~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#417 Tuhan Untuk Jemima


Judul Buku : Tuhan Untuk Jemima
Penulis : Indah Hanaco
Halaman : 312
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Jemima Damarys sedang berduka. Dia baru saja kehilangan kakak satu-satunya, Ashlyn, yang meninggal karena kecelakaan mobil. Bukan hanya Jemima, kedua orang tuanya juga sangat berduka atas kepergin Ashlyn yang mendadak. Ayahnya, Raphael, dan ibunya, Feby, masing-masing melakukan caranya sendiri untuk mengatasi duka mereka. Tinggallah Jemima dengan kekosongan di dalam hatinya. 

Ashlyn dimakamkan menurut tata cara Kristiani, sesuai dengan agama yang dianutnya. Keluarga Damarys memang cukup liberal dalam hal menganut kepercayaan. Raphael yang seorang Kristen dan Feby yang muslim tidak pernah memaksakan kedua anaknya untuk mengikuti agama mereka. Jemima belum memilih agama apa yang akan dia ikuti. Jauh di dalam hati Jemima, dia bertanya-tanya mengenai keberadaan Tuhan. Mengapa sepertinya saat seperti ini Tuhan tidak ada? Di manakah Jemima harus mencari Tuhan?

Sementara itu, Kenneth Kincaid, seorang aktivis lingkungan yang tergabung dalam Sea World Conservancy sedang sibuk dengan kegiatan SWC. SWC adalah sebuah organisasi yang melindungi ekosistem laut, khususnya mencegah eksploitasi berlebihan terhadap paus. Kenneth sendiri menunda kuliahnya demi bisa bergabung dengan organisasi milik pamannya itu. Satu hal yang mendasari keinginan Kenneth adalah dia harus terjun langusung menyelamatkan hewan laut itu. Dia tidak percaya Tuhan yang katanya Pencipta alam semesta itu bisa bertindak. Buktinya sudah banyak pembunuhan ilegal terhadap paus yang terjadi selama ini. Ya...Kenneth seorang atheis jika berkaitan dengan agama.

Ada hal yang mungkin memang harus terjadi seperti suratan takdir. Saat Jemima sedang berlibur ke Selandia Baru mengunjungi tantenya, di sana dia bertemu dengan Kenneth. Kisah hidup dan pekerjaan Kenneth membuat mata Jemima lebih terbuka terhadap lingkungan sekitarnya. Kenneth sendiri tertarik dengan sosok Jemima. Entah mengapa, dia merasakan desakan yang begitu kuat untuk menyatakan perasaannya pada Jemima. Sayangnya pertemuan mereka tidak berlangsung lama, karena Jemima harus segera kembali ke Indonesia.

Novel ini mengangkat dua topik yang menarik. Yang pertama adalah isu lingkungan hidup, khususnya mengenai konservasi paus. Saya belum pernah membaca novel yang mengangkat isu paus sebelumnya. Berhubung saya seorang biologist, hal seperti ini jelas menarik perhatian saya. Saya kagum dengan riset yang dilakukan oleh penulis terhadap masalah paus ini. Belum lagi keindahan alam Selandia Baru dengan situs-situs konservasinya membuat saya ingin mengunjungi lokasinya.

Topik kedua adalah tentang pencarian keyakinan baik itu oleh Jemima maupun Kenneth. Sebenarnya topik ini bukan hal yang baru. Tapi penulis mampu meramunya dengan baik sehingga pembaca bisa ikut merasakan kegelisahan yang dialami oleh Jemima dan Kenneth. Saya sendiri adalah seorang yang sedari kecil sudah mengenal satu agama dan tumbuh besar dalam keyakinan penuh atas agama tersebut. Lingkungan saya membuat saya tidak pernah mengalami hal seperti Jemima yang mempertanyakan keberadaan Tuhan. Meskipun kemudian saya berkutat dengan ilmu-ilmu sains yang dapat membuat seseorang menyangsikan Tuhan seperti Kenneth, hal itu juga tidak terjadi pada diri saya. Membaca novel ini menjadi pengalaman tersendiri bagi saya.

Menariknya lagi, ada unsur suspense di dalam novel ini. Kematian Ashlyn ternyata bukan hanya kecelakaan biasa, tetapi merupakan pembunuhan yang direncanakan. Bahaya juga mengancam Jemima dan keluarganya. Ketegangan sempat terbangun di pertengahan novel, tapi menjadi antiklimaks dengan segera di bab terakhir. Saya menyayangkan adanya kesan suspense-nya hanya bumbu tambahan yang diselesaikan dengan cepat melalui narasi singkat di dalam satu bab saja.

Saya sengaja membaca novel ini, karena saya akan segera membaca karya terbaru Indah Hanaco berjudul Pefect Purple yang juga mengangkat tentang aktivis paus. Nantikan review saya tentang Perfect Purple ya...

3 stars

2 comments on "#417 Tuhan Untuk Jemima"
  1. Jadi pengen baca, ternyata Perfect Purple sama ini punya kesamaan :D

    ReplyDelete
  2. […] bukan novel pertama milik Indah Hanaco tentang organisasi konservasi paus yang saya baca. Di novel Tuhan Untuk Jemima, topik serupa juga diangkat, meski dengan nama organisasi yang berbeda. Namun latar belakang kedua […]

    ReplyDelete