~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#174 Spell Bound


Judul Buku : Spell Bound (Hex Hall #3)
Penulis : Rachel Hawkins
Halaman : 396
Penerbit : Ufuk Fiction


Sebenarnya saya sangat mengharapkan ada lebih banyak ketegangan, sihir dan api di buku ketiga serial Hex Hall ini. Atau semacam klimaks dari serangkaian perjalanan Sophie dalam dunia Prodigium. Sayangnya buku ketiga malah berasa anti-klimaks dengan lebih banyak drama. Apalagi Hawkins membuat Sophie Mercer sebagai the next Bella Swan, dengan menempatkannya sebagai cewek galau yang mencintai Archer tapi menyayangi Callahan.

Awal Spell Bound dibuka dengan Sophie yang berhasil meninggalkan Thorney Abbey menuju ke kediaman keluarga Brannick. Keluarga Brannick adalah sekolompok wanita Irlandia berambut merah yang adalah turunan penyihir putih, dan juga sudah mengejar-ngejar Prodigium sejak ratusan tahun lalu. Ketika Cal menyuruh Sophie menemui ibunya di kediaman keluarga Brannick, saya menduga bakal muncul twist baru yang menjelaskan mengapa kedua orang tua Sophie tidak bisa bersatu. Yup. Ibu Sophie, Grace Mercer adalah seorang Brannick yang seharusnya melenyapkan ayahnya, James Atherton yang adalah seorang demon. Jadi urusan percintaan-beda-jenis ini tidak asing lagi dalam keluarga Sophie.

Sambil memulihkan diri dan memikirkan langkah selanjutnya menghadapi Casnoff bersaudari, Sophie juga membiasakan diri berhadapan dengan keluarga Brannick yang terdiri atas Aislinn, Finley dan Izzy (dan ohya.. Grace juga). Tidak disangka, di suatu hari Callahan muncul di depan pintu bersama James yang kehilangan kekuatannya. Belum lengkap reuni keluarga ini tanpa kehadiran Archer, Archer pun muncul walau dalam bentuk hologram. Setidaknya Sophie mengetahui bahwa mereka semua aman. (Sophie melihat berita tentang Jenna yang diselamatkan oleh Lord Byron). Setelah mereka menyusun rencana untuk menghadapi Casnoff, tiba-tiba saja Sophie menghilang dan muncul kembali di Hex Hall. Di sana, lagi-lagi melakukan reuni dengan Jenna, Archer dan ratusan siswa lainnya. Hal yang membingungkan karena sekolah itu tadinya suda ditutup. Ternyata Casnoff mengumpulkan mereka semua untuk membentuk pasukan demon. Yah.. semua siswa akan diubah menjadi demon. Saatnya Sophie dan kawan-kawan harus bertindak untuk menghancurkan rencana jahat itu. Tetapi yang utama, Sophie harus mendapatkan kembali kekuatannya dan kuncinya ada pada buku tua yang dikuasai oleh Lara Carnoff.

Selain urusan per-demon-an, Sophie justru bahagia bisa kembali berjumpa dengan Archer. Satu per satu orang di sekeliling Sophie bisa menyadari bahwa keduanya saling mencintai, apapun yang terjadi di masa lalu. Dan salah satu yang bisa paham akan hal itu adalah Cal. Melihat tunangannya mencintai warlock lain bukanlah hal yang mudah bagi Cal, tapi demi kebahagiaan Sophie akhirnya Cal bisa menerima. Sounds typical, right? Poor Cal..  Seandainya saja Hawkins tidak membuat Jenna menjadi seorang vampir lesbian, pasangan warlock dan vampir rasanya jauh lebih baik daripada menjadi pasangan hantu

Hex Hall series memang tidak sehebat Harry Potter dalam urusan sihir menyihir. Tetapi dalam tiga seri, Hawkins berhasil membuat saya tersihir dengan kisah yang segar, lucu, dan penuh fantasy. Ada lebih banyak bentuk makhluk fantasy dengan segala kekuatan dan kemampuannya membuat saya angkat jempol untuk usaha Hawkins. Tapi setelah membaca lengkap buku ini, saya masih menyisakan satu pertanyaan untuk Hawkins. "Kucing hitam yang muncul di cover punya siapa sih?" :D


5 comments on "#174 Spell Bound"
  1. Hai... ulasannya menarik. Kucomot ya, buat blogku.

    ReplyDelete
  2. Ehm... pertanyaanku juga sama. Sebenernya itu kucing siapa, gaya bener nampang di 3 buku tapi sama sekali enggak disinggung-singgung dalam cerita.

    ReplyDelete
  3. Mungkin teka teki kucingnya akan terungkap di buku keempat... #eh

    ReplyDelete
  4. awalnya, sukaaa banget sama series ini.. tapi semenjak buku 2 jadi gampang ketebak jadi nggak begitu spesial hehehe tapi lumayan lah ngasih 3 bintang buat buku 2 dan 3 hehehe

    ReplyDelete