~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#260 Trilogi Warna


Judul Buku : #1 Warna Tanah, #2 Warna Air, #3 Warna Langit (Trilogi Warna)
Penulis : Kim Dong Hwa
Halaman : 320, 320, 322
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ketika tema posbar ditentukan awal tahun ini, dan saya melihat pada bulan November ada pilihan tema novel graphis, saya sudah membayangkan akan membaca karya dari Kim Dong Hwa. Tadinya saya ingin membaca serial Sepeda Merah. Tapi sampai sekarang saya belum dapat buku pertama dari serial itu. Kemudian Lulu dan Dhila dari BBI Joglosemar menemukan serial Warna dengan harga murah, saya langsung menyambar tawaran mereka. Masing-masing buku hanya seharga IDR 15K. Murah kan?



Saya pun langsung read-athon ketiga buku ini. Kalau menurut penulisnya, novel ini dikategorikan sebagai manhwa, karena berasal dari Korea. Dan saya terpukau dengan gambar-gambar yang ada di dalamnya. Meski tidak berwarna, tapi gambar-gambarnya mewakili apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Trilogi warna ini menceritakan pengalaman hidup seorang anak perempuan bernama Ehwa yang tinggal bersama ibunya yang seorang janda.

Di buku #1 Warna Tanah, Ehwa kecil dikisahkan hidup berdua dengan ibunya yang memiliki kedai minuman. Beberapa kali Ehwa mencuri dengar cerita-cerita para lelaki pengunjung kedai minuman tentang ibunya yang diibaratkan sebagai bunga. Kala itu di Korea kedudukan wanita memang masih dianggap rendah, apalagi jika dia seorang janda. Dari ibunya Ehwa belajar tentang bagaimana menjadi seorang wanita, apa perbedaan seksual antara pria dan wanita. Ketika ibunya jatuh cinta pada pelukis keliling, ibunya juga bercerita tentang apa yang dirasakannya pada Ehwa. Dalam buku ini juga dikisahkan bagaimana Ehwa kecil tertarik pada seorang calon biksu yang memberikan bunga kepadanya.

Pada buku #2 Warna Air, Ehwa tumbuh menjadi gadis remaja. Selayaknya remaja pada umumnya, Ehwa mulai jatuh cinta. Si pemuda biksu tidak bisa membalas cinta Ehwa, dan Ehwa pun jatuh cinta pada anak pemilik kebun buah. Sayangnya sekali lagi cinta Ehwa kandas dengan kepergian pemuda ini. Tapi kemudian ada seorang pemuda bernama Duksam yang datang dalam hidup Ehwa. Ehwa banyak belajar tentang cinta dan rasa memiliki.

Pada buku #3, Warna Langit Ehwa sudah menjadi dewasa. Ehwa menantikan kedatangan Duksam kekasihnya yang pergi merantau, dengan memandangi bulan purnama. Ternyata bukan hanya Ehwa yang menantikan kekasihnya, ibunya juga menantika si pelukis untuk datang mengunjunginya lagi. Ketika Duksam akhirnya datang untuk meminang Ehwa, betapa senangnya Ehwa, sekaligus merasa sedih harus berpisah dengan ibunya.

Awalnya saya mengira kisah Ehwa hanyalah kisah anak perempuan biasa. Tetapi di dalam kisah hidup Ehwa, kita bisa belajar tentang bagaimana seorang perempuan mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Di dalam buku ini ada banyak sekali kiasan yang digunakan, misalnya bunga untuk menggambarkan seorang wanita, dan kumbang untuk menggambarkan seorang pria. Membaca manhwa ini juga harus dengan pikiran terbuka karena gambarnya mungkin sedikit vulgar.

Pada akhir novel, ada panduan cara membaca manhwa, beberapa pokok bahasan untuk mendiskusikan isi buku, dan juga beberapa jawaban atas pertanyaan yang mungkin muncul saat membaca trilogi ini. Untuk ketiga buku, saya memberikan 4 bintang untuk gambar yang indah dan cerita yang menarik.

4 stars
4 comments on "#260 Trilogi Warna"
  1. Membaca manhwa ini juga harus dengan pikiran terbuka karena gambarnya mungkin sedikit vulgar
    *angguk-angguk*
    aku udah baca ketiganya, di perpus, readathon juga.
    dan waktu sempet, kok gini? kok gitu? Hehhe. Jadi iya, aku setuju. Bacanya mesti dengan pikiran terbuka ^^v

    ReplyDelete
  2. jadi penasaran, pingin baca juga

    ReplyDelete
  3. Duh, kasih spoiler dikit tentang isinya dong. Foto-foto gituh. Habis, penasaran sevulgar apa gambarnya. #heh #plak

    ReplyDelete
  4. ahhh ngiri banget dapet 15k per buku, pingiiin :D aku penasaran dari tadi baca beberapa review serial ini, kayanya semuanya bilang bagus :)

    ReplyDelete