~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#347 The Giver


Judul Buku : The Giver (The Giver Quartet #1)
Penulis : Lois Lowry
Halaman : 192 (ebook)
Penerbit : Houghton Mifflin

Bagaimana rasanya jika hidup ini selalu sama, adil dan teratur? Apakah akan menyenangkan? Dahulu Jonas menyukai kehidupan seperti itu. Sebelum dia ditunjuk untuk menjadi The Receiver.

Jonas adalah seorang anak laki-laki berumur sebelas tahun. Dia tinggal dalam sebuah unit keluarga bersama Ayah, Ibu dan adiknya Lily. Unit keluarga memang terdiri dari seorang ayah dan seorang ibu (yang dipasangkan oleh komite berdasarkan kesesuaian). Setiap unit keluarga boleh mengajukan permintaan mengasuh anak sebanyak 2 orang. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Anak-anak ini akan diberikan pada saat usia mereka satu tahun melalui sebuah upacara pemberian nama. Ohya, kenapa disebut diberikan? Karena ada unit pekerjaan sebagai Birth Mother yang bertugas untuk hamil dan melahirkan (maksimal tiga kali).

Usia dua belas adalah usia yang krusial. Usia di mana karir seseorang di dalam komunitas akan ditentukan berdasarkan hasil pengamatan komite terhadap kemampuan di dalam keseharian warganya. Entah mengapa Jonas merasakan ada kekuatiran mendekati upacara di bulan Desember itu. Ketika tiba masanya dia menghadiri upacaranyadan ternyata dia tidak mendapatkan pekerjaan apapun. Sebaliknya dia terpilih menjadi "The Receiver". Tugas yang sangat berat di dalam komunitas itu, dimana dia harus menerima semua memori untuk disimpan di benaknya. Memori yang tidak pernah diberikan atau diperoleh oleh semua warga lainnya. Sebagai seorang Receiver, Jonas menjalani proses pelatihan oleh Receiver pendahulunya, yang oleh Jonas dipanggil dengan sebutan The Giver.

Mengapa menerima memori sangat spesial? Di dalam komunitas itu semuanya harus serba netral. Cinta adalah hal yang terlarang. Tidak boleh ada rasa sakit yang berlebihan. Tidak boleh ada kebencian. Jika seseorang berbuat salah dia harus segera memintamaaf dan yang lain juga dengan segera memaafkannya. Singkatnya tidak ada perasaan. Bahkan warna pun tidak ada. Demi terciptanya kesamaan dan keadilan.

Novel ini termasuk dalam genre dystopia. Tapi baru kali ini saya membaca sebuah komunitas dengan aturan yang sangat ketat dan hampir tidak masuk akal. Cara penulis menggambarkannya dengan detil membuat saya secara pribadi merasakan betapa tidak nyamannya hidup dalam komunitas tersebut. Itulah yang dirasakan oleh Jonas ketika dia telah menjalani pelatihannya sebagai The Receiver.

“The worst part of holding the memories is not the pain. It's the loneliness of it. Memories need to be shared.”

Parahnya, Jonas tidak boleh membagi memori yang diterimanya pada orang lain karena akan menimbulkan chaos di dalam masyarakat. Ketika dia melihat sebuah perilaku jahat dilakukan oleh orang terdekatnya, dia menjadi "sakit" karena mengetahui bahwa hal itu salah.

Novel ini memberikan pesan moral bahwa tidak selamanya semua yang serba teratur itu baik. Dinamisasi perlu ada dalam kehidupan. Bahkan rasa sakit juga penting untuk memberi warna. Meski tidak menyukai ending dari buku peraih penghargaan Newberry Medal pada tahun 1994 ini, novel ini membuat saya merasa bersyukur dengan apa yang saya miliki selama ini. Saya jadi dibuat penasaran dengan kelanjutan novel ini. Semoga tiga buku lainnya bisa lebih memuaskan :)

3 stars


Catatan:

Newbery Medal adalah sebuah penghargaan tahunan yang diberikan oleh American Library Association untuk buku anak-anak Amerika yang paling terkenal yang diterbitkanoleh penerbit di USA pada tahun sebelumnya. Penghargaan ini terbatas pada penulis yang adalah warga negara USA atau tinggal di USA. Sementara Newbery Honor diberikan bagi runners-up. Untuk melihat buku-buku yang termasuk dalam Newbery Medal dan Honors dari tahun 1922 sampai sekarang bisa dilihat di tautan ini.




3 comments on "#347 The Giver"
  1. Mba, udah nonton filmnya belum? Kalau udah, perbedaannya bagusan mana antara film sama bukunya. Aku udah nonton filmnya dan baguuuus~ haha. Tapi blm sempet baca bukunya.

    Ada niatan untuk lanjut baca seri lainnya? Kalau iya, ditunggu review selanjutnya ya. Sayangnya seri lainnya udah beda cerita sih, uda ga ada lanjutannya si Jonas lagi meskipun masih dalam frame cerita yg sama.

    ReplyDelete
  2. Aku malah suka buku ini mbak, simple tapi dalem. Ga masalah sih endingnya, soalnya memang masih lanjut

    ReplyDelete
  3. aku juga agak kurang sreg sama endingnya, terlalu nanggung menurutku.. tapi ya jadi pingin tau juga lanjutan buku2 setelahnya, meski tokoh utamanya malah bukan Jonas lagi ya...

    ReplyDelete