~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#269 Maryam


Judul Buku : Maryam
Penulis : Okky Madasari
Halaman : 280
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tadinya saya ingin membaca karya Okky Madasari secara berurutan sesuai waktu terbitnya. Jadi setelah saya membaca Entrok, seharusnya saya membaca 86. Tetapi Maryam lebih menggoda untuk dibaca duluan. Tidak mengapa. Lagipula novel 86 sudah ada jatah waktunya untuk dibaca nanti. Dan saya sedikit menyesal sudah menyimpan buku bagus ini sekian lama.

Maryam adalah seorang wanita Lombok yang menganut kepercayaan Ahmadiyah. Dia tidak memilih menjadi Ahmadiyah, sebagaimana lazimnya banyak anak-anak hanya mengikuti apa yang dipercayai oleh orang tuanya. Maryam tumbuh dalam didikan sebagai seorang Ahmadi, mengikuti pengajian rutin, bahkan hingga saat dia kuliah di Surabaya dia masih rajin beribadah. Kedua orang tuanya berharap besar pada anak perempuan pertama ini.

Oleh keluarganya, Maryam dijodohkan dengan seorang pemuda Ahmadi bernama Gamal. Awalnya upaya perjodohan berjalan lancar. Namun keduanya ingin menyelesaikan kuliah terlebih dahulu. Selang beberapa waktu berlalu, Gamal mulai berubah. Hal ini terjadi sejak kepergiannya ke Batam untuk penelitan. Gamal tidak lagi mau ikut pengajian, bahkan mengatakan bahwa Ahamadi itu sesat. Sebenarnya semua warga penganut Ahmadiyah sudah akrab dengan sebutan sesat itu. Hanya saja, selama mereka masih hidup rukun dengan tetangga, mereka tidak mempermasalahkannya.

Maryam kecewa dan patah hati. Cintanya pada Gamal runtuh. Maryam pun menutup hatinya hingga seorang pemuda bernama Amal datang. Amal bukanlah seorang Ahmadi, tapi dia mencintai Maryam sepenuhnya. Keluarga Maryam menolak menikahkan Maryam dengan Amal apabila Amal tidak berpindah keyakinan. Keluarga Amal pun berpendapat demikian. Maryam yang mulai meragukan imannya akhirnya memilih meninggalkan keluarganya untuk menikah dengan Amal, termasuk meninggalkan kepercayaannya sebagai seorang Ahmadi. Kisah cinta Maryam bukanlah topik utama dalam buku ini. Itu hanya salah satu cerita dari sekian banyak peristiwa yang dialami Maryam. Ketika rumah tangganya tidak bisa dipertahankan, Maryam memilih kembali ke desanya. Di sana dia mendapati kenyataan bahwa keluarganya telah diusir dari kampungnya karena dianggap sesat.

Okky Madasari kembali mengangkat realita sosial dari masyarakat minoritas. Tidak ada ajaran Ahmadiyah dalam buku ini. Saya sendiri tidak begitu paham dan peduli dengan kepercayaan itu. Yang menjadi pusat perhatian dalam buku ini adalah bagaimana suara-suara minoritas  seringkali tidak didengarkan (dan saya memahami betul bagian itu). Seringkali hukum tidak berlaku jika berhadapan dengan sekelompok masyarakat yang berjumlah besar mengatas namakan keadilan dan berlaku seperti preman. Lewat buku ini sekali lagi saya belajar, sebagai manusia saya tidak punya hak untuk menghakimi sesama manusia.

5 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment