~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#202 Just So Stories


Judul Buku : Just So Stories (Sekadar Cerita)
Penulis : Rudyard Kipling
Halaman : 160
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Judulnya sih Just So Stories atau kalau diterjemahkan berarti Sekadar Cerita. Tetapi setelah saya membaca buku klasik yang tipis ini, isinya bukan cerita ala kadarnya. Saya takjub dengan gaya Rudyard Kipling memasukkan pesan moral dalam setiap ceritanya. Yang menarik lagi, setiap cerita disertai gambar ilustrasi yang lucu.  Saya akan mencoba menceritakan kembali inti dari masing-masing cerpen.

Kenapa Paus Tidak Bisa Memakan Manusia. Dalam cerpen ini diceritakan tentang paus yang rakus yang ingin memakan apa saja, termasuk seorang pelaut yang memakai tali suspender pada bajunya. Dengan kecerdikannya, pelaut mengakali paus sehingga dia bisa mengantarnya pulang ke kampung halamannya. Sementara itu, pelaut memasang pagar pada mulut paus, sehingga dia tidak bisa lagi memakan manusia.
Pesan moral : mengajarkan pada kita agar jangan rakus dan menghendaki semua hal.

Bagaimana Unta Mendapat Punuknya bercerita tentang seekor unta yang malas dan mau bekerja. Jin Penguasa Padang Gurun kemudian menyihirnya sehingga punggungnya membengkak. Jin lalu menyuruh Unta bekerja selama tiga hari tanpa makan dan minum, hanya berbekal punuknya saja.
Pesan moral : Hendaknya kita harus bekerja keras dan jangan malas

Kenapa Kulit Badak Penuh Lipatan? Itu karena seorang pria berkebangsaan Persia, si pembuat kue, menaburkan remah-remah kue pada kulit si badak rakus yang memakan bekalnya.
Pesan moral: Hati-hati dalam bertindak, jangan sampai tindakan kita merugikan diri kita sendiri.

Dari Mana Macan Mendapatkan Tutulnya? Dari seorang pemburu yang mengecat tubuh si macan agar bisa berkamuflase di hutan saat mencari mangsa.
Pesan moral: Bersatulah dengan lingkungan kita, agar tidak kesepian.

Kisah Si Anak Gajah bercerita tentang bagaimana gajah mendapatkan belalainya. Anak gajah yang selalu penasaran ini mendapatkan belalainya yang panjang karena ditarik oleh buaya.
Pesan moral: Rasa ingin tahu bisa jadi memberikan keuntungan besar bagi kita.

Tuntutan Seekor Kangguru adalah ingin menjadi hewan yang berbeda, populer dan selalu dikejar-kejar oleh hewan lain. Akibatnya tubuhnya berubah hingga dia mempunyai kaki belakang yang kuat melompat, dan ekor besar sebagai penyangga tubuhnya.
Pesan moral: Hati-hati dengan keinginanmu.

Asal Muasal Armadillo itu adalah dari seekor kura-kura dan landak. Keduanya saling bertukar tubuh karena tidak ingin diganggu oleh macan kumbang.
Pesan moral: Untuk menghindari musuh, seringkali dibutuhkan kecerdikan dan akal.

Surat Bergambar dan Bagaimana Alfabet Dirumuskan bercerita tentang seorang anak perempuan yang banyak akal bersama ayahnya menciptakan gambar dan huruf sebagai alat berkomunikasi. Inilah asal muasal mengenai huruf dan surat-menyurat
Pesan moral: Coretan kecil bisa menjadi hal yang berharga di kemudian hari.

Kepiting dan Lautan Luas menceritakan asal muasal mengapa kepiting harus ganti kulit setahun sekali. Hal ini terjadi agar kepiting bisa mengingat kekuasaaan dan keajaiban yang dapat ditimbulkan oleh seorang Penyihir Tua. Dalam kisah ini juga diceritakan asal muasal terbentuknya gugusan pulau di Indonesia. Mau tahu karena apa? Karena seekor penyu!
Pesan moral: Jangan sombong, dan selalu ingat akan Penciptamu.

Kucing Penyendiri mengisahkan tentang Kucing Liar, Anjing Liar, Manusia, Si Wanita, dan Si Bayi. Di antara kelimanya ada perjanjian seumur hidup sampai turun temurun untuk saling menjaga dan saling menghormati.
Pesan moral: Saat kita berbuat baik, kebaikan akan mengikuti kita. Begitupun sebaliknya.

Entakan Kaki Kupu-Kupu adalah kisah yang paling saya sukai dari semua cerita dalam buku ini. Bercerita tentang Raja Sulaiman yang bijaksana dan Ratu Balkis yang mencintai suaminya. Keduanya belajar dari seekor kupu-kupu tentang pentingnya saling memahami di dalam keluarga.
Pesan moral: Bijaksanalah dalam menggunakan kekuatanmu.

Kedua belas kisah ini ditulis oleh Rudyard Kipling sebagai kisah pengantar tidur. Namun bagi saya, kisah-kisah ini justru membuka imajinasi saya menuju petualangan baru. Kisah yang ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu ini tidak akan lekang oleh zaman. Saya rasa buku ini wajib dimiliki setiap orang tua untuk dibacakan (atau dibaca sendiri) kepada anak-anak mereka. Mengutip tulisan di bagian belakang buku ini : Buku ini bisa dibaca oleh semua umur dan terutama bisa menjadi hadiah indah bagi putra-putri tercinta untuk membuka wawasan imajinasi dan kecintaannya terhadap buku.

