. Saat kembali menjamu tamu penting tadi, anaknya datang lagi menanyakan pada ayahnya apakah dia melihat temannya yang hedak diperkenalkan pada ayahnya. Pada saat yang bersamaan, seorang pengunjung restoran lainnya berteriak terkejut gara-gara ada jangkrik di dalam mangkok supnya. Si ayah sangat terkejut karena insiden yang terjadi tepat saat restorannya sedang dinilai. Dan lebih terkejut lagi ketika si anak menangis keras, karena temannya terendam di dalam mangkok sup.



PS: Postingan ini dibuat dalam rangka review bersama BBI-ers tentang Kumpulan Cerpen.

#24 Orange


Judul Buku : Orange
Penulis : Windry Ramadhina
Halaman : 286
Penerbit : Gagas Media


Diyan Adnan. Seorang pengusaha sukses, anak dari pasangan konglomerat Tyo Adnan dan Indra Adnan. Pria tampan dengan penampilan fisik menarik, kaya, prestasi bisnis segudang, dan tentu saja masih single. You shop in mall, Diyan Adnan shops a mall. While eating lasagna. Sebagai anak pengusaha, Diyan yang memiliki jiwa bisnis merasa wajib untuk tetap menjalankan bisnis keluarganya. Diyan mencintai seorang model, yang pergi meninggalkannya di saat Diyan meminta gadis itu menikahinya. Diyan tidak mampu melupakan gadis itu, bahkan ketika dia ditunangkan oleh orangtuanya dengan seorang gadis anak dari rekan bisnis ayahnya.

Fayrani Muid. Lulusan perguruan tinggi jurusan fotografi. Objek apapun yang diabadikan olehnya dengan kamera pro Nikon kesayangannya selalu terlihat menarik. Kemampuannya dalam menangkap momen, membuatnya menjadi tangan kanan seoang pemilik studio foto ternama se-Asia, Erod Martin. Walaupun kedua orangtuanya sukses dalam dunia bisnis, Faye tidak tertarik sama sekali dengan bisnis. Ketika dia memilih menekuni dunia fotografi, kedua orantuanya tidak mampu menahannya. Untuk meneruskan bisnis keluarga, Faye ditunangkan dengan seorang pemuda sukses bernama Diyan Adnan.

Zaki Adnan. Anak hilang yang tidak mau terlibat dalam dunia bisnis, dan memilih bidang advertising sebagai lahan hidupnya. Lulusan sekolah desain ternama di Belanda ini memulai usaha advertising dengan teman-temannya tanpa mau terlibat urusan bisnis. Ketika dia bertemu dengan seorang gadis yang begitu menarik perhatiannya, Zaki mulai terobsesi. Sayangnya gadis itu adalah tunangan kakaknya, Diyan Adnan.

Rera. Model cantik yang memiliki ambisi untuk memiliki agensi model internasional. Dia meninggalkan Jakarta dan tunangannya ke Paris, demi mimpinya. Sayangnya, Rera tidak menyadari bahwa cinta yang dia tinggalkan di Jakarta masih mengikatnya begitu kuat, sampai ketika dia harus kembali ke Jakarta dalam suatu perjalanan bisnis. Di tengah kegalauannya, Rera tahu bahwa cintanya dengan Diyan adalah hal terakhir yang bisa dipegangnya, walaupun dia tahu cinta itu tidak akan membawa akhir apapun kecuali perpisahan.

Bagian tersulit saat mencintaimu adalah melihatmu mencintai orang lain.

Kalimat diatas masing-masing dirasakan oleh empat tokoh dalam buku ini, Diyan, Fayrani, Zaki dan Rera. Kisah cinta segiempat yang terjadi di antara mereka membuat jalan hidup mereka berasa bittersweet seperti buah jeruk.  Membaca buku ini membuat saya juga merasakan bittersweet itu. Dalam kehidupan, antara ambisi pribadi dan manisnya cinta terkadang tidak bisa sejalan. Ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan salah satunya, terlebih lagi keduanya.

Terlepas dari manis pahitnya cinta dalam metropop ini, penggunaan banyak kalimat berbahasa inggris dalam percakapan antara tokoh-tokoh dalam buku ini mudah untuk dicerna dan dapat dipahami. Bisa dimaklumi ketika penulis mencoba memasukkan banyak unsur kebarat-baratan di dalam buku ini, termasuk di dalamnya sex before married. Saya menangkap kesan bahwa penulis ingin meniru kisah-kisah roman seperti Harlequin untuk membangun sisi romantisme dalam buku ini.

Selain itu, saya menemukan sedikit kejanggalan yang menggangu dalam membaca buku ini. Misalnya pada halaman 91, ketika dikisahkan Faye yang menghindari wartawan menolak melepaskan topi dan kacamata hitamnya ketika ditegur oleh Zaki. Tapi di halaman berikutnya (92), tertulis bahwa Zaki melihat mata Faye yang bersinar antusias. Padahal tidak tertulis bahwa Faye melepaskan kacamatanya.

