~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#183 Nanny for the Millionaire's Twins


Judul Buku : Nanny for the Millionaire's Twins
Penulis : Susan Meier
Halaman : 192 (ebook)
Penerbit : Harlequin Presents


Chance Montgomery membutuhkan seorang pengasuh untuk kedua bayi kembarnya yang ditinggalkan oleh mantan tunangannya untuk dirinya. Karena itu, Chance terpaksa menghubungi ibu angkatnya dan kembali ke rumah tempat dia dibesarkan. Bukan hal yang mudah bagi Chance, karena dulu ketika dia berusia 18 tahun, dia mengetahui bahya ayah angkatnya ternyata adalah ayah biologisnya sendiri. Chance merasa dibohongi baik oleh ayahnya maupun Max, saudara angkatnya. Tetapi Gwen Montgomery, ibunya, sampai saat ini masih sangat baik terhadapnya. Gwen bahkan mencarikan seorang pengasuh untuk bayinya.

Tory membutuhkan pekerjaan. Lima tahun dalam masa pemulihan sejak kecelakaan yang membuat kakinya rusak adalah masa-masa yang sulit untuknya. Untungnya dia bisa pulih dan berjalan kembali. Tetapi tunangannya Jason tidak seberuntung dirinya. Jason masih terbaring koma selama lima tahun. Satu-satunya keahlian Tory adalah mengasuh anak kecil, sehingga Tory menerima tawaran Gwen, sahabat ibunya, untuk mengasuh cucunya. Ketika melihat si kembar Sam dan Cindy yang berusia 6 bulan, Tory langsung jatuh hati. Kedua anak itu pun langsung akrab dengan Tory.

Melihat keakraban kedua anaknya dengan Tory, Chance merasa sangat tertolong. Apalagi Tory juga mengajarinya beberapa hal dalam pengasuhan anak. Kedekatan mereka berempat membuat Chance jatuh hati pada Tory, demikian pula dengan Tory. Tetapi tidak mungkin bagi Tory untuj mencintai Chance sementara tunangannya terbaring tak berdaya di rumah sakit.

Benang merah dalam novel ini adalah mengenai ketidakpercayaan dan kesetiaan. Chance berusaha mengatasi masalah ketidakpercayaan terhadap orang-orang terdekatnya. Selain memulihkan hubungan dengan keluarganya, Chance juga belajar mengatasi kepercayaannya atas suatu hubungan berdasarkan cinta. Sementara Tory yang berusaha bangkit dari kekurangan fisiknya, merasakan dukungan dari Chance untuk itu. Namun di sisi lain Tory merasa wajib berada di sisi Jason yang sudah menyelamatkan dirinya dalam kecelakaan yang justru membuatnya koma. Yang membuat saya menyukai novel ini adalah bagaimana keduanya berinteraksi dan saling memahami, menyampingkan keinginan fisik di antara mereka. Suasana kekeluargaan juga sangat terasa dalam kisah ini. Saling mendukung tapi masih menyisakan ruang untuk bergerak. 


#182 Love, Curse & Hocus-Pocus


Judul : Love, Curse & Hocus-Pocus
Penulis : Karla M. Nashar
Halaman : 416
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Bagi kamu yang belum membaca Love, Hate & Hocus-Pocus, ada baiknya kamu membaca buku dulu buku itu sebelum membaca Love, Curse & Hocus-Pocus. Karena sebenarnya buku ini adalah sekuel dari Love, Hate & Hocus-Pocus (judulnya aja mirip kan...). Alasan kedua adalah agar kamu tidak merasa terjebak dalam konflik penuh kebencian antara dua tokoh utama dalam novel ini tanpa tahu alasannya. Meskipun di halaman awal buku ini ada ringkasan buku pertama.

Gadis dan Troy sudah mengalami perpindahan antar dua waktu yang berbeda seperti yang diceritakan di buku pertama. Gara-gara menghina seorang gypsi tua, mereka terkena hocus-pocus yang menyebabkan mereka ada pada kondisi saling mencintai. Padahal di dunia nyata, keduanya bagaikan dua kutub magnet yang saling tolak menolak dan saling  membenci. Untunglah kini mereka kembali ke dunia nyata. Apa yang mereka alami seperti mimpi yang membingungkan. Karena berusaha berpegang pada logika, keduanya memutuskan untuk melupakan apa yang terjadi di dunia mimpi.

Kejadian berlanjut ketika Troy dan Gadis ditugaskan ke Inggris menghadiri  seminar internasional. Di pesawat, dalam suatu turbulensi ekstrim, keduanya kembali terlempar ke dimensi lain. Coba bayangkan, Troy dan Gadis sedang bertengkar ketika mereka dipindahkan ke dimensi lain, dan dalam dimensi lain itu mereka berdua sedang berada di ruang bersalin. Gadis sedang melahirkan anak kembar mereka, sementara Troy mendampingi istrinya dengan penuh cinta. Ha!! Saya saja sebagai pembaca merasa seperti terlempar dan jatuh dengan keras. Itu belum cukup. Ketika Gadis dan Troy sedang menikmati kebahagiaan menjadi sepasang orangtua, tiba-tiba anak kembar mereka meninggal. Apa ini? Kurang drama apa coba? Tunggu dulu... masih ada lanjutannya. Gadis merasa terpukul dengan kematian anaknya, berencana meninggalkan Troy. Troy yang mengetahui rencana itu mengejar Gadis hingga keduanya terjebak di dalam lift di saat gempa. Coba tebak? Yap... mereka terlempar kembali ke dunia nyata, di atas pesawat  menuju Inggris.

Secara emosi, membaca buku ini membuat saya merasa lelah. Saya mencoba menempatkan diri ke dalam tokoh Gadis. Belum reda rasa marahnya pada Troy, dia harus menghadapi kebingungan dan kesakitan melahirkan. Baru saja dipenuhi rasa bahagia memiliki keluarga kecil yang saling mencintai, hatinya hancur atas kematian anaknya dan rasa bersalahnya pada Troy. Tiba-tiba saja dia harus kembali ke dunia nyata dimana dia kembali merasakan kesedihan dan marah atas sindiran dan kebencian dari Troy, sementara Troy sepertinya tidak mengalami perubahan emosi atas apa yang mereka alami. Seperti gulungan tali yang ditarik dan diulur untuk kemudian menjadi kusut.

Akhirnya Gadis mengajak Troy untuk mencari jawaban atas apa yang mereka alami. Berdua mereka mencari gypsi tua yang memberikan kutukan ini kepada mereka. Tetapi perjalanan mereka bukan hanya mencari jawaban atas misteri time-travelling yang mereka alami, tapi juga mencari tahu apa sebenanrnya yang ada di hati mereka saat ini.

Ada satu pernyataan yang saya suka dari Troy kepada Gadis, ketika Troy mengatakan bahwa mereka berdua adalah orang yang beruntung bisa merasakan pengalaman ketika mereka sudah menikah di masa akan datang. Mereka tahu pertengkaran yang akan mereka hadapi, atau kesedihan yang bisa mereka alami. Seharusnya mereka menggunakan itu sebagai bekal untuk saling mengenal satu sama lain. Namun di dunia nyata tidak ada hal seperti itu. Mungkin nasihat dari gypsi tua berikut ini bisa kita gunakan.
That little voice inside us always tell the truth, but most people take it for granted. Love is a celebration of feeling. You have to use your heart to feel it, not your brain.
Empat bintang untuk Lyubitshka*


*Lyubitshka artinya cinta, sekaligus adalah nama gypsi tua dalam novel ini.

Giveaway Buzzer

Beberapa waktu belakangan ini saya tertarik untuk membaca dan (sedapat mungkin) mengkoleksi buku-buku sastra/novel yang berlatar belakang Asia. Sewaktu saya mencari-cari buku yang mau saya baca untuk event baca bareng BBI bulan ini (salah satu temanya adalah Sastra Asia), saya menemukan ada banyak buku-buku menarik yang ditulis oleh penulis Asia (di luar penulis Indonesia). Di antara buku-buku itu ada juga yang masuk dalam daftar 1001 buku yang harus dibaca sebelum meninggal. Salah satu buku yang masuk dalam daftar itu adalah buku berikut ini


17278242




Judul Buku : An Artist of Floating World


Penulis : Kazuo Ishiguro


Dalam An Artist of Floating World, Kazuo Ishiguro menyuguhkan tampilan otentik Jepang pasca perang, Jepang yang `mengambang` karena perubahan perilaku dan budaya.
Ishiguro yang lahir di Nagasaki pada tahun 1954 - tetapi pindah ke Inggris pada tahun 1960 - menulis kisah Masuji Ono, seorang seniman bohemian dan penyedia kehidupan malam yang menjadi propagandis imperialisme Jepang selama masa perang.
Tetapi kini perang telah berakhir dan Jepang kalah. Istri dan anak Ono terbunuh. Apa yang tersisa pada Ono? Inilah kisah yang membawa Ishiguro meraih penghargaan Whitbread Prize pada tahun 1986.
Editor’s Note
Ishiguro menulis dengan perpaduan yang sangat baik antara ekonomi dan bahasa deskriptif, tanpa menghamburkan kata atau bagian-bagian yang tidak relevan.



Buku ini ternyata sudah diterjemahkan oleh Rahma Wulandari dan diterbitkan oleh Elexmedia Komputerindo. Beberapa teman BBI juga ada yang sudah membaca dan mereviewnya. Saya jadi penasaran berat dengan buku ini.


Untungnya, mbak Melody sedang bikin giveaway yang berhadiah 3 ekspemplar buku ini di blog-nya. Kalau kamu mau dapat buku gratis, silahkan datang ke sini dan ikuti petunjuknya untuk mendapatkan buku ini.

#181 Ginko


Judul Buku : Ginko
Penulis : Jun'ichi Watanabe
Halaman : 464
Penerbit : Serambi


Gin Ogino menikah dengan seorang petani kaya pada umur 16 tahun. Pernikahan ini dianggap sebagai suatu keberuntungan bagi keluarga besar Ogino. Akan tetapi ketika Gin pulang ke rumah keluarganya dan meninggalkan suaminya, semua orang jadi bertanya-tanya. Apalagi kepulangan Gin disertai rumor bahwa Gin sedang sakit. Kenyataannya Gin memang sedang sakit saat meninggalkan suaminya. Dia menderita gonorrhoea (suatu penyakit seksual menular) yang didapatkannya dari suaminya. Bukan hanya karena penyakit yang membuatnya menderita dan tidak bisa memiliki keturunan, tetapi karena ketidak setiaan suaminya membuat Gin sakit hati. Gin mendobrak tradisi dengan menceraikan suaminya.

Pada masa itu, di Jepang pengobatan Cina hanya dilakukan oleh laki-laki. Dr. Mannen yang mengobatinya tidak mungkin menyentuhnya. Jadi pengobatan yang diterima Gin hanyalah berdasarkan penjelasan Gin kepada dokter itu atas gejala yang dialaminya. Suatu ketika, Dr. Mannen menyarankan Gin untuk berobat ke Tokyo. Pengobatan Barat yang jauh lebih baik mungkin bisa menyembuhkan Gin. Karena ingin sembuh, Gin pun berangkat ke Tokyo. Alangkah terkejutnya Gin ketika dia harus "membuka dirinya" diperiksa oleh dokter laki-laki dan disaksikan oleh mahasiswa kedokteran lainnya.
Aku akan menjadi dokter! Lihat saja nanti!
Rasa malu yang dialami Gin membuatnya berambisi menjadi seorang dokter. Tentu saja tidak mudah, karena budaya Jepang saat itu belum menyetujui adanya seorang dokter perempuan. Keluarganya tak satupun mendukungnya. Perjalanan Gin menjadi seorang dokter jauh dari mulus. Tapi Gin tidak putus asa. Diawali dengan belajar sastra dan budaya di rumah Profesor Yorikuni Inoue, kemudian masuk Sekolah Guru Perempuan Tokyo adalah sebagian dari upaya Gin mengisi waktu sebelum masuk ke sekolah kedokteran. Gin juga mengubah namanya menjadi Ginko Ogino sebagai bentuk usahanya memperlihatkan pada masyarakat bahwa seorang perempuan punya kedudukan yang sama dengan laki-laki.

Ginko akhirnya masuk ke Universitas Kedokteran Kojuin. Sebagai satu-satunya mahasiswi kedokteran, tentu saja Ginko harus berusaha lebih keras. Bukan saja menghadapi lingkungan sekitarnya, Ginko harus bekerja untuk menghidupi dirinya. Ketika Ginko lulus dengan predikat terbaik, sekali lagi Ginko harus menghadapi ujian sertifikasi. Tiga tahun ditolak dengan alasan dia seorang perempuan, Ginko akhirnya menemukan jalannya untuk menjadi seorang dokter ginekologi dan obstetri. Sekali lagi Ginko mendobrak tradisi Jepang dengan menjadi dokter perempuan pertama di Jepang.

220px-Ogino_Ginko2

Pengalaman pahit Ginko terhadap laki-laki membuatnya selalu ingin mencari cara agar kedudukan perempuan bisa sama dengan laki-laki.  Ginko aktif dalam berbagai organisasi perempuan. Nama Ginko Ogani menjadi terkenal dan dia dikagumi oleh banyak orang  (laki-laki dan perempuan). Shitaka, seorang mahasiswa juga mengagumi semangat Ginko akhirnya jatuh cinta pada Ginko. Untuk ketiga kalinya, Ginko melanggar tradisi. Ginko pun menikahi Shitaka yang usianya jauh di bawahnya.

Novel ini diangkat dari kisah nyata Ginko Ogani seorang dokter perempuan pertama di Jepang. Perjuangan Ginko yang berkali-kali melanggar tradisi justru menginspirasi perempuan-perempuan di Jepang untuk mengejar cita-cita mereka. Ginko tidak menyerah dengan segala keterbatasan dan keadaan di sekelilingnya. Ginko sendiri meninggal pada usia enam puluh tiga tahun. Hingga akhir hidupnya Ginko tetap membuka klinik dan melakukan pelayanan kesehatan.


g_081126_wata00

Jun'ichi Watanabe, penulis novel ini, adalah seorang dokter ortopedi yang menekuni dunia kepenulisan. Sejak 1969 dia sepenuhnya menjadi penulis. Karyanya banyak yang berupa biografi dan berlatar belakang ilmu kedokteran. Berbagai penghargaan juga telah diterimanya antara lain hadiah Naoki 1970 untuk novel Hikari to kage dan hadiah Eiji Yoshikawa untuk novel Toki rakujitsu. Novel Ginko (dengan judul asli Beyond the blossoming fields) menjadi buku bestseller di Jepang.

#180 Minggat


Judul Buku : Minggat (Lima Sekawan #3)
Penulis : Enid Blyton
Halaman : 267
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Kenapa Lima Sekawan minggat? Trus mereka minggat kemana?

Liburan kali ini terasa berbeda. Bibi Fanny sedang sakit dan terpaksa harus masuk rumah sakit. Tentu saja Paman Quentin menemani istrinya. Pengurus rumah tangga mereka, Bu Stick, adalah orang yang tidak ramah. Begitu juga dengan anaknya, Edgar dan anjingnya si Abu yang bau. Yang tersiksa tentunya George, Julian, Dick, Anne dan Tim. Bu Stick tidak menyediakan makanan bagi mereka dengan layak. Untuk teman minum teh, mereka sering mendapatkan roti basi. Pak Stick yang berwajah buruk juga selalu menghalangi anak-anak untuk mendapatkan makan malam. Dan yang membuat George bertambah marah dan takut karena Bu Stick tidak segan untuk meracuni Tim.

George merencanakan untuk minggat dari rumahnya. Diam-diam dia mempersiapkan bekal untuk tinggal di Pulau Kirrin. Tengah malam, George dan Tim pergi meninggalkan rumah. Untungnya Julian mengetahui rencana George dan segera menyusul George. Dia pun meyakinkan George kalau dia dan adik-adiknya akan menemani George tinggal di Pulau Kirrin. Mereka pun mengatur siasat untuk mengelabui keluarga Stick, agar mereka mengira anak-anak dan Tim kembali ke London.

Di Pulau Kirrin, anak-anak mendapati kejadian yang aneh. Ruangan bawah tanah Puri Kirrin tertutup batu. Sepertinya ada yang menempati ruangan itu. Di bangkai kapal juga mereka temukan sebuah koper yang masih baru. Mungkin ada penyelundup yang datang ke Pulau Kirrin. Akhirnya anak-anak menemukan sebuah gua yang kering, dan mereka pun bermalam di sana. Alangkah terkejutnya mereka ketika di suatu pagi mereka melihat keluarga Stick ada di Pulau Kirrin. Apa yang mereka lakukan di sana? Apakah keluarga Stick bekerja sama dengan penyelundup?

Dibandingkan dua buku sebelumya, kisah petualangan kali ini sedikit berbeda. Mereka tidak lagi menemukan harta karun atau peta kuno. Lima Sekawan kali ini mengungkap misteri yang terkait dengan keluarga Stick. Beberapa kata-kata seperti brengsek dan tolol masih terdapat dalam buku ini. Minggat dari rumah tanpa sepengetahuan orang tua apapun alasannya juga bukan contoh yang baik.  Tetapi keberanian anggota Lima Sekawan untuk membela hak mereka dan mengungkap kejahatan adalah hal yang bisa ditiru. Jadi untuk anak-anak yang membacanya sedapat mungkin diberikan pemahaman yang baik oleh orang dewasa.



Read-A-LongButton

Postingan ini diikutsertakan dalam event 2013 Read-a-long with Children Literature, Fun Year with Children Literature, dan A Reading Challenge on Mystery From 2013 TBRR Pile

#179 Beraksi Kembali


Judul Buku : Beraksi Kembali (Lima Sekawan #2)
Penulis : Enid Blyton
Halaman : 240
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Lima Sekawan beraksi kembali. Kali ini mereka berusaha mengungkap misteri pencurian di Pondok Kirrin. Tentunya ada petualangan yang menarik menanti mereka. Setelah menghabiskan musim panas di Pondok Kirrin, anak-anak  harus kembali bersekolah. George sekarang bersekolah di tempat yang sama dengan Anne. Di internat (asrama), mereka diperbolehkan membawa hewan peliharaan. Jadi Tim juga ikut "bersekolah" dengan George dan Anne. Sementara Julian dan Dick bersekolah di tempat yang berbeda.