Postingan ini dibuat untuk memenuhi Reading Challenge Fun Year With Children Literature: Fun Months 3 dan  Posting Bareng BBI bulan Mei

4 stars

#201 Extremely Loud & Incredibly Close


Judul Buku :  Extremely Loud & Incredibly Close
Penulis : Jonathan Safran  Foer
Halaman : 430
Penerbit : Mahda Books



“Apa-apaan?”
 Itu adalah judul dari bab pertama buku ini, sekaligus ekspresi saya saat membaca buku ini. Dan ekspresi itu bertahan sampai saya selesai membaca buku ini. Kalau beberapa endorsement di sampul buku ini bilang “memikat”, “mengharu biru” dan “spektakuler”, saya akan menyebutnya “ajaib”. Kenapa ajaib? Baru kali ini saya menemukan buku dengan format penulisan yang amburadul, tapi dalam arti yang baik tentunya. Saya sampai harus mengunduh buku elektroniknya untuk membuktikan bahwa isi buku ini bukan salah cetak. Bayangkan saja ada satu halaman penuh dengan huruf bertumpuk seperti printout yang rusak, atau satu bab penuh dengan coretan-coretan merah seperti pekerjaan seorang editor. Ajaib.

Lalu ceritanya sendiri seperti apa?

Oskar Schell, seorang anak berumur sembilan tahun, baru saja kehilangan ayahnya akibat peristiwa 9/11 di New York. Di hari kematian ayahnya, Oskar baru saja pulang ke apartemen mereka dan mendengarkan pesan yang ditinggalkan oleh ayahnya di mesin penjawab telepon. Ada beberapa pesan di sana. Entah kenapa Oskar malah menyembunyikan mesin penjawab itu, dan menggantikannya dengan mesin penjawab baru yang sama persis. Yang Oskar sadari adalah bahwa dia satu-satunya orang di keluarganya yang mendengar suara ayahnya sebelum meninggal, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong ayahnya.

Beberapa waktu lamanya setelah kematian ayahnya, Oskar menemukan sebuah amplop dengan tulisan “Black” di dalam vas biru milik ayahnya. Di dalam amplop itu ada sebuah kunci. Oskar meyakini kunci itu milik ayahnya. Pertanyaannya, di mana lubang kunci yang pas dengan kunci itu? Maka dimulailah pencarian “Black” di seluruh New York. Oskar yakin ayahnya menyimpan sebuah rahasia seperti yang ayahnya sering lakukan selama ini. Bisa jadi ayahnya ingin Oskar membuka rahasia itu.

Saat membaca buku ini, saya sempat berpikir Oskar adalah anak yang “aneh”. Dia menganggap dirinya adalah seorang penemu (dia sampai menyurati Stephen Hawking berkali-kali), seorang yang jenius. Ada beberapa bagian yang saya tidak pahami dalam buku ini. Mengapa Oskar selalu membuat dirinya memar? Apakah itu semacam hukuman yang dia terapkan untuk dirinya sendiri? Apa mungkin anak berumur 9 tahun dibiarkan oleh orang tuanya berkeliaran di kota New York pasca peristiwa 9/11? Dalam buku ini kita juga melihat bagaimana Oskar yang tadinya begitu dekat dengan ayahnya, sepeninggal ayahnya dia masih mencari-cari keberadaan ayahnya namun justru hal itu membuatnya dekat dengan ibunya.

Membaca bagian Oskar saja sudah membuat saya bingung, ditambah lagi bagian surat si nenek dan kakek malah bikin tambah bingung. Tapi justru karena kebingungan itu membuat saya memberikan bintang empat untuk buku ini. Aneh, kan? Jangan-jangan keanehan Oskar sudah menjangkiti saya.

Ada yang memasukkan buku ini sebagai buku klasik kontemporer. Well… sejujurnya saya tidak tahu apa kriteria sebuah buku disebut sebagai klasik kontemporer. Saya akan mengutip blog-nya Ndari tentang kategori buku ini
Buku klasik-kontemporer adalah buku yang telah dibaca banyak orang, membuka tren baru di dunia literatur dan telah menjadi klasik, tapi ditulis di jaman modern. Buku-buku ini menjadi timeless, dibaca kapanpun tetap bagus.

Extremely Loud & Incredibly Close memuat tentang trauma (baik pasca 9/11 maupun pasca perang), kekeluargaan, dan perjuangan untuk bertahan hidup. Issu seperti ini seringkali menjadi topik pembahasan literature, khususnya di Amerika. Dan saya rasa buku ini bisa memberikan pelajaran bagi kita. Tentunya dengan gaya penulisan anti mainstream, saya yakin kapanpun waktunya buku ini tetap menarik untuk dibaca. Saya sendiri jadi tertarik mengoleksi buku ini. Apalagi mengingat penerbitnya yang udah gulung tikar, buku ini pasti akan jadi buku langka.

 4 stars

PS. Terima kasih untuk mas Tezar yang sudah meminjamkan bukunya :)

#200 Return To Paradise


Judul Buku : Return To Paradise (Leaving Paradise #2)
Penulis : Simone Elkeles
Halaman : 237 (ebook)
Penerbit : Llewellyn Worldwide


Yay!! Review #200 di blog ini!!

Okey. Cukup euphoria-nya. Karena penasaran dengan kisah 'nggantung antara Caleb dan Maggie, proyek baca bareng dengan Putri yang awalnya direncanakan dalam waktu 2 bulan jadi batal. Akhirnya kami sepakat meneruskan membaca buku ke 2 dari Leaving Paradise ini.

Di akhir buku pertama dikisahkan kalau Caleb pergi meninggalkan Paradise karena dia tidak tahan dengan situasi di dalam keluarganya. Ibunya menjadi pecandu obat penenang agar bisa tetap bertahan dengan kondisi memiliki seorang anak mantan tahanan, ayahnya yang denial dan saudara kembarnya yang terus menutup diri. Di sisi lain, Caleb tidak bisa menghindari Maggie, padahal hukum melarangnya berhubungan dengan korban dari perbuatannya di masa lampau. Maggie sendiri mengetahui kenyataan yang sebenarnya yang ditutupi oleh Caleb darinya. Tapi dia ingin Caleb sendiri yang mengakuinya. Caleb justru lari dari hubungan tanpa status di antara mereka, dan meninggalkannya di Paradise.

Delapan bulan berlalu, dan kisah di buku kedua diawali dengan tertangkapnya Caleb dalam kasus obat terlarang. Saat membaca ini saya langsung bereaksi, "ha?? mulai dari nol lagi?". Ternyata Caleb tinggal dengan seorang bandar narkotik. Bukannya Caleb tidak menyadari hal itu, tetapi dia terpaksa karena membutuhkan tempat tinggal. Tapi Caleb tahu diri untuk tidak menyentuh barang terlarang itu. Hanya saja dia membutuhkan Damon, konselor-nya, untuk membebaskannya dari kemungkinan ditahan. Damon memang bisa melepaskan dia dari kemungkinan ditahan, tetapi Caleb harus mengikuti program Re-START (suatu program dimana pesertanya diminta untuk bersaksi mengenai bahaya mengemudikan kendaraan di bwah pengaruh alkohol). Mau tidak mau Caleb terpkasa mengikuti program itu. Dan alangkahnya terkejutnya Caleb ketika dia menemukan Maggie juga menjadi salah satu peserta Re-START.

Bertemu kembali dengan Caleb juga merupakan kejutan bagi Maggie. Dengan tekad menunjukkan pada Caleb bahwa dia sudah move on, Maggie berusaha mengabaikan kehadiran Caleb. Namun Caleb bukanlah sosok yang bisa diabaikan oleh Maggie. Bagaimanapun juga rasa di antara mereka masih ada. Kendalanya hanya pada kejujuran dan saling percaya.  Bagi Maggie, cinta adalah kejujuran dan saling percaya. Sementara bagi  Caleb, cinta adalah melindungi orang yang dikasihi dari hal buruk.  Baik Caleb maupun Maggie sama-sama saling tidak mempercayai satu sama lain.

Konflik cinta antara Maggie dan Caleb di buku kedua ini lebih kuat emosinya. Alurnya pun tidak selambat buku pertama. Saya juga menyukai kehadiran peserta Re-START lainnya yang meski hanya "figuran" karakter masing-masing tetap kuat. Terkhusus Lenny, pemuda bengal yang sok tahu dan usil, ternyata memberikan pengaruh besar bagi Caleb untuk memutuskan dirinya harus kembali ke Paradise menghadapi masalahnya dan bukan lari dari masalah. Kehadiran Julio, teman Caleb di penjara yang hadir sesaat, tapi bisa membuat hubungan dalam keluarga Caleb mengalami pemulihan.  Dialog dalam buku kedua ini juga lebih lucu. Saya suka dengan pilihan kalimat-kalimat Simone Elkeles.

Leaving Paradise bukan hanya sekedar novel Young Adult biasa. Saya belajar banyak hal lewat novel ini. Tanggung jawab, kejujuran, keinginan menyenangkan orang lain, persahabatan tidak akan pernah lepas dari kehidupan seseorang.  Dan pada akhirnya memaafkan adalah langkah awal dalam memulai kehidupan yang baru.

4 stars

#199 Leaving Paradise


Judul Buku : Leaving Paradise (Leaving Paradise #1)
Penulis : Simone Elkeles
Halaman : 204 (ebook)
Penerbit: Llewellyn Worldwide


Caleb Becker baru saja dibebaskan, setelah setahun lamanya dia mendekan di penjara remaja karena menabrak seorang gadis, hingga gadis itu mengalami kerusakan yang parah di kakinya. Maggie Armstrong, gadis yang ditabraknya tidak lain adalah tetangganya sendiri, sahabat dari saudara kembarnya, Leah Becker. Seandainya saja dia tidak mabuk pada malam itu, seandainya saja dia tidak menabrak Maggie, dan ada banyak seandainya dalam pikiran Caleb. Jika saja dia bisa memutar waktu kembali. Tapi kini, setahun sesudah kejadian itu, Caleb hanya berharap semuanya kembali normal. Hanya saja yang dihadapinya sekarang sungguh berbeda. Orang tuanya menjadi kaku (dan sepertinya masih menyalahkannya atas kejadian setahun yang lalu), sementara saudara kembarnya malah "menyembunyikan" dirinya dalam pakaian dan atribut serba hitam.

Maggie sendiri mengalami masa sulit dalam satu tahun ini. Kecelakaan yang hampir merenggut kakinya, orang tuanya yang bercerai, sahabatnya (sekaligus tetangganya) Leah yang meninggalkannya karena dia "memasukkan" kakaknya ke penjara. Setelah menjalani serangkaian operasi dan terapi, Maggie bisa berjalan meski dengan tertatih-tatih.  Maggie ingin sekali meninggalkan Paradise, kota tempat tinggalnya. Saat ini permohonan beasiswa ke Spanyol adalah harapannya untuk bisa meninggalkan Paradise. Dia sangat membenci Caleb karena kejadian itu, suatu yang ironis mengingat dulunya dia begitu memuja Caleb.

Tentu saja Caleb dan Maggie tidak bisa saling menghindari selamanya. Meskipun Maggie bisa menghindarinya di sekolah, dia harus bertemu dengan Caleb di tempat lain. Ketika mengetahui permohonan beasiswanya ditolak, bantuan untuk sekolah datang dari Mrs. Reynolds yang memintanya untuk bekerja di rumahnya. Ternyata Caleb juga menjalani tugas sosialnya (dalam masa percobaan) di rumah Mrs. Reynolds. Meski Maggie meminta kepada Mrs. Reynolds untuk mengusir Caleb, Mrs. Reynolds tidak bisa melakukannya, karena itu akan membuat Caleb dipenjara lagi. Justru Mrs. Reynolds diam-diam menjadi mediator antara Caleb dan Maggie.

Berkat Mrs. Reynolds, Caleb dan Maggie akhirnya bisa menjadi dekat. Maggie yang pernah menyukai Caleb di masa lalu menyadari bahwa perasaannya pada Caleb tidak pernah berubah, meski dia berusaha membenci Caleb. Sementara Caleb sendiri menemukan bahwa hanya Maggie satu-satunya orang yang memahami kesulitan hidup yang dia alami selama ini. Tanpa mereka sadari ada perubahan akan cara pandang satu sama lain, yang akhirnya berujung pada kenyataan bahwa mereka saling mencintai. Hanya saja, keadaan membuat mereka tidak mungkin bersatu.

Alur yang lambat membuat saya sedikit bosan pada awalnya. Tetapi Simone Elkeles menaruh emosi yang kuat dalam novel ini. Ada kisah persahabatan, pengkhianatan, ikatan keluarga, dan kepercayaan diri di dalamnya. Kalau sebelumnya saya pernah membaca Perfect Chemistry,  saya harus bilang bahwa Leaving Paradise lebih bagus dibandingkan Perfect Chemistry. Ada twist yang mengejutkan di akhir novel ini yang membuat saya tertegun. Dan saya jadi semakin penasaran karena ternyata kisah Caleb dan Maggie masih berlanjut di buku kedua Return To Paradise.

4 stars

*) Proyek baca bareng dengan Putri Utama.

#198 CoupL(ov)e


Judul Buku : CoupL(ov)e
Penulis : Rhein Fathia
Halaman : 396
Penerbit : Bentang Pustaka


bersamamu. karena terbiasa atau mencinta?
 Halya dan Raka sudah bersahabat sejak SMA. Ketika usia mereka tidak lagi muda, keduanya memutuskan untuk menikah. Bagi Raka, komitmen dan rasa nyaman satu sama lain cukup menjadi modal untuk membina rumah tangga. Dan tidak ada orang lain yang memahami dirinya selain Halya, sahabatnya. Dan bukankah mereka sudah pernah berjanji, jika umur mereka sudah 30 tahun dan belum menikah, maka mereka berdua akan menjadi sepasang suami-istri? Cinta bisa dipupuk, cinta bisa ditumbuhkan. Halya sendiri yang sudah dua kali ditinggalkan cintanya, mau menerima lamaran Raka. Dengan syarat tidak ada perubahan dalam persahabatan mereka, dan tidak ada paksaan dalam pernikahan mereka, Halya melangkah dalam mahligai rumah tangga bersama Raka.

Rasa terbiasa dan toleransi terlalu besar bagi Raka dan Halya. Hal itu juga yang membuat hubungan mereka tidak pernah naik kelas dari level persahabatan. Selain berbagi atap di bawah satu apartemen dan menjalankan kewajiban sebagai suami dan istri, tidak ada hal lain yang berubah. Halya masih merindukan Gilang, mantannya. Raka masih menjumpai Rina, yang pernah meninggalkannya dan kini datang lagi dalam kehidupannya.

Kisah sahabat yang menjadi pasangan seumur hidup memang bukan hal yang baru. Tetapi ide cerita yang diangkat dalam novel ini memang berbeda dan unik. Persahabatan antara Raka dan Halya memang seperti tidak bisa dipisahkan lagi. Keduanya seperti soulmate, saling memahami satu sama lain. Hanya saja, saya tidak setuju dengan ide memasuki rumah tangga atas dasar nyaman, namun sah-sah saja masih menyimpan cinta untuk orang lain. Masih mending kalau mereka berdua sama-sama menatap ke depan untuk rumah tangga mereka, ini malah selalu melihat ke belakang ke masa lalu. Saya jadi gemes dengan konsep rumah tangga mereka. Kemudian saya jadi berpikir kembali, bukankah setiap orang selalu ingin berada dalam zona nyaman mereka?

Pernikahan bukan hal yang mudah. Komitmen memang menjadi dasarnya, dan komunikasi adalah kunci usaha mempertahankannya. Tidak jarang orang tua dulu mengatakan, cinta bisa datang dengan sendirinya. Seperti kata Raka, Tuhan akan selalu membuat paket jodoh disertai dengan cinta. Tapi bukan berarti tidak dibutuhkan cinta untuk memulai rumah tangga. Kenyataannya ada yang butuh cinta sebagai titik awal perjalanan rumah tangga.

Selain idenya yang unik, judul novel ini membuat saya memutuskan bahwa saya harus membaca novel ini. Berasal dari kata couple dan love, dua hal yang berbeda tapi sulit dipisahkan. Sampulnya juga cantik, membuat saya memberikan nilai plus bagi novel ini.

4 stars

#197 Bliss


Judul : Bliss (The Bliss Bakery Trilogy #1)
Penulis : Kathryn Littlewood
Halaman : 320
Penerbit : Mizan Fantasy
Usia Kelayakan Baca : 12 Tahun


Sudah lama Rose Bliss hendak mengetahui rahasia dari kue-kue buatan ibunya, Purdi Bliss. Kue-kue itu sepertinya menyimpan keajaiban. Lihat saja Mr. Wadsworth yang berbadan besar dan terjebak di sumur kecil, bisa melayang keluar dari sumur setelah memakan Macaroon Putih Mengembang. Atau Mr. Rook tua tidak lagi berjalan dalam tidurnya setelah memakan Snickerdoodle Tidur Pulas. Sayangnya, Rose masih dianggap anak kecil yang tidak tahu apa-apa (selain pandai matematika tentu saja). Kali ini Rose cukup puas membantu membelikan bahan-bahan standar seperti bunga poppy atau biji almond.

Namun, ketika ayah dan ibunya harus pergi ke kota lain untuk membuat kue Cheesecake Labu untuk menyembuhkan wabah flu di kota itu, Rose diberi tanggung jawab menjaga buku resep keluarga, Bliss Cookery Booke. Kepada Rose diserahkan duplikat kunci ruang rahasia di dalam ruang pendingin. Tidak boleh ada orang lain yang tahu mengenai buku itu. Dan tentu saja buku itu tidak boleh keluar dari ruangan tersebut. Rose, dibantu oleh Ty (kakak laki-lakinya) dan Sage (adik laki-lakinya) harus menolong Chip (koki bantu di toko kue mereka) untuk membuat kue-kue yang akan dijual di toko.

Sepeninggal orang tua mereka, tiba-tiba datang seorang wanita yang mengaku saudara sepupu keempat dari ibunya. Bibi Lily tampilannya berbeda dengan  keluarga ibunya yang pernah dikenal Rose. Sempat Rose merasa aneh dengan kedatangan bibinya itu. Tetapi tanda lahir berupa sendok sup yang hanya ada di keluarga Bliss, meyakinkan Ty dan Sage bahwa bibi Lily benar keluarga mereka. Yang Ty dan Sage tidak sadari, bibi Lily mengincar Bliss Cookery Booke.

Sihir dan kue adalah paduan yang membuat buku ini menarik. Saat membaca resep-resep seperti Cookie Kebenaran (yang bisa membuat orang yang memakannya berkata jujur) atau Muffin Asmara (sudah jelas kue ini membuatmu saling jatuh cinta), saya membayangkan bentuk kue yang nikmat dan sensasi sihir yang seru. Belum lagi karakter Ty dan Sage yang kocak mengimbangi Rose yang ingin tampil sempurna. Suatu pengalaman baru membaca fantasy tentang kue-kue yang lezat dan penuh sihir. Tapi yang paling saya sukai dari buku ini adalah sampulnya yang eye-catching dan kerlip-kerlip warna biru pada bagian pinggir buku. Terlihat cantik dan mewah.  Salut untuk Noura Books (Mizan Fantasy) yang mempertahankan cover asli dari buku ini.

Karena merupakan serial, buku ini ada lanjutannya. Buku kedua, A Dash of Magic sudah terbit versi aslinya pada Februari 2013. Semoga pembaca di Indonesia tidak perlu menunggu lama untuk membaca kelanjutan buku ini.


3 stars

#196 Three Weddings and Jane Austen


Judul Buku : Three Weddings and Jane Austen
Penulis : Prima Santika
Halaman : 464
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Sekali lagi, tergiur untuk memiliki buku ini gara-gara covernya yang cantik. Plus ada nama Jane Austen di judulnya. Saya memang baru membaca Pride & Prejudice dari sekian banyak novel Jane Austen, tapi saya tahu kualitas dari karya Jane Austen. Bahkan sampai ada film The Jane Austen Book Club. Tidak heran sebenarnya, mengingat karya-karya Jane Austen yang masuk dalam jajaran buku klasik, dan tentunya sudah menjadi bacaan wajib dalam dunia literatur. Lalu bagaimana dengan Jane Austen rasa Indonesia?

Three Weddings and Jane Austen bercerita tentang obsesi seorang ibu bernama Sri terhadap novel-novel karya Jane Austen. Ibu Sri punya tiga orang anak perempuan yang diberi nama sesuai tokoh dalam novel Jane Austen yang menurut Ibu Sri punya karakter sama, penyayang, berpendidikan dan berperilaku baik.
Emma berasal dari nama Emma Woodhouse dalam novel Emma
Meri berasal dari nama Marianne Dashwood dalam novel Sense and Sensibility
Lisa berasal dari nama Elizabeth Bennet di Pride and Prejudice  
~hal. 12
 Selain nama, Ibu Sri juga menggunakan novel Jane Austen untuk mendidik anak-anaknya. Termasuk untuk urusan jodoh yang membuatnya pusing, karena ketiga putrinya belum menemukan pasangan hidup. Bagi Ibu Sri yang adalah wanita Jawa, karakter tokoh-tokoh wanita dalam novel Jane Austen cocok untuk diterapkan dalam cara bersikap sebagai seorang wanita Jawa yang tetap menjaga budaya, sekaligus mendapatkan kebebasan memilih jalan hidup. Ketika ketiga putrinya menemukan konflik dengan pasangan masing-masing, semua nasihat sang Ibu berangkat dari novel Jane Austen. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari novel ini, jadi saya akan menuliskan pendapat pribadi saya setelah membaca buku ini.

Saya harus bilang wow.  Jujur saja, saat membaca buku ini saya seperti membaca ringkasan dari beberapa novel Jane Austen, sampai saya harus skip beberapa bagian karena berasa membaca spoiler.  Saking terobsesinya Ibu Sri, dia sampai harus "menghidupkan" karakter Jane Austen dalam diri anak-anaknya. Anak-anaknya bukannya menerima begitu saja, mereka juga jengah dengan fanatisme Ibu Sri.
"Not another Jane Austen story, Ma... please. Haven't you had enough?
"Not at all, sayang. They are good stories."
"Emangnya nggak ada yang lain ya, Ma? Kan bosen Jane Austen melulu."
"What's wrong with Jane anyway? Meski nggak semua masalah romantis bisa dijawab oleh kisah Jane Austen, menurut Mama  yang nggak punya latar belakang pengalaman bercinta seperti kalian anak muda sekarang, kisah-kisah ini adalah bekal Mama untuk bisa menjadi bagian dalam hidup kalian anak-anak gadis Mama. Emang, sih, Mama kurang berpendidikan karena nggak baca buku-buku lain. But Jane is all I have, and it's enough for me, whether you like it or not!"
 Fyuuh.. Saya jadi bersyukur Mama saya bukan seorang kutu buku kayak saya. Mama saya juga menikah muda, umur 19 tahun kalau ga salah. Saya nggak bisa membayangkan kalau hidup saya harus seperti karakter tokoh dalam novel-novel Mira W., misalnya. Saya sendiri tidak pernah bisa menempatkan diri sebagai salah satu dari tokoh novel yang saya baca. Mungkin pada saat membaca bukunya, saya bisa. Tapi sesudah saya menutup buku dan membaca buku lain, ya sudah. That's only fiction anyway.

Saya juga menemukan dua hal lain yang cukup mengganggu benak saya. Sebagai keluarga Jawa yang memegang adat istiadat dengan baik, tidak sekalipun saya melihat peran Bapak dalam hidup ketiga putrinya. Memang suami Ibu Sri diceritakan sebagai seorang dokter yang sibuk, tetapi si Bapak ga pernah muncul. Kecuali di bagian Meri dan Lisa yang mau minta izin ke Bali, Ibu Sri menyuruh mereka bilang ke bapaknya yang "sedang ada di kamar". Nggak tahu ngumpet atau lagi ngapain. Mungkin dalam keluarga mereka si Bapak bertugas nyari nafkah, untuk urusan anak-anak adalah kewajiban Ibu sepenuhnya.

Hal kedua adalah pesan singkat (SMS) Ibu Sri kepada ketiga putrinya yang mengabarkan kabar duka yang menimpa Budhe Tatik di Surabaya. Emma mendapatkan pesan itu ketika baru ditinggalkan oleh pria yang disukainya (hal. 179). Lisa mendapat pesan yang sama saat melihat kejadian di malam Meri diputuskan pacarnya (hal.219). Sementara Meri, medapatkan pesan itu sebulan setelahnya (hal. 233). Anehnya mereka bisa sama-sama berangkat ke Surabaya. Hm.. mungkin sinyal dari operator saja yang lagi kacrut, sehingga Meri dapat SMSnya telat :)

Alur ceritanya memang agak tumpang tindih. Masih wajar karena buku ini diceritakan dari empat sudut pandang, Ibu Sri, Emma, Meri dan Lisa. Tidak akan bingung karena di bagian atas halaman buku ada nama yang bercerita saat itu. Yang tidak biasa adalah karena semua dialog ditulis dalam huruf italic. Soal typo, masih ada beberapa. Misalnya nama Meri yang kadang tertulis Merri atau Merry serta ada bagian yang seharusnya dicetak miring tetapi dicetak biasa.

Mempertimbangkan cover dan spoiler novel Jane Austen di dalamnya, saya memberikan bintang dua untuk novel ini. Setidaknya kalau saya bisa intip kembali isi buku ini kalau mau membaca novel Jane Austen untuk sekedar mendapat gambaran isi novelnya.  *No offense*

2 stars

#195 Dimi is Married


Judul Buku : Dimi is Married
Penulis : Retni SB
Halaman : 384
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ini adalah novel pertama karya Retni SB yang saya baca. Meski temanya sudah sering diangkat (dua orang dijodohkan demi alasan tertentu dan akhirnya saling jatuh cinta) tapi dengan penambahan issue penebangan liar, perusakan hutan alam, dan pelestarian lingkungan, novel ini jadi punya nilai tambah.

Garda, anak pertama pemilik perusahaan ternama, adalah seorang pria yang tahu benar menggunakan penampilan fisik dan kekayaannya untuk menarik perhatian banyak wanita. Saking banyaknya "mantan" pacar garda, ayahnya jadi jengah. Garda pun dijodohkan dengan putri sahabatnya. Tentu saja Garda tidak menyetujui ide ayahnya. Tapi demi jabatan direktur utama menggantikan ayahnya, Garda akhirnya setuju dinikahkan dengan Dimi.

Berbeda dengan Garda, Dimi adalah wanita biasa-biasa saja. Sederhana, lugu namun pandai adalah nilai plus yang dilihat oleh ayah Garda pada dirinya. Dimi sendiri akhirnya tidak menolak dinikahkan dengan Garda. Meskipun dia menyimpan banyak pertanyaan, Dimi sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Garda. Bahkan ketika Garda menolak mengadakan resepsi dengan alasan kesibukan bisnisnya, Dimi bisa memahami. Garda juga tidak pernah mengenalkan dirinya pada teman-temannya, bisa jadi karena Garda memang sibuk. Tetapi ketika Donna, mantan kekasih Garda hadir kembali dalam hidup Garda, mata Dimi mulai terbuka.

Demi menghargai kedua orang tua mereka, Dimi dan Garda menjalani pernikahan pura-pura. Namun semua ada batasnya. Suatu hari Donna datang dan mengamuk sampai melukai Dimi, dan Garda malah lebih mementingkan Donna daripada Dimi. Dimi sakit hati dan meminta cerai. Garda yang belum mendapatkan keinginanannya menempati kursi direktur utama tentu saja menolak. Dimi pergi dari rumah dan memilih hidup sendiri.

Sebenarnya Garda ga jahat banget. Dia masih mau memberikan kompensasi untuk Dimi, dengan memberikan materi apapun yang diminta oleh Dimi. Dia masih menjalankan tugasnya sebagai suami. Dimi sendiri bukan orang yang lemah. Di balik kesederhanaannya Dimi adalah sosok yang kuat. Meski tetap mengharapkan cinta Garda, Dimi bisa menjadi wanita yang mandiri.

Tidak perlu banyak bercerita, akhir kisah mereka bisa ditebak. Meski demikian, alur ceritanya tidak membosankan. Mbak Retni dengan lihai bisa membuatnya mengalir dan tahu-tahu sudah berakhir. Emosi yang dialami baik oleh Garda maupun Dimi bisa sampai ke pembaca dengan baik. Saya jadi ingin membaca karya beliau yang lain. Beberapa sudah masuk wishlist. Tinggal nyari pinjaman atau diskonan :)

3 stars

#194 Savor The Moment


Judul Buku : Savor The Moment (Bride Quartet #3)
Penulis : Nora Roberts
Halaman : 258 (ebook)
Penerbit : Jove Books

Kalau sudah nemu serial romance yang menarik, susah untuk tidak menyelesaikannya dengan segera. Setelah mengetahui kisah Mac dan Emma, rasanya tidak pas kalau menunda untuk tahu kisahnya Laurel dan Parker. Apalagi kisah Laurel di buku ke 3 ini ada hubungannya dengan Delaney (Del), kakak laki-laki Parker, yang kaya, tampan dan perhatian.