Kemudian ada satu ilustrasi di halaman 56 yang menutupi sebagian tulisan. Semoga hal ini tidak ada lagi di cetakan kedua.

Ohya, saya menyukai salah satu tokoh lain dalam buku ini. Reina Adnan. Sekretaris sekaligus sepupu Diyan, yang merupakan tangan kanan Diyan. Dia “bertugas” untuk membereskan segala sesuatu yang berkaitan dengan Diyan, mulai dari bisnis sampai hubungan pribadi Diyan. Konsistensi Rei memanggil Faye dengan nama aslinya, Fayrani, menyiratkan bahwa Rei menganggap Faye hanyalah salah satu dari sekian hal yang harus diurusnya dalam kehidupan Diyan.

After all, empat bintang untuk Orange. Btw, terima kasih buat @peri_hutan yang mau meminjamkan buku ini :)


#23 When God Was A Rabbit


Judul Buku : When God Was A Rabbit
Penulis : Sarah Winman
Halaman : 396
Penerbit : Bentang Pustaka

Buku ini adalah memoar seorang gadis bernama Ellie, yang terbagi dalam dua bagian. Ellie sebagai gadis kecil dan Ellie yang adalah wanita dewasa. Ellie punya seorang kakak laki-laki, Joe, yang menjadi saksi kehidupan Ellie. Suatu waktu Ellie bertemu dengan Mr. Golan, seorang pria Yahudi yang mengalami masa-masa pahit di kamp penampungan. Ellie merasa bersahabat dengan Mr. Golan.  Entah apa yang terjadi pada Ellie dan Mr. Golan, yang pasti Ellie merahasiakan hal tersebut dari siapapun kecuali Joe. Joe kemudian melarang Ellie berteman dengan Mr. Golan, dan membelikan kelinci untuk Ellie. Mereka menamakan kelinci itu 'god". Ketika Mr. Golan ditemukan tewas bunuh diri, baik Ellie maupun Joe menyimpan rahasia pahit itu di dalam diri mereka masing-masing.

Ellie kemudian berteman dengan Jenny Penny. Gadis berambut ikal yang berasal dari keluarga broken home. Jenny seringkali harus menginap di rumah Ellie, karena ibunya sering membawa pacarnya pulang ke rumah. Bahkan Jenny berharap suatu waktu bisa tinggal bersama keluarga Ellie.

Selain orangtuanya (Mum & Dad), Joe, dan Jenny Penny, ada Nancy (bibinya yang lesbian dan seorang  artis) yang hadir memberi warna dalam hidup Ellie. Ada juga Charlie, teman baik Joe (yang di kemudian hari terungkap bahwa Joe juga memiliki disorientasi seksual, dan mencintai Charlie). Ada Arthur dan Ginger, dua orang tamu tetap di rumah mereka yang akhirnya menjadi anggota keluarga.

Ohya, bagaimana dengan "god"? God mati ketika dilindas oleh mobil seorang tamu yang menginap di rumah mereka. Akan tetapi Ellie masih sering mengalami pengalaman spiritualnya berjumpa dengan god ketika dia berada dalam suatu kondisi tidak menyenangkan. God memberikan keyakinan pada Ellie dengan cara mereka sendiri.

Buku ini tidak bisa saya kategorikan buku santai. Saya perlu mencerna kalimatnya dengan baik agar saya bisa mengerti apa yang diceritakan oleh Ellie. Terkadang Ellie menyisipkan cerita dalam cerita, sehingga saya sering bingung siapa lagi pengganti '-nya' yang diceritakan kali ini. Tapi mendekati halaman terakhir, saya bisa memahami pemikiran sederhana Ellie,  sekaligus melihat bahwa hidupnya tidaklah sederhana. Ellie merasakan sakit hati dibohongi Mr. Golan. Dia juga kecewa ketika Jenny Penny pergi dan tidak ada kabar sampai akhirnya mereka dewasa dan Ellie tahu Jenny ada di penjara karena membunuh suaminya. Ellie merasakan kehampaan ketika Joe mengalami amnesia. Atau kesedihan ketika Arthur harus mengalami kebutaan akibat "obat kuat" yang dikonsumsinya.

Banyak hal dikisahkan dalam buku ini, lewat sudut pandang Ellie. Ada sedih, kehilangan, kegembiraan yang meluap, cinta, harapan, persahabatan.  Salut buat mbak @rinurbad yang sudah menerjemahkan buku ini tanpa kehilangan gaya Ellie. Apalagi buku ini nyaris tanpa typo. Saya sendiri tidak menyesal memasukkan buku ini dalam daftar koleksi di 2011 kemarin. Empat bintang untuk buku ini.