~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#391 What If


Judul Buku : What If
Penulis : Morra Quatro
Halaman : 280
Penerbit : Gagas Media


Kamila. Si Anal. Pengagum Sigmund Freud. Asisten dosen ilmu sosial yang sangat detail, yang selalu menjawab tiap pertanyaan di kelas. Jupiter. Mahasiswa tingkat dua. Penyuka basket, pemain gitar, perayu ulung. Ia telah menghadirkan Kamila di dalam hatinya sejak kali pertama pertemuan mereka di bawah langit siang. 
Saya sengaja mengutip bagian perkenalan kedua tokoh yang ada di halaman belakang sampul novel ini. Kalimat-kalimat itu sudah menjelaskan karakter Kamila dan Jupiter, tokoh utama dalam novel ini. Tapi masih ada fakta lain yang penting dan menjadi inti dari novel ini. Kamila seorang muslim. Jupiter seorang Nasrani.

Finnigan, sahabat Jupiter sebenarnya ingin menjodohkan Kamila dengan Steven, sahabatnya yang isi otaknya bisa disetarakan dengan Kamila. Tapi Steven menolak, dia tahu mereka tidak akan bisa bersama. Di luar dugaan Finn, justru Piter, yang kuliahnya saja sering bolos, berusaha mendekati Kamila. Dan usaha pendekatan Piter bersambut, meski diikuti pertentangan batin di dalam diri Kamila.

"Apa yg berbeda itu memang tidak pantas bersama?

Bukan hanya kata hati Kamila yang melarang hubungannya dengan Piter. Ibunya Peter dan Ayahnya Kamila juga tidak memberikan restu atas hubungan itu. Meski keduanya menyadari bahwa anak-anak mereka saling mencintai. Cinta Kamila semakin besar, ketika dia melihat Piter terbaring tak berdaya di rumah sakit karena ada yang salah dengan paru-parunya.

Saya “berkenalan” dengan tulisan Morra Quatro lewat novelnya yang berjudul Notasi dengan setting kampus UGM dan politik mahasiswa di masa reformasi. Kali ini Morra kembali lagi dengan background serupa, meski dengan fokus yang berbeda : cinta beda agama.

Carefully written. Topik ini memang sangat rawan dan berpotensi menimbulkan pro dan kontra. Namun di dalam novel ini semuanya tersaji dengan seimbang. Mungkin karena penulis (katanya) pernah mengalami hal yang sama. Penulis juga mengungkapkan lewat tulisan ini bahwa dalam hubungan cinta beda agama, biasanya ada satu pihak yang berusaha berjuang mempertahankan, namun ada satu pihak yang juga selalu mempertanyakan apakah bisa terus bersama. Dan apakah cinta itu bisa bertahan jika hanya satu orang saja yang berusaha?

Bukan hanya Kamila dan Piter yang mengalami hal itu. Finnigan dan pacarnya, Anjani juga sudah lebih dahulu mengalami segala pertentangan itu. Dan uniknya dalam novel ini, Kamila menemukan jawabannya bukan dari seorang Piter. Tapi dari Finnigan.

Selain topik  perbedaan agama itu, ada nuansa politik kampus dalam hal ini pemilihan presiden mahasiswa yang juga dibahas (masih ada kaitannya dengan agama juga sih). Ada juga joke-joke renyah ala mahasiswa. Bagian favorit saya adalah ketika Finnigan (oh btw Finnigan juga tokoh favorit saya di novel ini) yang berusaha menghibur Kamila yang sedang kalut di rumah sakit.

Pilihan diksi Morra Quatro memang layak diacungi jempol. Hanya saja, karena dituliskan dengan hati-hati, ada bagian-bagian yang sulit dicerna oleh saya, sehingga saya seperti meraba-raba apa maksud dari kalimat yang dituliskan itu. Kemudian ada bagian dimana Piter menyebutkan simbol Trinitas sebagai  “God Father, Jesus and Mother Mary”. Tadinya saya berpikir ini typo, tapi disebutkan dua kali dalam novel ini. Yang saya tahu itu ketika membuat tanda salib, yang diucapkan adalah  “In the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit” (Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus). Semoga bisa dikoreksi untuk cetak ulang berikutnya.

3 stars

6 comments on "#391 What If"
  1. Penasaran :(
    Mba Morra memang selalu bawa tema yang nggak biasa sih.

    Eh Forgiven udah baca belum, Mbak? Yang paling aku suka dari karya Mbak Morra Forgiven, Will-nya keren banget. Bikin naksir.

    ReplyDelete
  2. yang simbol Trinitas itu bukannya pas bagian lagu-lagu ya? aku agak lupa sih

    ReplyDelete
  3. iya ada di bagian lagu, ada jg sesudahnya. ada juga di bagian pas Piter mo ngumpulin tugas

    ReplyDelete
  4. Duh akhirnya Mbak Morra bikin novel baru juga yay! Saya jatuh cinta sama tulisan Mbak Morra sejak baca Forgiven (walaupun novelnya ilang di sekolah hiks) dan makin naksir abis baca Notasi. Makin pengen di UGM setelah baca Notasi, eh sekarang saya beneran di UGM haha. Fix beliiiii

    ReplyDelete
  5. Ayo beli...kali ini ceritanya di salah satu universitas di Jakarta

    ReplyDelete