~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#222 The Scent Of Sake


Judul Buku : The Scent of Sake (Aroma Sake)
Penulis :  Joyce Lebra
Halaman : 552
Penerbit : Gagas Media

Rie terlahir dalam sebuah keluarga yang memiliki bisnis produksi sake. Rumah Sake Omura sudah berdiri sejak lama. Ayah Rie, Kinzaemon IX adalah kepala Rumah Sake Omura. Dalam tradisi Jepang, seorang perempuan tidak boleh terlibat dalam pembuatan dan penjualan sake. Perempuan tidak boleh masuk ke dalam kura (ruang produksi sake) karena akan membuat sake terasa asam. Padahal Rie ingin sekali terlibat dalam usaha sake keluarga.

Sebenarnya Rie punya adik laki-laki bernama Toichi. Namun Toichi meninggal dalam suatu kecelakaan karena kelalaian Rie saat menjaga adiknya itu. Rie menjadi satu-satunya keturunan dalam keluarga Omura. Dilatar belakangi rasa penyesalannya, Rie berjanji akan memberikan yang terbaik untuk rumah itu dan ayahnya. Apapun akan dilakukan oleh Rie untuk mewujudkan impiannya. Termasuk ketika dia dinikahkan dengan seorang pria yang diadopsi untuk nantinya akan menggantikan Kinzaemon IX sebagai kepala rumah tangga. Sayangnya, Jihei suaminya adalah orang yang tidak begitu tertarik dengan bisnis. Diam-diam Rei belajar mengenai bisnis sake kepada Kin, pegawai andalan ayahnya. Ketika dia melihat suaminya tidak bisa diharapkan, pelan-pelan Rei mulai mengeluarkan ide bisnisnya melalui Kin. Kemajuan usaha sake keluarga mereka mulai terlihat.



Dalam rumah tangganya, meski Rei tidak menyukai suaminya, dia harus tetap melayani suaminya. Suatu waktu Rei hamil, namun tidak lama kemudian dia keguguran. Sementara suaminya yang sering mabuk dan terlibat hubungan dengan seorang geisha dan memiliki anak laki-laki. Atas kesepakatan keluarga anak itu diadopsi dan dibesarkan oleh keluarga Omura. Rei tidak terima anak seorang geisha akan mengambil alih usaha sake keluarga. Dia pun mengambil langkah untuk menyelamatkan bisnis keluarga ini. Rei ternyata memiliki pria idamannya yang sudah lama disukainya, bahkan sebelum dia menikah dengan Jihei. Rei mengatur siasat untuk bertemu dengan Saburo Kato,pria itu. Saburo sendiri juga menyukai Rei. Suatu malam mereka bertemu diam-diam dan saling melepaskan rindu. Tidak lama setelah pertemuan itu, Rei mendapati dirinya hamil. Untuk menutupi siapa ayah kandung anaknya, Rei mendekati Jihei. Ketika anak perempuannya lahir, Rei sangat bahagia telah mendapatkan keturunan Omura, sekaligus buah cinta dengan pria pilihan hatinya. Urusan keturunan ini ternyata belum selesai. Jihei kembali mendapatkan anak dari dua orang geisha yang berbeda. Kedua anak perempuan itu diadopsi oleh Rei, karena Rei sudah memiliki rencana atas anak itu untuk kelangsungan bisnisnya di masa depan. Terakhir, Rei mendapat anak laki-laki dari Jihei untuk menguatkan dinastinya.

Rei adalah sosok wanita yang penuh ambisi untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu membawa Rumah Sake Omura menghasilkan sake terbaik di Jepang. Rei sangat paham bahwa seorang wanita Jepang di masa itu harus siap "membunuh dirinya sendiri", mengesampingkan perasaannya demi kesuksesan White Tiger, sake keluarga Omura. Rei juga menerapkan ambisinya dalam keluarganya. Anak-anaknya sejak usia dini sudah diperkenalkan dengan bisnis sake. Beruntung bagi Rei, anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas dan membawa usaha sake mereka menjadi lebih maju.

