~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#494 Kenangan Sang Pangeran


Judul Buku : Kenangan Sang Pangeran (The Prince She Never Forgot)
Penulis : Scarlet Wilson
Halaman : 232
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Bagaimana mungkin sebuah ciuman dan perbincangan singkat membawa kesan yang mendalam dan bertahan hingga sepuluh tahun kemudian?

Itulah yang dialami Ruby. Dia bertemu dengan Alex yang menyelamatkannya dari kerumunan orang pada malam tahun baru di Paris. Ketika Alex menciumnya di bawah kembang api tahun baru, Ruby tidak tahu siapa Alex yang sebenarnya. Malam itu mereka berpisah secara terpaksa ketika beberapa pria dengan setelan hitam menjemput Alex. Beberapa hari kemudian, Ruby baru mengetahui dia adalah Alexander, putra mahkota kerajaan Euronia.

Sepuluh tahun kemudian, Ruby yang sukses dengan karirnya sebagai ahli terapi wicara dan bahasa, sudah berusaha melupakan Alex. Bagaimanapun Alex adalah pangeran yang di luar jangkauannya. Meski dia tidak sepenuhnya bisa menghilangkan perasaannya pada Alex yang meninggalkannya begitu saja tanpa kabar. Dari media, Ruby tahu Alex telah menikah dengan Putri Sophia, dan memiliki seorang putri. Sophia kemudian meninggal karena kanker tidak lama setelah melahirkan. Ketika Alex kemudian muncul di hadapannya, memintanya untuk menjadi terapis bagi putrinya (Anabelle berusia 3 tahun dan belum bisa bicara), yang ingin ditanyakan Ruby hanyalah kenapa dirinya, dan kenapa harus menunggu sekian tahun lamanya bagi Alex untuk mencari Ruby.

Senang rasanya bisa membaca Harlequin yang tidak mengutamakan hubungan fisik dalam alur ceritanya. Di dalam novel ini, konflik utamanya adalah bagaimana Alex dan Ruby bisa menjelaskan satu sama lain mengenai sepuluh tahun yang terlewat. Karena nampaknya, bukan hanya Ruby yang tidak bisa melupakan Alex, Alex pun demikian. Hanya saja bagi Alex kondisinya tidak semudah yang Ruby pikirkan dan alami. Alex punya tanggung jawab sebagai putra mahkota yang kala itu ayahnya (raja Euronia) jatuh sakit. Alex harus mengambil alih pimpinan kerajaan sejak sepuluh tahun yang lalu. Alex harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengembalikan kondisi kerajaannya yang hampir kolaps. Dan selama sepuluh tahun Alex menaruh Ruby dalam satu sudut pikirannya, mengirimkan bunga tanpa identitas kepada Ruby sesekali. Namun ketika Alex memiliki Sophia dan Anabelle, mengirimkan bunga kepada wanita lain terasa tidak benar. Di sini saya melihat, Alex sebagai sosok yang bertanggung jawab. Dia menyisihkan egoismenya untuk kepentingan banyak orang. Dan berusaha berjalan di jalan yang benar.

Ruby sendiri bukanlah wanita lemah yang mengejar cintanya semata-mata. Sepeninggal Alex, dia melanjutkan hidupnya, sempat bersama beberapa pria meskipun rasanya tidak pernah benar. Hingga akhirnya ketika dia bertemu Alex, Ruby tidak serta merta melemparkan dirinya ke dalam pelukan Alex. Dia menguji dirinya, dia menanyakan kesetiaan Alex dan dimana sebenarnya posisinya di dalam hati Alex. Sementara itu, Ruby bersikap profesional dengan mengatasi kesulitan bicara Anabelle.

Satu lagi yang menarik dalam novel ini adalah kondisi Anabelle. Dia mengidap Mutisme Selektif (atau di dalam buku ini disebutkan sebagai Bisu Selektif). Saya pernah membaca sebuah buku tentang kondisi ini yang diceritakan dari sudut pandang si penderita. Tapi di novel ini, Ruby sebagai seorang ahli mencoba melakukan banyak pendekatan mencari tahu tentang bisu selektif yang dialami Anabelle. Anabelle sempat merasakan 11 bulan bersama ibu kandungnya. Meski Sophia dalam kondisi kesakitan, dia ingin menghabiskan sebanyak mungkin waktu bersama Anabelle. Ketika Sophia meninggal, Alex dan seisi istana Euronia yang tidak mengetahui apa-apa, menghilangkan Sophia sama sekali dari kehidupan Anabelle. Banyak ahli mengatakan bahwa ingatan seorang anak baru mulai terbentuk di usia dua-tiga tahun. Namun kenyataan itu tidak bisa berlaku umum bagi semua orang. Anabelle menyimpan di benaknya suara ibunya yang didengarnya selama sembilan bulan di kandungan dan sebelas bulan sebelum kematian ibunya. Ketika ibunya tiada, Alex sebagai ayahnya yang penuh dengan kesibukan dan tanggung jawab sebagai pemimpin Euronia juga menjauh daru Anabelle. Inilah yang menyebabkan Anabelle memilih bahasa isyarat daripada bersuara. Dan Ruby mengetahui hal itu melalui pendekatannya pada Anabelle.

Selayaknya novel Harlequin, novel ini menjanjikan akhir yang bahagia. Ini bukan spoiler ya... yang sering membaca Harlequin pasti sudah tahu pakemnya romance satu ini. Tapi bagaimana kedua tokoh utamanya menemukan kebahagiaan itulah yang menjadi inti dari novel ini. Kisah yang mengingatkan kembali kepada kita bahwa cinta sejati itu ada. Bahwa cinta bisa menemukan jalannya kembali dengan banyak usaha. Bahwa cinta butuh perjuangan, pengorbanan, dan juga kompromi.


Be First to Post Comment !
Post a Comment