Tidak seperti Emma dan Parker, Laurel McBane  berasal dari keluarga yang broken home. Kedua orang tuanya terlibat skandal perselingkuhan dan bangkrut. Laurel harus menghidupi dirinya sendiri. Sepanjang hidupnya Laurel selalu membuktikan diri bahwa dia sanggup hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Ketika dia kembali dari sekolah kuliner-nya dan bergabung bersama ketiga sahabatnya di Vows, Laurel kemudian menjadi seorang wedding baker terkenal. Dan menjalani bisnis impian bersama sahabat-sahabatnya adalah hal yang sangat berarti baginya.

Meskipun keempatnya sangat dekat, Laurel lebih dekat lagi dengan Parker. Mungkin karena sebagian masa remajanya dihabiskan bersama keluarga Brown (keluarganya Parker). Ketika Mac dan Carter bertunangan, dilanjutkan dengan Emma dan Jack, dua wanita single ini semakin dekat. Tetapi Laurel diam-diam menyimpan cintanya untuk Del sejak lama. Hanya saja Laurel tahu siapa dirinya dan darimana dia berasal. Dia tahu Del juga menyayanginya seperti dia menyayangi Parker, Emma dan Mac. Del juga adalah the Mr. Fix all thing yang selalu menjadi pembela mereka berempat. Sifat ini yang seringkali membuat Laurel merasa kesal dengan Del. Puncaknya ketika Del hendak membayarkan sejumlah uang kepada Laurel atas kue pesanannya, Laurel marah dan merasa diremehkan oleh Del. Di tengah kemarahannya, Laurel bertindak impulsif  dan mencium Del sebagai luapan amarahnya.

Sejak ciuman itu, Del melihat Laurel sebagai pribadi yang berbeda. Del mengajak Laurel untuk menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih selama 30 hari. Syaratnya tidak ada seks selama waktu itu. Keduanya mencoba untuk melihat arah hubungan mereka dan akan memutuskan selanjutnya setelah 30 hari. Lucunya, teman-temannya (termasuk Carter, Jack dan Mal - kawan dari Del) taruhan bahwa keduanya akan tidur bersama kurang dari 30 hari :)

Meski saya menyukai dialog-dialog antara Del dan Laurel, saya tetap memilih kisah Mac-Carter sebagai yang paling romantis. Saya agak terganggu dengan detail-detail kue yang dibuat oleh Laurel dan bagaimana Laurel sangat mencintai pekerjaannya sebagai wedding baker hampir di setiap bab. Somehow it just beautiful but not sounds delicious. Mungkin karena saya yang kurang familiar dengan bahan-bahan dan jenis kue, jadinya beberapa bagian saya skip. Tapi... saya tetap suka dengan persahabatan keempat wanita ini. Terutama Parker, yang bisa menempatkan diri sebagai sahabat dan sebagai adik dari Del. Well, jadi ingin segera mengetahui kisah Parker.

3 stars

Rapid Fire Question

Kebiasaan pas baru bagun tidur adalah ngambil hape, cek WA Bajay & Joglosemar (yang pasti udah penuh ratusan ocehan), trus cek mention di twitter. Daann.. dapat PR gitu dari bu dokter di Halmahera.Disuruh menjawab pertanyaan yang sudah dikasih, trus dilemparkan lagi ke anak BBI lainnya.

Jadi ini pertanyaannya:

1. nambah atau ngurangin timbunan?

2. pinjam atau beli buku?

3. baca buku atau nonton film?

4. beli buku online atau offline? (tobuk yg temboknya bisa disentuh)

5. (penting) buku bajakan atau ori?

6. gratisan atau diskonan?

7. beli pre-order atau menanti dgn sabar?

8. buku asing (terjemahan) atau lokal?

9. pembatas buku penting atau biasa aja?

10. bookmark atau bungkus chiki?

11. Puasa makan atau puasa beli buku?

12. Meminjamkan buku atau dipinjamkan buku?

13. Badan dan gadget yang kehujanan atau buku yang kehujanan?

14. Movie adaptation : baca buku duru baru nonton atau nonton dulu baru baca buku?

15. Cedric Diggory atau Edward Cullen?

 Jawaban saya:

1. Kalo sekarang ngurangi timbunan (biar bisa nambah lagi)

2. Kalau ga mau dikoleksi mending pinjam aja.

3. Baca buku dong...

4. Offline (ada kemungkinan galau trus ga jadi beli... hehe)

5. Ori. 

6. Kalau bisa gratis ngapaian didiskon?

7. Tergantung bukunya, kalau penulis favorit ya Preorder

8. Buku lokal.

9. Pembatas buku penting. Suka kesal sendiri kalau buku ga ada pembatasnya

10. Ini pertanyaan apa? Bungkus chiki mau diapain?

11. Puasa beli buku dong... Masak iya ga makan?

12. Dua-duanya okey.

13. Badan aja deh yang kehujanan. Buku dan gadget diamnkan.

14. Baca dulu baru nonton.

15. Cedric Diggory. Lebih keren daripada vampire lampu disko.


Jadi peraturannya adalah ke 5 orang blogger yang namanya saya sebut diatas itu harus menjawab ke 15 pertanyaan yang ada. Dan melempar 15 pertanyaan lainnya yang harus dijawab 5 orang blogger lainnya. 10 pertanyaan yang baku seperti diatas dan 5 pertanyaan lainnya hasil buatan blogger itu sendiri. Yah.. semacam permainan berantailah... Dan jangan lupa mention di-twitter dan fb agar si penerima pertanyaan tahu tugasnya...

Saya mau ngasih ke Oky, Lulu, Dion, Lila, dan Tezar. Tugasnya silahkan jawab pertanyaan 1-10, kemudian jawab 5 pertanyaan di bawah ini:

11. Habis beli buku, langsung baca atau timbun dulu?

12. Romance atau mystery?

13. Novel fantasy lokal atau terjemahan?

14. Beli baju baru atau preorder buku baru?

15. Katniss (HG) or Tally (Uglies)?


Ayo dikerjakan PR-nya, anak-anak... Ntar dimarahin uwak Putri lho kalau ga dikerjain :D

#193 Bed of Roses


Judul Buku : Bed of Roses (Bride Quartet #2)
Penulis : Nora Roberts
Halaman : 368 (ebook)
Penerbit : Jove Books


Life wasn’t just good, Emma thought. It was a freaking bed of roses.

Melihat Mac dan Carter yang sudah bertunangan dan bahagia mempersiapkan pernikahan mereka, Emma ikut merasa berbahagia. Berbeda dengan Mac, Emma lahir dari pasangan orang tua yang saling mencintai, bahkan ketika mereka sudah memiliki 4 orang anak dan banyak cucu. Tidak heran jika Emma merasa dirinya juga terlahir romantis. Kecintaannya pada bunga menambah keromantisan dalam diri Emma. Dalam bisnis pernikahan, Vows, Emma adalah orang yang bertanggung jawab atas bunga-bunga, buket, dan dekorasi. Bersama-sama dengan Mac si fotografer, Laurel si pembuat kue, dan Parker the time keeper, mereka membangun bisnis impian mereka. Apa lagi yang bisa menambah kebahagiaan Emma?

Seorang pria, tentunya. Dalam angan-angan romantis Emma, dia akan menikah dengan pria yang mengajaknya berdansa di bawah cahaya bulan dan membisikkan "I love you" padanya. Meskipun di antara sahabatnya Emma yang paling sering kencan, Emma tetap menyimpan hatinya untuk pria idamannya itu. Namun siapa yang menyangka kalau dirinya jatuh cinta pada Jack, si arsitek sahabat mereka? Sejak ciuman di bawah tangga dan kencan tanpa syarat dan aturan dengan Jack, Emma menyimpan rapat perasaannya. Yang Emma tahu, Jack tidak punya perasaan yang sama dengannya. Friends with benefits adalah hal yang bisa diterima oleh keduanya saat ini.

Kalau di buku pertama pembaca diajak melihat Mac yang kuat-tapi-rapuh, di buku kedua kita bertemu dengan Emma si romantis yang praktis. Kalau dulu Emma yang paling sering memberi nasihat kepada Mac, kali ini Emma membutuhkan logika Parker untuk mengimbangi perasaannya. Persahabatan keempat gadis ini adalah poin kuat dalam serial Bride Quartet. Yang menarik, apapun masalah yang mereka hadapi, mereka tetap profesional jika dihadapkan pada bisnis mereka. Keempatnya sadar, tidak banyak orang yang bisa menghidupi diri melalui pekerjaan impian yang sekaligus passion mereka. Ketika Emma mendapat tawaran pekerjaan dengan penghasilan menggiurkan, dia tidak tergoda untuk meninggalkan temannya.

Kisah Emma memang romantis, meskipun saya lebih menyukai kisah Mac dan Carter. Sebagai bonus, di buku kedua ini saya bisa tahu kelanjutan kisah Mac dan Carter. Selain itu ada semacam intro untuk kisah Laurel dan Parker. Hm... rasanya harus menuntaskan serial ini dengan segera :)

3 stars

Beli Buku Impor di Open Trolley

OpenTrolley


Sejak terbiasa membaca novel dalam bahasa Inggris, saya jadi sering mengoleksi ebook untuk novel berbahasa Inggris. Tapi yang namanya buku cetak itu tetap menjadi pilihan utama, pengen juga mengoleksi buku-buku impor (berbahasa Inggris) yang baru (biasanya saya membeli yang bekas atau menerima buntelan :D ). Apalagi kalau ga bisa dapat ebook gratisan, sudahlah gigit jari nunggu terjemahan. Kalau tinggal di kota besar sih enak ya... Tinggal ke toko buku Periplus atau Gramedia.


Saya sering melihat teman-teman belanja buku impor dari Amazon atau The Book Depository. Hanya saja bayarnya pakai paypal atau kartu kredit. Nah berhubung saya gak punya keduanya, jadinya ya gitu deh... Balik lagi nunggu buntelan :mrgreen:


Suatu hari, ada DM masuk di akun twitter saya. Open Trolley memberikan voucher belanja buku senilai Rp. 50.000,-. Open Trolley adalah salah satu situs toko buku online yang khusus menjual buku-buku impor. Dari teman-teman BBI, saya dapat info kalau di Open Trolley ga pake ongkos kirim. Wooo... langsung deh ke situsnya. Koleksi bukunya lumayan lengkap. Trus ada keterangan mengenai stock buku. Menurut saya keterangan ini cukup penting, jadi kita bisa tahu bukunya masih ada atau nggak. Akhirnya saya membeli salah satu buku penulis favorit saya , Jodi Picoult, yang berjudul The Pact. Berhubung harganya di atas Rp. 50.000,- saya terpaksa nombok. Enaknya bisa bayar via transfer ke rekening BCA atau Mandiri.


Begitu pembayaran dan konfirmasi beres, saya mendapatkan email balasan beberapa kali yang berisi tahapan lanjutan setelah belanja (mulai dari packing, pengiriman, dan tracking). Selain dari email bisa juga dicek langsung di history belanja. Saya tinggal nunggu bukunya sampai dengan selamat.


page


Kurang lebih 10 hari saya menunggu, dan akhirnya ada paket untuk saya tiba di kost. Kemasan paket yang rapi dan aman menjadi nilai plus kedua untuk toko online ini. Hmm.. bisa-bisa ntar saya jadi sering belanja buku impor nih XD