Dalam liburan Natal, seharusnya anak-anak berlibur di rumah mereka di London. Tetapi ibu mereka terkena wabah, sehingga terpaksa liburan Natal dialihkan ke Pondok Kirrin. Ditambah lagi selama liburan mereka tetap harus belajar, karena sempat tertinggal beberapa mata pelajaran. Ayah Julian sudah meminta Paman Quentin mencari guru privat untuk anak-anak. Dan ketika Pak Guru Roland datang, tiba-tiba saja Tim menunjukkan rasa tidak suka pada Pak Guru Roland. Pak Guru Roland sendiri juga tidak menyukai Tim, sehingga George pun tidak senang dengan Pak Guru Roland.

Kisah Lima Sekawan tidak lengkap tanpa petualangan. Mereka menemukan sebuah peta kuno di Kirrin Farm. Pada peta itu tertulis bahasa Latin "VIA OCCULTA" yang berarti Jalan Rahasia. Konon menurut Bu Sanders, petani yang tinggal di Kirrin Farm, ada jalan rahasia yang menghubungkan Kirrin Farm dengan suatu tempat. Jalan itu dulunya digunakan pada masa lampau untuk menghindari musuh. Tetapi tidak ada satupun tempat di Kirrin Farm yang sesuai dengan peta kuno itu. Apalagi mereka tidak bisa bebas berkeliaran di Kirrin Farm, karena Bu Sanders akan kedatangan tamu dua orang seniman dari kota. Lima Sekawan sangat penasaran dengan peta itu, dan mereka harus tetap belajar bersama Pak Guru Roland.

Ketidaksukaan Tim dan George ternyata ada hubungannya dengan peristiwa pencurian di Pondok Kirrin. Beberapa arsip penelitian penting Paman Quentin dicuri. Tidak mungin pencurinya orang luar, karena di luar rumah tumpukan salju sangat tinggi. George mencurigai Pak Guru Ronald sebagai pencurinya, setelah dia melihat Pak Guru Roland bercakap-cakap dengan dua orang seniman di Kirrin Farm. Padahal di depan anak-anak, Pak Guru Roland mengaku tidak mengenal kedua seniman itu. Kecurigaan George semakin menguat ketika dia mendapati Pak Guru Roland pernah mengendap-endap di ruang kerja ayahnya.

Petualangan Lima Sekawan di buku kedua ini lebih seru dibandingkan buku pertama. Suasana misterinya juga lebih kental. Ternyata Pondok Kirrin menyimpan banyak misteri yang tidak diketahui oleh Paman Quentin dan Bibi Fanny. Selain mengungkap misteri Pondok Kirrin, Lima Sekawan juga berhasil menangkap pencuri arsip Paman Quantine.

Seperti yang pernah saya sebutkan dalam resensi buku pertama, buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh anak-anak yang berusia 10 tahun ke atas. Tetapi dalam edisi cetakan tahun 2009 yang saya baca ini ada beberapa umpatan kasar yang dilontarkan oleh Julian dan saudara-saudaranya. Ada juga tertulis bahwa Anne yang berumur 10 tahun membelikan hadiah Natal berupa rokok untuk Pak Guru Roland. Mungkin di masa Enid Blyton menulis kisah ini, rokok adalah barang mahal dan memberikannya kepada orang lain merupakan bentuk penghargaan. Jadi, untuk adik-adik yang membaca kisah ini mungkin ada baiknya didampingi oleh orang tuanya.

Sekarang saya mau melanjutkan membaca petualangan seru Lima Sekawan berikutnya.


Read-A-LongButton

Postingan ini diikutsertakan dalam event 2013 Read-a-long with Children Literature, Fun Year with Children Literature, dan A Reading Challenge on Mystery From 2013 TBRR Pile

#178 Di Pulau Harta


Judul Buku : Di Pulau Harta (Lima Sekawan #1)
Penulis : Enid Blyton
Halaman : 179
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Read-a-long with Children Literature bulan Maret- April mengambil tema karya legendaris penulis cerita anak Enid Blyton. Dan satu serial karya Enid Blyton favorit saya adalah Lima Sekawan. Dulu saya sempat punya beberapa buku Lima Sekawan (nyaris lengkap) lungsuran dari tante. Tapi karena belum niat koleksi,
dan belum tahu gimana senangnya punya timbunan buku buku-buku itu saya pinjamkan ke orang lain dan sampai sekarang hilang ga berbekas. Yah.. nyesalnya baru sekarang. Apalagi pas liat harga boxset Lima Sekawan yang mahal itu. Tinggal berharap ada rejeki atau donatur yang mau menghadiahkan boxset Lima Sekawan untuk saya.

Bulan ini saya berniat untuk membaca ulang 21 buku serial Lima Sekawan. Tentunya niat ini ga bakal beres dalam sebulan, akhirnya jadi proyek seumur hidup aja. Kebetulan saya mendapat pinjaman 3 buku Lima Sekawan dari Dion (#2, #3 dan #4). Berhubung ga afdol rasanya ga baca dari buku #1, saya pun minjam ke rentalan. Eh, dapatnya yang edisi lama (terbitan tahun 1984) sama dengan yang saya baca dulu. Jadinya benar-benar bernostalgia dengan Lima Sekawan.

Di buku pertama ini, dikisahkan tiga bersaudara, Julian-Dick-Anne, yang tidak bisa liburan bersama kedua orang tuanya. Sebagai gantinya ketiga anak ini akan mengunjungi sepupu mereka, Georgina, di Pondok Kirrin. Georgina adalah anak perempuan yang tomboy dan berkeras untuk dipanggil dengan nama George. Awalnya George terkesan sombong, tapi sebenarnya itu adalah upaya dia untuk terlihat kuat seperti anak laki-laki. Untungnya Julian yang bijak bisa mencairkan suasana, sehingga keempatnya jadi akur, ditambah dengan kehadiran Tim, anjing George yang lucu yang disukai oleh keempatnya.

George mengajak ketiga sepupunya (dan Tim) untuk mengunjungi Pulau Kirrin. Pulau ini tadinya milik keluarga Bibi Fanny (ibunya George), yang kemudian diberikan kepada George. Suatu hari, terjadi badai besar yang kemudian mengangkat bangkai kapal dari dasar Teluk Kirrin. Keempat anak ini sangat senang dengan bangkai kapal itu, apalagi kemudian mereka menemukan kotak tua berisi peta Pulau Kirrin. Jiwa petualang mereka terusik ketika melihat peta yang menunjukkan harta karun di Pulau Kirrin. Sayangnya Paman Quentin menyita kotak tua itu dan menjualnya kepada seorang kolektor barang antik. Bukan hanya itu, si kolektor pun berniat membeli Pulau Kirrin. George marah besar. Tapi kedua orang tuanya yang kesulitan keuangan  tidak mengindahkan kemarahan George. Untungnya Julian sempat menyalin peta itu. Sebelum pulau dibeli, kelimanya berniat mencari tahu misteri harta karun di Pulau Kirrin. Dan tentu saja mereka menemukan sesuatu yang terpendam di bawah kastil Kirrin.

Di buku pertama inilah mulai terbentuk kelompok Lima Sekawan. Dan di antara kelima tokoh Lima Sekawan ini, dulunya saya menyukai George yang mempunyai jiwa petualang dan tomboy. Tapi sekarang saya menyukai Julian yang bijaksana.  Dick sepertinya belum kelihatan karakternya. Sementara Anne si bungsu yang sensitif dan ceroboh tidak istimewa di mata saya.

Membaca ulang kisah Lima Sekawan ini adalah pengalaman menyenangkan buat saya. Masa kecil saya sangat akrab dengan kisah ini. Saya pun jadi menyukai anjing karena ingin seperti George. Petualangan demi petualangan yang dialami oleh empat anak dan satu anjing ini membuat saya iri. Saya malah sempat berangan-angan membentuk kelompok Empat Sekawan dengan kakak dan dua sepupu saya yang sebaya. Kami menciptakan petualangan sendiri, tapi tentunya tidak sehebat petualangan Lima Sekawan.

Lima Sekawan mengajak kita bertualang, memecahkan misteri dan mengatasi masalah-masalah yang muncul di sekitar kita. Buku ini layak dibaca oleh anak-anak berusia 10 tahun ke atas. Dan kalau boleh saya bilang, anak-anak yang ga baca (apalagi yang tidak mengenal) serial ini pasti rugi besar.



Read-A-LongButton

Postingan ini diikutsertakan dalam event 2013 Read-a-long with Children Literature, Fun Year with Children Literature, dan A Reading Challenge on Mystery From 2013 TBRR Pile

#177 I'd Tell You I Love You, But Then I'd Have To Kill You


Judul Buku : I'd Tell You I Love You, But Then I'd Have To Kill You (Gallagher Girls #1)
Penulis : Ally Carter
Halaman : 320
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Akademi Gallagher dari luar terlihat sebagai sekolah khusus anak perempuan yang berasal dari keluarga kaya. Tapi itu salah (kecuali bagian khusus anak perempuan). Sebenarnya Akademi Gallagher adalah sekolah mata-mata top secret. Semua siswanya harus bisa menguasai empat belas macam bahasa, dan punya kerabat yang berprofesi sebagai mata-mata. Atau setidaknya punya kemampuan khusus menjadi mata-mata.

