~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#99 Sunset Bersama Rosie


Judul Buku : Sunset Bersama Rosie
Penulis : Tere Liye
Halaman : 429
Penerbit : Mahaka Publishing


Biarlah kata kesempatan bagiku menjadi milik guratan nasib. Aku merasa cukup dengan semua perjalanan cintaku.
 Teguh menganggap dirinya tidak pernah mempunyai kesempatan untuk cintanya. Sejak Rosie, gadis yang dicintainya lebih memilih Nathan dibandingkan dirinya. Nathan yang baru dikenalnya dua bulan merebut kesempatan yang dibangun oleh Teguh selama dua puluh tahun. Satu-satunya kesempatan bagi Teguh dalam kehidupan Rosie adalah menjadi Om untuk Anggrek, Uncle untuk Sekar, Paman untuk Jasmine dan Lili, anak-anak Rosie dan Nathan.

Sore itu, di pantai Jimbaran Bali, melalui teleconference Teguh "menghadiri" perayaan ulang tahun pernikahan Rosie dan Nathan yang ke-13. Sebagai penikmat sunset, mereka memilih untuk menyaksikan sunset di pantai itu bersama puluhan turis lainnya. Tidak ada yang menyangkan sunset itu adalah sunset terakhir yang dinikmati oleh Nathan. Bom Jimbaran Bali merebut semua kebahagiaan tingkat tinggi yang dibangun oleh keluarganya. Teguh yang hanya bisa menyaksikan semuanya, segera berangkat ke Bali saat itu juga, dan melupakan hari pertunangannya dengan Sekar, pacarnya, yang akan dilaksanakan keesokan harinya.

Kepergian Nathan memberikan luka mendalam bagi Rosie, sehingga Rosie mengalami depresi akut. Bukan itu saja, anak mereka Sekar harus kehilangan kemampuan menggunakan tangan kanannya bermain biola, dan Lili tidak mau berbicara sejak saat itu. Teguh-lah yang menjadi penopang anggota keluarga yang tersisa itu. Rosie harus dirawat di sebuah shelter,  dan Teguh mengambil alih pengasuhan anak-anak dan pengelolaan resor keluarga di Gili Trawangan milik Rosie. Keputusan yang diambilnya itu membuat dia harus melepaskan Sekar, calon tunangannya.

Romantisme yang diangkat  dalam novel ini bukan sekedar kisah kasih tak sampai antara Teguh dan Rosie, ataupun cinta segiempat antara Nathan, Rosie, Teguh dan Sekar. Jauh lebih dalam, Tere-Liye memperlihatkan kasih sayang seorang paman kepada keponakan-keponakannya. Bagian dimana Teguh berusaha membangkitkan semangat hidup Anggrek, Sekar, Jasmine dan Lili adalah nyawa utama dalam novel ini.

Tere-Liye selalu bisa mengaduk-aduk emosi pembaca sejak prolog hingga epilog di setiap novelnya. Begitupun dalam novel ini. Berbagai kisah fenomenal yang mengguncang perasaan yang terjadi di Indonetsia diolah sedemikian rupa oleh Tere-Liye sehingga kita ikut merasakannya lewat rangkaian kata-kata. Sebut saja peristiwa tsunami di Aceh pada bukunya Hafalan Sholat Delisa, dan peristiwa bom Jimbaran Bali di buku ini. Kalimat-kalimatnya berasa seperti quote. 

Sayangnya, ending-nya berasa dipaksakan menurut saya. Setelah berkali-kali membuat keputusan, kesempatan bagi Teguh tetap saja menjadi suratan takdir yang tidak diketahuinya. Silahkan membacanya untuk mengetahui siapa yang menjadi takdir bagi Teguh :)



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012

6 comments on "#99 Sunset Bersama Rosie"
  1. Aku juga gregetan sama endingnya... Tapi yang paling aku suka justru pada interaksi antara Teguh dengan interaksi Tegar dan anak-anak...

    Adegan favoritku ada di ruang sidang... Itu yang paling bikin nyesek...

    ReplyDelete
  2. bener... endingnya bikin gregetan

    ReplyDelete
  3. Jiah... Typo... Maksudku interaksi Tegar dengan anak-anak... Padahal tadi udah dihapus tuh kata yang salah. Kok muncul lagi yak???

    ReplyDelete
  4. Ih gak suka sama buku ini. Pas baca buku ini ditengah tengah aku berhenti dan rasanya pengen ngelempar buku ini! Males banget sama Tegar! Ada gitu laki laki kayak gitu, udah tunangan tapi malah ngurusin perempuan lain, ninggalin perempuan yang mau dinikahinnya?? Menurut saya Tegar tipe laki laki gak banget. Kalau dia ikhlas, yaudah bantu Rosie secukupnya, tapi jangan sampe nyakitin perempuan lain. Dia harus tau diri dong. Percuma aja dia ngurung diri di kamar, sakit hati, dll, tapi ujung ujungnya gak bisa lepas dari Rosie. Dan caranya dengan nyakitin tunangannya pula (kalo ga salah namanya Citra?). Bete banget lah sama buku ini.
    *maaf, emosi...hehehe

    ReplyDelete
  5. tere liye selalu punya cara menjadikan kata-kata sebagai kekuatan yang menghipnotis, ia menghamparkan makna-makna.. belum punya judul ini,.. ketimpuk buntelan mau lah..

    ReplyDelete