Menarik mengikuti kisah bisnis sake keluarga yang penuh dengan intrik ini.  Saya awalnya iba terhadap nasib Rei yang hak-haknya dibatasi dan tidak dianggap karena terlahir sebagai perempuan, menjadi salut karena Rei benar-benar berusaha keras untuk keluarganya. Tetapi saya sulit menjadi kagum ketika Rei mulai menunjukkan ambisinya di atas rasa cinta terhadap anak-anaknya. Rei menekankan pada keluarganya agar mengesampingkan perasaan personal demi kesuksesan sake Omura. Bahkan Rei tega menyuruh pegawai kepercayaannya untuk menceraikan istrinya, hanya karena istri pegawainya itu kedapatan menyebarkan kabar bahwa Rei pilih kasih terhadap anak-anaknya (kabar yang memang benar adanya, tetapi sengaja ditutupi oleh Rei karena berita seperti itu tidak baik untuk bisnis).

Gagas Media menerjemahkan buku ini dengan baik, meski masih ada beberapa kesalahan cetak. Misalnya pada halaman  halaman 209, dituliskan seperti ini:  Yoshi sudah berumur tiga belas tahun, Fumi sepuluh tahun, Kazu delapan tahun, dan Teru sembilan tahun.  Padahal Kazu itu setahun lebih tua dibandingkan Teru. Kemudian pada halaman 316, Kazu disebutkan sebagai anak dari O-Toki, padahal sebenarnya Kazu adalah anak dari O-Yumi. Pada halaman 512 dan 531 juga ada kesalahan cetakan layout.

Saya juga menyukai cover terbitan Gagas dibandingkan cover aslinya. Di cover itu digambarkan seorang wanita bermata tajam dengan bagian mulut tertutup oleh kipas. Bagian kipas itu bisa dibuka sehingga kita bisa melihat keseluruhan wajah wanita itu. Dalam novel ini pembaca akan menemukan suatu keterangan bahwa Rie digambarkan sebagai wanita dengan mata tajan dan tegas. Wanita Jepang sendiri pada abad tersebut biasanya sering menutupi mulutnya dengan kipas ketika berbicara untuk menunjukkan kerendahan dan rasa hormat. Bonus lainnya, bookmark berbentuk kipas merah membuat buku ini istimewa.

Joyce Lebra, penulis buku ini adalah seorang ahli dalam kebudayaan perempuan Jepang, India dan Asia Pasifik. Dia seorang profesor di Universitas Colorado. Setelah lama tinggal di Jepang dan menulis 20 buku non fiksi, akhirnya Joyce menulis novel fiksi perdana-nya.

4 stars

Postingan ini ditulis untuk #UnforgotTEN Project No.9

banner
4 comments on "#222 The Scent Of Sake"
  1. waaah berarti recommended ya Mbak desty? udah lama ngincer buku ini dan little bee... cuman masih ragu mau beli :D

    ReplyDelete
  2. iya.. kalo suka hisfic jepang :)

    ReplyDelete
  3. mba desty saya mau yang versi inggris ny?dimana saya bisa dapat?mohon bantuan ny.terima kasih.

    ReplyDelete
  4. Baru kemarin baca buku ini, kemudian cari-cari kalo ada yang bahas, daaaaaan akhirnya nemu disini hehe.
    Ceritanya bagus, tapi di bagian tengah menuju ending saya kok kurang suka sama tokoh Rie ya. Dia jadi sangat memaksakan kehendak yang padahal dia juga tahu bahwa itu menyebalkan. Rie justru ikut 'membunuh' anak-anak perempuannya dengan memaksa mereka menikah dengan pria pilihannya. Karakter Teru justru akhirnya mendapat pandangan berbeda dariku karena dia satu-satunya yang tidak ikut 'terbunuh' oleh Rie maupun dirinya sendiri. Dia memilih jalannya sendiri dengan mati bersama lelaki yang dicintainya.
    Hehe, kalo bisa diskusi bakal asik ya mba. btw salam kenal mba desty :)

    ReplyDelete