Orang tua Cammie Morgan adalah mantan spionase. Ayahnya bahkan MIA (Missing In Action). Kehilangan suami membuat ibunya pensiun menjadi mata-mata dan akhirnya menjadi Kepala Sekolah di Akademi Gallagher. Cammie putri satu-satunya kemudian disekolahkan di tempat itu. Kemampuan utama Cammie adalah "menjadi bunglon". Jika sedang tidak ingin terlihat, tidak seorang pun akan mengenali Cammie. Tetapi hal itu tidak berlaku untuk Josh, seorang cowok yang dijumpainya di karnaval kota Roseville. Cammie sedang berada dalam misi "Operasi Rahasia" ketika dia mendapati Josh menatapnya. Hal ini membuat Cammie gusar.

Dibantu oleh teman-temannya Bex, Liz dan Macey, Cammie menjalankan misi khusus untuk menyelidiki Josh. Setelah mengenal Josh, Cammie baru menyadari bahwa dia menyukai Josh. Tentu saja tidak mungkin Cammie membuka jati dirinya di hadapan Josh. Cammie mulai mengatur strategi untuk berkencan dengan Josh. Dan itu termasuk bagaimana menyelinap keluar dari sekolah. Bagaimana nasib kisah cinta Cammie dan Josh? Apa yang dilakukan Cammie ketika Josh mulai curiga pada Cammie?

Karena mengambil setting latar belakang sekolah mata-mata, banyak yang memasukkan teenlit ini dalam genre mystery atau thriller-espionage. Tapi saya pribadi kurang merasakan aura misterinya. Yang paling kerasa justru galau-nya Cammie menjalani pacaran backstreet-nya dengan Josh. Saya juga kurang menikmati kisahnya, yang mungkin disebabkan oleh terjemahannya dengan kalimat bersayap. Terutama saya ga suka ending-nya yang berkesan mengistimewakan Cammie (mungkin karena dia anak Kepala Sekolah, jadi perturan untuknya agak melunak).Meskipun demikian, saya menyukai persahabatan Cammie dengan teman-temannya. Termasuk bagian dimana mereka memata-matai Josh. Kocak dan seru.

Saya hanya bisa memberikan dua bintang untuk buku pertama dari serial Gallagher Girls ini. Ally Carter memulai debutnya menulis cerita Young Adult lewat serial ini. Selanjutnya tentang Ally Carter bisa dilihat di website-nya. Ada pernak-pernik Gallagher Girls lho dijual si sana.


#176 Irish Rebel


Judul Buku : Irish Rebel (Irish Heart #3)
Penulis : Nora Roberts
Halaman : 243
Penerbit : Sillhoutte


Irish Rebel adalah buku ketiga dari serial Irish Heart karya Nora Roberts. Masih seputar imigran dari Irlandia yang datang mengadu nasib (dan cinta) di Amerika. Kalau di Irish Throughbred kita mengenal Adelia dan Travis, maka di Irish Rebel kita bertemu dengan putri tertuanya, Keeley Grant. Keeley tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan mempunyai ambisi seperti ibunya. Dia mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak yang ingin mengenal olahraga berkuda lebih dekat. Dengan kesibukannya, tidak ada waktu bagi Keeley untuk mempunyai kekasih.

Kemudian datanglah Brian Donelly, seorang pemuda Irlandia sebagai trainer di Royal Meadows. Brian bekerja pada Travis menggantikan Uncle Paddy yang sudah pensiun dan kembali ke Irlandia. Satu kelebihan Brian adalah kemampuannya memahami kuda, bukan hanya sebagai seekor binatang, tetapi sebagai pribadi utuh yang hidup. Beberapa kuda di Royal Meadows yang terkenal suka berulah dan liar berhasil ditundukkan oleh Brian. Kelebihannya ini yang membuatnya disukai oleh keluarga Grant. Ketika Brian bertemu dengan Keeley yang dikenal sebagai ice cold girlBrian langsung jatuh hati. Tetapi Brian sadar akan posisinya di Royal Meadows.

Ternyata cinta Brian bersambut. Keeley, si Irish Rebel, berusaha untuk meyakinkan Brian bahwa dia layak untuk mendapatkan cinta Keeley. Memang agak de javu dengan kisah ini, dimana dulunya Adelia, ibunya Keeley,  yang berada di posisi Brian. Di sisi lain, Keeley selalu memperlihatkan kemandiriannya di depan Brian, yang membuat Brian berpikir Keeley tidak membutuhkannya.

The story is okay, but I do not quite get the chemistry. Especially when Keeley is more dominant than Brian. Keeley the  determined woman can overcome the doubts of Brian, a stubborn man. In addition there are many terms about the horse that made me a bit confused when read it. I think two stars is enough for Irish Rebel.


#175 Cruise on You


Judul Buku : Cruise on You
Penulis : Margareta Astaman
Halaman : 231
Penerbit : Atria

Impian Marella cuma satu : naik kapal pesiar! Berawal dari kekagumannya terhadap kapal kontainer yang besar dan keinginan merasakan berada di laut lepas. Berhubung kalau naik kapal kontainer bakal dihimpit barang-barang, maka Marella mengubah sedikit mimpinya. Dan bukan hanya sekedar naik saja, tapi tentunya berlayar ke tempat yang jauh yang ada saljunya. Ketika ada sayembara berhadiah Royal Caribeean Cruise Package, Marella pun melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan hadiah utamanya, berlayar dengan kapal pesiar di Alaska. Toh syaratnya hanya mengirimkan foto romantis. Tidak punya pacar bukan masalah, Marella kan punya mantan pacar. Setelah melakukan seleksi terhadap foto-foto mantan pacarnya dipilihlah foto romantisnya dengan Jonas.

Tidak disangka, foto kiriman Marella memenagkan sayembara tersebut. Tetapi pengambilan hadiah harus diambil oleh kedua orang di dalam foto. Barulah muncul masalah. Jonas, mantannya itu, sudah tidak jelas dimana rimbanya. Lagipula dulu Marella yang memutuskannya dengan cara selingkuh dengan cowok lain. Marella melakukan itu karena tidak tahan dengan sikap Jonas yang selalu merendahkan apapun yang dilakukannya. Namun, demi kapal pesiar, Marella akan melakukan apa saja untuk menemukan Jonas. Meskipun dia harus mengetuk setiap pintu di Jakarta.

Setiap usaha pasti ada hasilnya. Marella menemukan Jonas. Hanya saja, Jonas sama sekali tidak berubah, apalagi sepertinya Jonas masih marah besar gara-gara dulu diselingkuhi. Apalagi Jonas sudah punya pacar baru yang jauuuhh banget jika dibandingkan dengan Marella. Marella, karyawan biasa yang pendek dan wajah biasa-biasa saja tidak mungkin bisa dibandingkan dengan Keira yang seorang model dengan fisik mengagumkan.

Ide cerita sederhana tetapi memiliki makna yang dalam. Marella mengejar impiannya dengan semua usaha dan kemampuannya. Bahkan rela melakukan apapun. Semangat Marella ini menjadi pelajaran bagi saya sebagai pembaca. Menariknya, karena novel ini disajikan dengan humor yang segar dan jauh dari kesan serius. Ditambah dengan ilustrasi lucu di beberapa lembar halamannya, novel ini bisa dihabiskan dalam satu kali duduk.


#174 Spell Bound


Judul Buku : Spell Bound (Hex Hall #3)
Penulis : Rachel Hawkins
Halaman : 396
Penerbit : Ufuk Fiction


Sebenarnya saya sangat mengharapkan ada lebih banyak ketegangan, sihir dan api di buku ketiga serial Hex Hall ini. Atau semacam klimaks dari serangkaian perjalanan Sophie dalam dunia Prodigium. Sayangnya buku ketiga malah berasa anti-klimaks dengan lebih banyak drama. Apalagi Hawkins membuat Sophie Mercer sebagai the next Bella Swan, dengan menempatkannya sebagai cewek galau yang mencintai Archer tapi menyayangi Callahan.

Awal Spell Bound dibuka dengan Sophie yang berhasil meninggalkan Thorney Abbey menuju ke kediaman keluarga Brannick. Keluarga Brannick adalah sekolompok wanita Irlandia berambut merah yang adalah turunan penyihir putih, dan juga sudah mengejar-ngejar Prodigium sejak ratusan tahun lalu. Ketika Cal menyuruh Sophie menemui ibunya di kediaman keluarga Brannick, saya menduga bakal muncul twist baru yang menjelaskan mengapa kedua orang tua Sophie tidak bisa bersatu. Yup. Ibu Sophie, Grace Mercer adalah seorang Brannick yang seharusnya melenyapkan ayahnya, James Atherton yang adalah seorang demon. Jadi urusan percintaan-beda-jenis ini tidak asing lagi dalam keluarga Sophie.

