~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#315 Galila


Judul Buku : Galila
Penulis : Jessica Huwae
Halaman : 331
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Namanya Galila, tanpa nama belakang. Asalnya dari Pulau Saparua, Ambon. Lazimnya di sana nama seorang anak dilengkapi dengan marga ayahnya. Bukan berarti Galila tidak mempunyai ayah, hanya saja ibunya ingin menghilangkan jejak ayahnya yang berkhianat pada keluarga. Dipangkaslah nama belakang Galila.


Kehidupan Galila berikutnya tidak berjalan mulus, tapi Galila memang punya hoki besar. Dengan mengikuti kontes adu bakat menyanyi  Indonesia Mencari Diva, Galila berhasil menjadi biduan terkenal. Namun Galila membuat dirinya menjadi sosok yang myaris misterius, dia menutup rapat-rapat kehidupan masa lalunya. Galila juga sangat selektif dalam memilih orang terdekat dengannya. Hanya Magda, manajernya, yang dekat dengannya. Padahal sebagai seorang diva, tidak sedikit pria yang berusaha mendekatinya.

Salah satunya adalah Eddie Silitonga, putra seorang pengusaha terkenal. Sayangnya, Eddie yang berasal dari keluarga Batak dengan adat yang kental. Orang tuanya berharap besar padanya sebagai satu-satunya penerus marga di keluarga mereka. Hidup Eddie sudah diatur bak skenario, mulai dari pekerjaan hingga ke jodohnya. Sebagai orang Batak, Eddie seharusnya menikah dengan pariban-nya yang sudah diketahui bibit, bebet dan bobotnya. Galila yang asal-usulnya tidak jelas tentu saja tidak masuk hitungan.

Novel Galila ini mengangkat kisah seorang perempuan yang berusaha meraih masa depannya tanpa harus dibayang-bayangi masa lalu. Ide ceritanya sebenarnya bukan hal yang baru, tapi penuturan ceritanya membuat novel ini menarik untuk diikuti. Saat membacanya saya merasa novel ini perpaduan antara Metropop dan Chrom, dua genre andalan Gramedia. Metropop karena ada unsur gemerlap kehidupan artis yang dijalani oleh Galila, Chrom karena di dalam novel ini sarat dengan kutipan ayat-ayat dari Alkitab meski Galila sendiri tidak begitu mengindahkan Tuhan. Saya juga suka dengan adanya unsur adat Batak dan Ambon yang menjadi latar dalam novel ini, tentang bagaimana masing-masing adat tersebut berusaha dipertahankan di tengah kehidupan modern. Meski kadang menyebalkan juga ketika kehidupan manusia diatur oleh adat yang sebenarnya adalah ciptaan manusia itu sendiri.

Saya nyaris tidak menemuka typo dalam novel ini. Dengan alur maju-mundur, kisah Galila berasa penuh misteri hingga akhirnya terkuak di halaman akhir. Saya merekemondasikan novel ini untuk dibaca sebagai bacaan ringan namun berbobot.

4 stars
1 comment on "#315 Galila"
  1. Aku jg suka sama Galila ini, ceritanya ngalir dan nggak bikin bosen meskipun didominasi sama narasi :)

    ReplyDelete