~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#208 Always, Laila


Judul Buku : Always, Laila
Penulis : Andi Eriawan
Halaman : 240
Penerbit : Gagas Media

Sejak mendapat kabar bahwa saya terpilih mendapatkan paket #UnforgotTEN dari Gagas Media dan berhak atas 10 buku pilihan terbitan Gagas Media, saya masih seperti tidak percaya. Mendapatkan 1 buku dari giveaway atau penerbit (untuk direview) saya sudah senang, bayangkanlah rasanya mendapatkan 10 buku. Anyway… paket #UnforgotTEN itu akhirnya sampai tadi sore di tangan saya. Dan melihat isinya, saya memutuskan tidak hanya mereview 1 buku saja (seperti permintaan dari pihak Gagas Media), tapi saya akan mereview semua buku-buku ini. Let’s call it #UnforgotTEN Project

banner

1372934912423

Buku pertama yang saya pilih adalah Always, Laila. Saya termasuk pembaca yang gampang suka pada sebuah buku hanya karena covernya. Always, Laila merupakan salah satu buku yang masuk dalam Proyek GagasVintage dimana Gagas Media mencetak ulang beberapa novel best seller mereka di masa lalu. Novel ini sendiri pertama kali diterbitkan pada bulan November 2004 dengan cover berwarna biru. Mungkin karena covernya yang ga eye catching, saya bahkan tidak tahu ada novel ini.

Always, Laila berkisah tentang Laila dan Parameswara (Pram). Pram menyukai Laila sejak pertama kali dia melihat gadis itu saat menjalani OSPEK di suatu SMA di Bandung. Sejak saat itu, Pram berusaha mendekati Laila. Menurut Laila, Pram tidak begitu tampan. Tetapi sikap humoris, kelicikan dan kepercayaan diri Pram yang tinggi membuat Laila merasa nyaman dan akhirnya mau menerima Pram sebagai pacarnya. Hubungan mereka aman dan lancar hingga mereka masuk ke bangku kuliah.

Laila kuliah di jurusan Teknik Penerbangan, jurusan yang hampir tidak ada mahasiswi-nya. Namun, bukan karena itu Laila memutuskan kuliah di sana, tetapi karena dia bertemu dengan Bubun, seseorang yang dulu pernah disukainya sewaktu SMP. Meski Laila berusaha menjaga kesetiaannya pada Pram, Laila tidak bisa memungkiri bahwa dia juga masih menyukai Bubun. Pram bukannya tidak tahu akan hal itu. Pram percaya sepenuh hati Laila adalah jodohnya. Ketika Pram melamarnya, Laila langsung menerimanya, untuk kemudian tiga hari setelahnya Laila membatalkan pertunangan mereka dan memintanya pergi.

Biasanya novel yang ditulis oleh penulis pria akan mengambil POV orang ketiga atau POV tokoh pria-nya. Tapi Andi Eriawan dengan piawai menggunakan POV orang ketiga dan POV tokoh Laila secara bergantian. Saya suka sekali dengan pilihan dialognya yang cerdas tapi tidak kehilangan sisi romantisnya. Ada satu analogi cinta dalam novel ini yang membuat saya tersenyum, dimana penulis mengibaratkan cinta itu seperti kecoak yang diciptakan dengan energi luar biasa dan mampu bertahan selama jutaan tahun. (Well, setidaknya harkat kecoak bisa naik satu tingkat kan? :D ). Always, Laila membawa sebuah pesan bagi pembaca untuk tidak menilai sebuah cinta dari satu sisi saja, seperti dalam kutipan puisi ini
Gemuruh di hatiku mereda sendirinya, langit menjadi lebih cerah, dan udara tak lagi menyesakkan dada.
Mungkin karena kutemukan defenisi lain dari cinta.
Makna tak lagi berasal dari pertemuan dan rasa rindu membuatku bahagia

Sayangnya, penulisnya berhenti dari dunia literatur pada tahun 2009. “ Saya mau hidup di desa dan membangun Alfamart di sana”, katanya di pengantar novel ini. Ah.. semoga penulisnya segera sadar dan kembali menulis novel-novel berikutnya.

4 stars
4 comments on "#208 Always, Laila"
  1. ooh, good review! pgn ikut baca ini juga :)
    n selamat yah, seru deh baca 10 buku2

    ReplyDelete
  2. Waaaah congrats Mbak Desty dapet paket Unforgotten! :D
    Pengen banget tuh All You Can Eat sama Dongeng Patah Hati-nya *gigit jari* huehehehe

    ReplyDelete
  3. ayo dibaca.. ceritanya bagus lho

    ReplyDelete
  4. mau mau tapi susah lah belinya - gw tinggal di Aussie. Musti tunggu ada yg mo datang dr indo he he

    ReplyDelete