Sambil memulihkan diri dan memikirkan langkah selanjutnya menghadapi Casnoff bersaudari, Sophie juga membiasakan diri berhadapan dengan keluarga Brannick yang terdiri atas Aislinn, Finley dan Izzy (dan ohya.. Grace juga). Tidak disangka, di suatu hari Callahan muncul di depan pintu bersama James yang kehilangan kekuatannya. Belum lengkap reuni keluarga ini tanpa kehadiran Archer, Archer pun muncul walau dalam bentuk hologram. Setidaknya Sophie mengetahui bahwa mereka semua aman. (Sophie melihat berita tentang Jenna yang diselamatkan oleh Lord Byron). Setelah mereka menyusun rencana untuk menghadapi Casnoff, tiba-tiba saja Sophie menghilang dan muncul kembali di Hex Hall. Di sana, lagi-lagi melakukan reuni dengan Jenna, Archer dan ratusan siswa lainnya. Hal yang membingungkan karena sekolah itu tadinya suda ditutup. Ternyata Casnoff mengumpulkan mereka semua untuk membentuk pasukan demon. Yah.. semua siswa akan diubah menjadi demon. Saatnya Sophie dan kawan-kawan harus bertindak untuk menghancurkan rencana jahat itu. Tetapi yang utama, Sophie harus mendapatkan kembali kekuatannya dan kuncinya ada pada buku tua yang dikuasai oleh Lara Carnoff.

Selain urusan per-demon-an, Sophie justru bahagia bisa kembali berjumpa dengan Archer. Satu per satu orang di sekeliling Sophie bisa menyadari bahwa keduanya saling mencintai, apapun yang terjadi di masa lalu. Dan salah satu yang bisa paham akan hal itu adalah Cal. Melihat tunangannya mencintai warlock lain bukanlah hal yang mudah bagi Cal, tapi demi kebahagiaan Sophie akhirnya Cal bisa menerima. Sounds typical, right? Poor Cal..  Seandainya saja Hawkins tidak membuat Jenna menjadi seorang vampir lesbian, pasangan warlock dan vampir rasanya jauh lebih baik daripada menjadi pasangan hantu

Hex Hall series memang tidak sehebat Harry Potter dalam urusan sihir menyihir. Tetapi dalam tiga seri, Hawkins berhasil membuat saya tersihir dengan kisah yang segar, lucu, dan penuh fantasy. Ada lebih banyak bentuk makhluk fantasy dengan segala kekuatan dan kemampuannya membuat saya angkat jempol untuk usaha Hawkins. Tapi setelah membaca lengkap buku ini, saya masih menyisakan satu pertanyaan untuk Hawkins. "Kucing hitam yang muncul di cover punya siapa sih?" :D


#173 Demonglass


Judul Buku : Demonglass (Hex Hall #2)
Penulis : Rachel Hawkins
Halaman : 449
Penerbit : Ufuk Fiction


Membuat review untuk buku berseri itu sulit, karena biasanya hal yang kalau dituliskan di review prekuelnya bisa jadi spoiler, justru harus dituliskan di review buku berikutnya. Seperti pada buku ini, terpaksa saya harus menceritakan bahwa Sophie akhirnya mengetahui bahwa dirinya bukan penyihir, tetapi seorang demon, dan dia harus menyaksikan buyutnya (Alice) membunuh Elodie. WalaupunAlice berhasil dibunuh oleh Sophie dengan menggunakan kaca demon (demon glass), Sophie tetap takut dia akan menjadi ganas seperti Alice dan membunuh orang-orang yang dikasihinya. Untuk itu, Sophie memutuskan untuk menjalani pemunahan (penghilangan kekuatan sihir). Tetapi keputusan akan pemunahan ditentukan oleh Ketua Dewan yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.

Selama enam bulan, Sophie menunggu kedatangan ayahnya ke Hex Hall. Ketika ayahnya datang, permintaan Sophie untuk melakukan pemunahan tidak diterima begitu saja. James, ayah Sophie, membuat kesepakatan dengan Sophie. Selama musim panas, Sophie harus ikut bersama ayahnya ke Inggris dan belajar mengenai demon. Jika di akhir musim panas nanti Sophie masih tetap ingin melakukan pemunahan, maka ayahnya akan mengabulkan keinginannya itu. Sophie menyetujuinya asalkan Jenna juga ikut ke Inggris bersamanya. Ternyata selain Jenna, ayah Sophie juga membawa Cal ikut ke Inggris agar Sophie dan Cal bisa lebih saling mengenal. Kenapa? Karena Sophie dan Cal sudah ditunangkan :( Hiks..  Ketika tahu soal pertunangan, saya sudah punya firasat ga enak tentang Cal. Meskipun Archer dan Sophie "sudah bermusuhan", tetapi sepertinya cinta Sophie masih untuk Archer. Trus Cal gimana? Yah... gitu deh :( Padahal kurang apa sih Cal? Punya kekuatan sihir yang bisa menyembuhkan, baik banget, dan ga kalah cakep daripada Archer. Cal bahkan tidak meninggalkan Hex Hall ketika dia lulus hanya karena ingin bertemu dan menjaga Sophie.

Setibanya di Inggris, Sophie dan kawan-kawannya ternyata dibawa ke pedesaan dimana berdiri bangunan megah bernama Thorne Abbey. Bangunan besar dengan ratusan kamar ini dijadikan markas oleh Dewan yang kini tinggal 5 orang. Bersama anggota dewan ada juga dua orang demon remaja bernama Nick dan Daisy. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Sophie. Mengapa ada demon yang lain? Apakah ada penyihir yang berusaha membangkitkan demon? Yang pasti di buku kedua jauh lebih seru dibandingkan buku pertama. Lebih banyak api dan dan juga pedang. Lebih banyak pengkhianatan.

Di Thorney Abbey, Sophie dan ayahnya saling berusaha memahami. Di antara sela-sela kesibukannya sebagai Ketua Dewan, James menyempatkan diri membangun hubungan dengan putri tunggalnya. Selain memberikan pemahaman mengenai pentingnya kekuatan sihir bagi seorang demon, James juga menunjukkan kepada Sophie bagaimana dia mencintai Sophie dan ibunya dengan caranya sendiri.

Ada yang nyari Archer? Iya... dia muncul lagi di buku kedua ini, dan membuat adegan mesra tapi berbahaya dengan Sophie. Tapi berhubung saya ada di pihak Cal, kali ini saya ga mau bercerita tentang Archer :) Dan di luar typo yang bertaburan, Demonglass masih setia dengan humor sarkasme yang justru menjadikan buku ini menarik dan terasa cerdas. Tapi... cliffhanger ending-nya itu nggak banget deh. Bikin penasaran habis!!


#172 Hex Hall


Judul Buku : Hex Hall (Hex Hall #1)
Penulis : Rachel Hawkins
Halaman : 420
Penerbit : Ufuk Fiction


Tadinya saya hanya mengetahui satu sekolah sihir yaitu Hogwarts, tempat Harry Potter dan kawan-kawannya bersekolah. Kemudian pada buku ke-empat, kita mengetahui ada dua sekolah lainnya yang ikut dalam turnamen Triwizard, yang artinya ada sekolah sihir lainnya selain Hogwarts. Dan ternyata selain sekolah sihir, ada juga semacam "sekolah binaan" untuk para makhluk fantasy ini. Sekolah binaan ini yang akan kita temukan di Hex Hall.

Hecate Hall tepatnya adalah sekolah buangan, setidaknya itulah di pikiran Sophie Mercer ketika dia dikirim oleh ayahnya ke sebuah tempat terpencil tempat sekolah tersebut berdiri. Jangan membayangkan tempatnya seperti Hogwarts yang megah, Hecate Hall tempatnya seperti bangunan yang ditempel-tempel. Dan karena sekolah ini adalah tempat pembinaan para Prodigium yang "nakal", maka bukan hanya penyihir dan warlock (penyihir pria) yang ada di tempat ini. Peri, shapesifter, bahkan vampir pun ada. Sophie Mercer yang gagal merapalkan mantra cinta terpaksa harus menjalani hari-harinya hingga berusia 18 tahun di tempat itu.

Sophie Mercer mendapati dirinya adalah seorang penyihir sejak berusia 12 tahun. Tetapi ibunya memilih untuk selalu berpindah tempat tinggal untuk menutupi kenyataan itu dari sekitarnya. Sophie sendiri mengetahui bahya ayahnya adalah seorang warlock yang sudah berpisah dari ibunya sebelum Sophie dilahirkan. Ketika Sophie harus bersekolah di Hex Hall, barulah Sophie menyadari bahwa kemampuan sihirnya tidak ada apa-apanya.

Sophie ditempatkan di dalam kamar bersama satu-satunya vampir di tempat itu, Jenna. Jenna sendiri tidak disukai oleh hampir semua siswa di Hex Hall (nama keren untuk Hecate Hall), karena dia dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap Holly, salah satu siswa pada enam bulan sebelumnya. Di sekolah itu, Sophie mendapati dirinya adalah seorang penyihir hitam, itupun berdasarkan informasi dari trio gadis idola, Elodie-Anna-Chaston, yang juga adalah penyihir hitam. Elodie, Anna dan Chaston yang berusaha mendekati Sophie sejak hari pertama, mengajak Sophie untuk bergabung dengan kelompok mereka menggantikan Holly yang sudah meninggal. Sophie menolak, dan menyebabkan dia dibenci oleh ketiga gadis tersebut karena Sophie memilih berteman dengan Jenna.  Bukan hanya dibenci oleh trio penyihir cantik, Sophie harus menelan kekecewaannya ketika mengetahui warlock yang ditaksirnya, Archer, adalah pacar Elodie.

Semakin lama Sohie berada di Hex Hall, semakin banyak informasi yang mengejutkan yang diterimanya. Salah satunya adalah bahwa ayahnya yang sejak lahir tidak pernah dijumpainya adalah Kepala Dewan. Ayahnya sengaja mengirimnya ke Hex Hall demi melindungi dirinya dari agen Mata yang ingin menghabisi Pordigium. Tetapi Hex Hall sendiri bukanlah tempat yang aman. Kenyataan ini disadari Sophie ketika Chaston dan Anna ditemukan dalam keadaan terluka seperti ketika Holly ditemukan tewas kehabisan darah, dan ketika Sophie melihat dengan matanya sendiri, Archer cowok idola sekaligus yang cowok yang ditaksirnya mempunyai tanda agen Mata pada dadanya.

Hingga pertengahan buku, saya menikmati humor dan sarkasme yang disajikan pada karakter Sophie. Walaupun tidak sehebat Harry Potter, Sophie yang juga awalnya tidak tahu mengenai latar belakang keluarganya, membawa warna sendiri sebagai seorang penyihir remaja yang berusaha menemukan jati dirinya. Sophie bukanlah Prodigium yang sempurna, tapi justru itu yang membuat pembacanya merasa tersihir dan menjadi akrab dengan Sophie.

Hanya saja mendekati bagian akhir dari buku pertama ini, tempo cerita berasa dipercepat dan... wush.. kasusnya selesai. Saya sempat terpana ketika sampai di halaman terakhir, dan berkata, "ha?? segini doang?". Saya masih penasaran dengan tokoh Carl (satu-satunya cowok yang digambarkan sedemikian tampannya selain Archer). Masak sih dia kebagian jadi pengurus sekolah dan dokter sihir saja? Untungnya saya sudah punya lengkap serial Hex Hall ini sehingga tidak perlu waktu lama untuk menyimpan rasa penasaran.


#171 The True Story of the Three Little Pigs



Judul Buku : The True Story of The Three Little Pigs
Penulis : Jon Scieszka & Lane Smith (Illustrator)
Halaman : 32
Penerbit : Puffin


Ketagihan dengan tulisan Jon Scieszka, saya pun mencari beberapa ebook karya penulis yang juga adalah seorang guru ini. Dan akhirnya saya menemukan satu buku yang lucu. Maafkan saya kalau kali ini saya menulis spoiler (lha.. bukunya hanya 32 halaman :mrgreen: ). Kali ini adalah kisah tentang Serigala dan Tiga Babi Kecil, tapi diceritakan dari sudut pandang si Serigala (yang punya nama Alexander T. Wolf).  Selama ini kita tahu dongeng ini dari sudut pandang para Babi.  Ada baiknya kita melihat kisah ini dari sudut pandang yang berbeda, demi keadilan di negeri dongeng :D

Jadi ceritanya, Wolf sedang membuat kue untuk neneknya. Tapi dia kehabisan gula. Wolf kemudian pergi meminta gula ke tetangganya, sebut saja Babi 1. Dengan sopannya, Wolf mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang menyahut. Tiba-tiba Wolf bersin.... dan rumah Babi 1 yang terbuat dari jerami langsung hancur. Di tengah gundukan jerami, Babi 1 tewas dengan posisi nungging. Kebetulan Wolf belum makan malam, dan dia bukanlah seorang yang menyia-nyiakan makanan yang tersedia. " Think of it as cheeseburger ", katanya.

Karena masih membutuhkan gula, Wolf berjalan lagi menuju rumah Babi 2 yang tidak jauh dari situ. Entah kenapa di rumah Babi 2 yang terbuat dari kayu, Wolf kembali bersin. Hmm.., bisa jadi karena udara dingin, atau mungkin dia alergi babi kali ya.... Sama seperti sebelumnya, Babi 2 mati nungging di tengah tumpukan kayu. Dan Wolf makan malam untuk kedua kalinya.

Masih membutuhkan gula, Wolf pergi ke rumah Babi 3 yang terbuat dari bata. Babi 3 ini agak kurang ajar menurut Wolf, karena selain tidak mau berbagi gula, si Babi 3 juga menghina nenek Wolf. Wolf jadi marah dan berusaha mendobrak rumah Babi 3. Well.. kisah selanjutnya seperti yang sudah anda semua ketahui. Sayangnya, pada saat itu ada wartawan yang berada di dekat TKP. Bayangkan, kisah Wolf pergi mencari gula tentunya nggak sehebat kisah Wolf memakan Babi, tetangganya bukan?

Demikianlah kisah Wolf yang berusaha memperbaiki pandangan dunia terhadap dirinya yang sudah "terlanjur buruk". Sekali lagi, Jon Scieszka mengajak pembacanya untuk melihat dunia dongeng dari sudut pandang yang berbeda. Toh dongeng itu ada untuk menghibur kan? Tapi buku ini menyimpan pertanyaan, apakah Wolf benar-benar jahat? Silahkan menilai sendiri :D



#170 The Stinky Cheese Man: And Other Fairly Stupid Tales


Judul Buku : The Stinky Cheese Man : And Other Fairly Stupid Tales
Penulis : Jon Scieszka & Lane Smith (Illustrator)
Halaman : 51
Penerbit : Viking Juvenile
Kelayakan Baca : 8 tahun ke atas

Peringatan : Buku ini bisa membuat anda tertawa terbahak-bahak. Sebaiknya masuk ke dalam kamar, tutup pintu dan nikmati buku ini seorang diri. Segala resiko silahkan tanggung sendiri. :D

Peringatan di atas tidak mengada-ada. Soalnya saat saya membaca buku ini di laptop di sela-sela mengerjakan tugas kuliah, saya benar-benar ketawa sampai sakit perut. Suami saya heran, tugas kuliah macam apa yang bisa membuat saya tertawa. Okey, saya ceritakan sedikit tentang buku ini.

Alih-alih sebagai Fairy Tales, sembilan kisah dalam buku ini adalah fairly (stupid) tales. Semacam parodi dari dongeng-dongeng yang sudah terkenal di dunia. Sudah jadi parodi saja sudah lucu, ditambah lagi susunan di bukunya yang tidak biasa. Kadang narator tiba-tiba masuk ke dalam kisahnya. Ditambah ilustrasi gambar yang sedikit aneh, lengkaplah uniknya buku ini. Kesembilan kisah itu adalah : Chicken Licken, The Princess and The Bowling Ball, The Really Ugly Duckling, The Other Frog Prince, Little Red Running Shorts, Jack's Bean Problem, Cinderumpelstilskin, The Tortoise and The Hair, dan The Stinky Cheese Man.

Saya kasih bocoran satu cerita ya... (pasti tahu deh dongeng aslinya kayak apa)

Once upon a time there was a mother duck and a father duck who had seven baby ducklings. Six of them were regular-looking ducklings. The seventh was a really ugly duckling. Everyone used to say, "What a nice looking bunch of ducklings - all except that one. Boy, he's really ugly".
The really ugly duckling heard these people, but he didn't care. He knew that one day he would probably grow up to be a swan and be bigger and look better than anything in the pond.
Well, as it turned out, he was just a really ugly duckling. And he grew up to be just a really ugly duck.

The End.
 Sudahlah. Cukup satu cerita. Soalnya cerita lainnya rata-rata sependek cerita di atas kok :D Saya benar-benar menyukai buku ini (sampai berpikir harus mencari versi printed-nya). Saya tidak berusaha mencari tahu apa pesan moral dari parodi dongeng ini. Ngapain juga, toh buku ini tidak mau mengajak kita berpikir kok. Eh, tapi bisa jadi buku ini mengajak kita untuk tidak terlena dengan dongeng kan?



#169 The Right Woman


Judul Buku : The Right Woman
Penulis : Linda Warren
Halaman : 304 (ebook)
Penerbit : Harlequin


Setelah lima tahun berusaha menata hidupnya kembali, Sarah Welch, kembali dihadapkan kepada kepahitan hidupnya di masa lalu. Saat ini Sarah bekerja sebagai seorang konselor yang menangani remaja-remaja yang menajdi korban perkosaan dan narkotika. Ketika dia melihat seorang remaja terbaring dengan tatapan kosong di rumah sakit, masa lalunya kembali menghantuinya. Dulu dia adalah korban dari sindikat narkotika. Tunangannya, Greg yang adalah polisi yang menyamar di klub tempatnya bekerja sebagai pelayan, ditembak mati oleh Rudy Boyd di hadapannya. Rudy Boyd juga yang memaksa dia menjadi stripper di klub tersebut. Untunglah Ethan Ramsey dan Serena, saudara kembarnya menemukan dirinya. Kini Rudy Boyd sedang menunggu hukuman mati di penjara.

Daniel Garrett, detektif yang dulu menangani kasusnya, juga hadir di rumah sakit itu. Sarah seketika menyadari bahwa gadis yang menjadi korban ini ada kaitannya dengan kasus narkotika. Sarah selalu merasakan sesuatu yang aneh ketika melihat Daniel. Dia teringat saat dia ditemukan pingsan dengan nyaris tanpa pakaian di tubuhnya, Daniel-lah yang menolongnya. Tatapan Daniel yang selalu ingin memastikan apakah dirinya baik-baik saja, justru membuat Sarah berpikir Daniel selalu melihat Sarah sebagai seorang stripper. Karena itu Sarah menutup diri terhadap Daniel, karena dia tidak ingin diingatkan akan masa lalunya, terlebih lagi oleh seorang Daniel yang sudah menolongnya.

Tetapi ketika Sarah mendapatkan surat ancaman, orang pertama yang dia inginkan ada di dekatnya adalah Daniel. Dia tahu surat ancaman itu- entah bagaimana caranya- berasal dari Rudy Boyd. Dan orang yang tepat untuk menangani kasus ini adalah Daniel. Sekali lagi Sarah harus berada dalam perlindungan polisi, dan kali ini Daniel sendiri yang akan melindungi dirinya. Kedekatannya dengan Daniel membuat Sarah menyadari bahwa perasaannya untuk Daniel adalah rasa cinta. Somehow, Sarah mengetahui Daniel memiliki perasaan yang sama.

Dibandingkan dengan buku pertama, The Wrong Woman, kisah Sarah dan Daniel menurut saya lebih tersusun dengan baik. Mungkin karena saya sudah sedikit mengenal Sarah di buku pertama. Masa lalu Daniel yang membuatnya merasa "terikat" dengan kasus narkotika juga digambarkan dengan sempurna. Daniel mempunyai adik laki-laki yang mengalami keterbelakangan mental karena narkoba. Hatinya selalu sedih melihat seorang anak berusia 10 tahun di dalam tubuh Drew, adiknya yang berusia 35 tahun. Daniel bertekad untuk mengejar semua banda narkotika yang ada di Dallas demi adiknya. Di samping itu, Daniel juga mempertaruhkan nyawanya untuk keselamatan Sarah, wanita yang dikagumi dan dicintainya.

Kisah romantic suspense crime ini tidak hanya menguak sisi romantisme antara Sarah dan Daniel (yang mana porsinya lebih sedikit tetapi tetap terasa kuat) serta kejahatan narkotika saja, tetapi juga mengangkat sisi psikologis dari korban-korban kejahatan. Sarah yang adalah seorang konselor tetapi juga harus mengatasi masa lalunya adalah gambaran kontradiksi psikologis yang ingin diangkat oleh penulis. Linda Warren sendiri mengakui bahwa dia berusaha lebih keras untuk  membangun karakter tokoh dalam novel sekuel ini.


#168 An Abundance of Katherines


Judul Buku : An Abundance of Katherines
Penulis : John Green
Halaman : 272 (ebook)
Penerbit : Speak


Punya mantan 19 orang, itu mungkin hal yang biasa. Tapi kalau 19 orang itu semuanya bernama Katherine? That's amazing.  Tapi itulah yang dialami oleh Colin, seorang anak berbakat. Pada usia dua tahun Colin membaca headline pada surat kabar yang sedang dipegang ayahnya. Sejak saat itu, orang tuanya menyadari bahwa Colin adalah anak berbakat. "You're very special person", adalah hal yang ditanamkan oleh ayahnya pada Colin. Colin juga sempat "diajar" oleh rekan ayahnya, Krazy Keith, yang mempunyai seorang anak perempuan bernama Katherine. Katherine inilah yang menjadi pacar pertama Colin, yang kemudian memutuskannya tiga menit kemudian.

Katherine II hadir dalam hidup Colins pada saat dia berumur 8 tahun, dan hanya bertahan 8 hari sampai Katherine memutuskan hubungan dengan Colin. Selanjutnya Katherine III sampai dengan Katherine XIX terus hadir sampai Colin diputuskan oleh Katherine XIX pada hari kelulusan dari SMA. Dalam kegalauan karena diputuskan oleh Katherine XIX, Colin dan sahabatnya Hassan melakukan perjalanan meninggalkan Chicago selama musim panas. Ketika mereka tiba di Gutshot, Tennessee, Colin menemukan ide untuk membuat suatu teorema matematika yang menjelaskan mengenai hubungannya dengan Katherine. Melalui theorema ini, Colin ingin memprediksi kapan dan berapa lama hubungannya dengan the next Katherine (atau gadis lain). Teorema ini disebut The Theorem of Underlying Katherine Predictability. Colin  bahkan membuat persamaannya sebagai berikut

untitled

Jangan tanya sama saya maksud dari persamaan di atas. Baca saja di bukunya. :D

Anyway... di Gutshot, Colin dan Hassan berjumpa dengan seorang gadis bernama Lindsey. Hollis, ibunya Lindsey, mengajak Colin dan Hassan tinggal di rumah mereka, dengan catatan mereka harus bekerja pada Hollis selama musim panas. Kerjanya ringan, mereka harus mewawancarai beberapa orang yang pernah bekerja di Gitshot Factory milik keluarga Lindsey. Ketika Lindsey mengetahui tentang teorema yang dikembangkan oleh Colin, dia menjadi tertarik untuk mencari tahu. Lindsey bahkan membantu Colin menemukan beberapa variabel untuk dimasukkan dalam persamaan di atas.

Ide cerita dari kisah Colin, si pemuda berbakat ini, pada dasarnya sederhana. Tetapi John Green membuatnya menjadi sangat tidak sederhana. Siapa coba yang pernah membuat persamaan logaritma dari pengalaman diputuskan pacar?  Selain mampu membuat teorema algoritma di atas, Colin juga jago sekali ber-anagram. Hampir setiap kata yang didengarnya bisa dibuat menjadi anagram olehnya.  Dan ohya, dia juga menguasai beberapa bahasa. Tidak heran jika kita menjumpai Colin mampu bercakap-cakap dalam bahasa Arab dengan Hassan (yang keturunan Arab). Interaksi persahabatan antara Colin dan Hassan juga menarik, meskipun ada banyak perbedaan di antara mereka. Dan tentu saja, kalimat cerdas, lucu, dan quoteable khas John Green tetap ada di novel ini.


#167 Pangeran Nan Bahagia dan Dongeng-Dongeng Lainnya


Judul Buku : Pangeran Nan Bahagia dan Dongeng-Dongeng Lainnya
Penulis : Oscar Wilde
Halaman : 114
Penerbit : Portico Publishing
Usia Kelayakan Baca : Semua Umur

Buku Pangeran Nan Bahagia ini adalah kumpulan dongeng klasik, yang mempunyai gaya bertutur yang unik, tapi penuh dengan pesan. Di dalamnya terdapat 5 cerita pendek, antara lain: Pangeran Nan Bahagia (The Happy Prince), Burung Bulbul dan Bunga Mawar (The Nightingale and the Rose), Raksasa yang Suka Mementingkan Diri Sendiri (The Selfish Giant), Teman Yang Setia (The Devoted Friend), dan Roket yang Hebat (The Remarkable Rocket).

Pangeran Nan Bahagia bercerita tentang sebuah patung yang dikenal dengan nama Pangeran Nan Bahagia. Tubuh patung bersalut emas, dengan mata dari batu nilam langka dan pedang yang memili hiasan permata  delima. Semua orang mengagumi patung itu. Suatu waktu ada seekor burung layang-layang yang tertinggal dari kawanannya menumpang di kaki patung itu untuk beristirahat. Ternyata patung yang bahagia itu sedang menangisi berbagai kemalangan yang dialami oleh masyarakat kota. Dia ingin membantu, tetapi tidak bisa berpindah tempat. Dia meminta burung layang-layang membantunya, meskipun itu membuat penampilan si patung akan berubah. Banyak yang mengatakan bahwa kisah Pangeran Nan Bahagia ditujukan kepada pemerintah dan ketidaksetaraan yang terjadi di dalam masyarakat. Seharusnya pemerintah mampu membantu masyakarat yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan.

Burung Bulbul dan Bunga Mawar bercerita tentang kesetiaan dan pengorbanan. Demi seorang pemuda yang ingin mempersembahkan setangkai mawar merah kepada seorang gadis, seekor burung bulbul rela mengorbankan nyawanya. Tetapi ketika gadis itu menolak bunga pemberian pemuda tadi, bunga mawar tadi berakhir di jalan dan terinjak-injak oleh kendaraan yang lewat.

Raksasa yang Suka Mementingkan Diri Sendiri mempunyai sebuah taman dengan bunga-bunga yang cantik. Anak-anak suka bermain di sana. Tetapi raksasa itu tidak ingin tamannya rusak sehingga dia mengusir anak-anak itu dari tamannya. Musim dingin pun datang dan tidak mau pergi, tamannya menjadi tidak indah lagi. Raksasa merindukan musim semi. Suatu waktu dia mendengar ada nyanyian yang datang dari tamannya. Raksasa berpikir musim semi sudah datang. Ternyata disana ada banyak anak-anak. Raksasa kemudian menyadari keegoisannya dan menyadari bahwa anak-anaklah yang akan datang membawa musim semi. Kisah ini mengajarkan tentang berbagi dan tidak menutup diri dari orang lain. Karena kebahagiaan bisa saja berasal dari orang-orang di sekitar kita.

Teman yang Setia adalah kisah yang paling saya sukai. Menceritakan tentang seorang lelaki kecil yang jujur bernama Hans dan seorang juragan giling. Juragan giling ini sering sekali bercerita tentang persahabatan, dan semua ceritanya dinikmati oleh Hans. Hans sampai percaya akan kebaikan tuan juragan giling. Sayangnya Hans selalu diperdaya oleh juragan giling yang sifatnya tidak bersahabat sama sekali. Kisah ini mengajarkan bahwa sifat baik itu bukanlah dari kata-kata tetapi dari tindakan sekecil apapun itu.

Roket yang Hebat adalah kisah terakhir yang menceritakan tentang sebuah roket yang sombong. Di antara kembang api dan mercon lainnya, roket ini paling banyak bicara. Tetapi pada malam pertunjukan dia tidak digunakan karena bubuk mesiu-nya basah. Hingga akhirnya dia hanya menjadi mainan anak-anak dan bukan digunakan untuk pertunjukan akbar. Pesan moralnya adalah bahwa banyak bicara tanpa melakukan tugas adalah hal yang sia-sia.

Kisah-kisah dari Oscar Wilde adalah contoh tentang bagaimana sastra anak tidak harus kekanak-kanakan. Oscar Wilde mampu menanamkan pesan moral dalam ceritanya, tapi tidak secara terbuka.  Bahkan ketika telah berusia ratusan tahun, kisah-kisah ini tetap populer dan bisa terus hadir dari generasi ke generasi.



#166 L


Judul Buku : L
Penulis : Kristy Nelwan
Halaman : 394
Penerbit : Grasindo

Novel ini adalah novel dengan judul tersingkat yang pernah saya baca. L. Dari judulnya saja sudah membuat saya penasaran. Nyari bukunya juga susah. Ketemunya justru pada saat sebuah toko buku besar mengadakan obral. Setelah saya beli, novel ini sempat tersimpan lama. Dan kemarin, di saat saya meluangkan waktu untuk istirahat atas anjuran dokter, saya memilih buku ini untuk menemani istirahat saya. Tetapi isinya seperti naik rollercoaster. Menarik, nyaris membosankan, lalu mengejutkan.

Ava Torino, seorang produser TV di Bandung mempunyai obsesi yang aneh. Dia ingin mengumpulkan "koleksi" mantan cowok dengan nama berdasarkan huruf abjad sebelum berusia 27 tahun. Armand, Benny, Coki, Dafa, Egi, Frans, Gail, Hendra, Iman, Jay, Krisna, Medi, Nino, Okan, Pras, Que, Rendi, Samuel, Teddy, Uli, Valent, Wiki, Xi Men, Yuri, Zul. Kesan pertama, gila ini cewek. Player banget ya.. Tinggal satu huruf yang tersisa. L. Menurut analisis Ava, L yang berarti "Last" atau "Love", mungkin memang harus menjadi pelabuhan terakhir.

Pencarian akan si cowok L dimulai. Berawal dari liburan Ava bersama Kim, Jenna, dan Cardo sahabatnya ke Jogja. Saat berkunjung ke Borobudur, hanya Ava yang mampu meraih patung Buddha di dalam stupa, dan dia pun mengucapkan keinginan untuk segera mendapatkan huruf L-nya. Kejadian berlanjut di sebuah warung nasi goreng, Ava bertemu dengan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Bukan hanya secara fisik, Ava juga menikmati percakapan di antara mereka. Sayangnya nama cowok itu Rei, bukan Lei. Ava pun menceritakan mengani obsesinya pada Rei, yang ditanggapi Rei dengan mengatakan kalau dia cewek gila. Percakapan mereka berhenti karena Ava ditelpon oleh Kim yang meminta Ava segera datang ke hotel. Kim sedang galau, dan ingin berkeluh kesah kepada Ava. Saat mereka asyik ngobrol, tiba-tiba seorang pria, kenalan Kim, datang mendekati mereka. Namanya Ludi. Yup. Ava menemukan L-nya. Doa di Borobudur terbukti ampuh.

Ludi adalah sosok ideal untuk dijadikan pacar. Cakep, penghasilan lumayan, pekerjaan tetap, perhatian, romantis. Calon menantu idaman. Hubungan antara Ava dan Ludi berjalan mulus. Hingga mereka merencanakan pernikahan. Biasanya ketika merencanakan sebuah pernikahan ada saja godaan yang datang bagi calon pengantin. Kali ini yang merasakan godaannya adalah Ava, dan godaan itu adalah Rei. Kehadiran Rei yang bawel, sering berantem, melarang Ava merokok (sampai menyembunyikan kotak rokok dan lighter-nya) justru membuat hari-hari sibuk Ava menjadi berwarna. Meskipun Ava mulai ragu apakah dia mencintai Rei atau tidak, Ava masih yakin Ludi adalah calon suaminya. Tidak mungkin Ava memutuskan pertunangan mereka hanya karena seorang Rei. Ludi adalah si L. Tetapi ketika Ava mengetahui hidup Rei tidak panjang, Ava mulai takut kehilangan Rei.

Pada dasarnya, ide cerita yang diangkat dalam novel ini menarik. Ada pesan masyarakat-nya juga tentang bahaya merokok. Hanya saja bagian tengah buku ini nyaris membosankan, karena penulis berusaha memasukkan semua konflik yang dialami oleh sahabat Ava, serta melibatkan seluruh anggota keluarga dan rekan kerja Ava untuk menunjukkan siapa Ava sebenarnya. Namun mendekati bagian akhir, barulah ada beberapa kejutan yang muncul. Salah satunya adalah saat Ava dan Rei membahas mengenai buku Tuesday With Morrie karya Mitch Albom untuk mengatasi ketakutan mereka akan kematian. Dan saya menyukai endingnya, terutama bagian surat yang dituliskan oleh Rei kepada Ava.


#165 Noda Tak Kasatmata


Judul Buku : Noda Tak Kasatmata
Penulis : Agnes Jessica
Halaman : 192
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Novel ini mengambil setting tahun 1998, masa di mana era Reformasi menggantikan Orde Baru. Sarah, seorang mahasiswa jurusan Sejarah, ingin melakukan penelitian mengenai penumpasan PKI pada tahun 1965 silam. Menurut Sarah, runtuhnya Orde Baru adalah momentum yang pas untuk mengangkat kebenaran tentang pelaku dan korban penumpasan PKI. Untuk itu Sarah memilih desa Karya, Jombang, salah satu basis PKI pada tahun 1965, sebagai lokasi penelitiannya. Untungnya, dosennya punya kenalan yang tinggal di desa itu dan siap menampung Sarah selama penelitian.

Tentu saja penelitian Sarah tidak berjalan dengan mulus. Tidak ada yang mau menjadi narasumber untuk membuka luka lama di kota itu. Lastri, anak dari kepala desa Karya, membantu Sarah dengan mengenalkannya kepada beberapa penduduk desa. Temasuk juga kepada Surya, pria yang dicintainya, anak salah seorang anggota PKI yang ikut tewas dalam penumpasan anggota PKI. Selama puluhan tahun Surya dan keluarganya merasakan susahnya hidup gara-gara label anggota PKI. Padahal ayahnya dulu ikut partai PKI dengan alasan yang sama dengan kebanyakan penduduk desa lainnya. PKI menawarkan kesamaan derajat pada anggotanya. Tidak ada yang kaya dan miskin, semua sama. Berkecukupan dan tidak kekurangan, sebagaimana paham komunis yang mereka ketahui. Semua petani dan buruh ikut PKI, yang makin lama makin besar. Dan ketika PKI ditumpas, banyak sekali petani dan buruh yang dibantai tanpa hukum yang jelas.

Awalnya Surya tidak mau memberikan keterangan apapun kepada Sarah. Tetapi, karena kegigihan Sarah, akhirnya Surya melunak. Dalam waktu 3 hari Sarah dan Surya menyadari bahwa mereka saling mencintai. Tentu saja Lastri yang sudah menaruh harapan lama kepada Surya merasa sakit hati. Bantuan yang diberikannya kepada Sarah  justru dibalas Sarah dengan mengambil kekasihnya.

Alur cerita dalam novel ini cukup sederhana, dan hampir terkesan seperti tidak berkembang dengan baik. Seorang gadis yang seorang diri pergi meneliti tentang PKI pada akhir masa Orde Baru, dan hanya dilakukan dalam waktu kurang dari seminggu, dengan metode wawancara pada beberapa orang, rasanya terlalu gampangan. Apalagi penelitiannya untuk skripsi. Bahkan kepala desa tidak berperan apa-apa, misalnya memberikan pengarahan sebelumnya kepada masyarakatnya atau apalah untuk membantu seorang mahasiswa yang mencari data di desanya. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah terkesan tidak resmi. Belum lagi kisah cinta Sarah dan Surya yang kilat, hanya 2-3 kali bertemu mereka sudah jatuh cinta. Saya malah lebih suka dengan kisah Dewi, kakak Surya, yang bisu gara-gara menjadi saksi mata pembantaian ayahnya, dan selama bertahun-tahun memendam cintanya pada Arif, anak seorang pemimpin tim penumpas PKI.