~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

Abibliophobia


Membaca adalah candu. 

Saya menuliskannya sebagai bagian dari tagline blog buku ini. Hingga dewasa, satu-satunya hobby saya yang bertahan sedari saya masih kecil adalah membaca. Terlebih ketika saya bergabung dengan BBI. Setiap hari saya menyisihkan waktu untuk membaca. Hingga akhirnya, saya menjadi abibliophobia

Apa itu? Abibliophobia adalah ketakutan akan kehabisan bahan bacaan. Hal yang sebenarnya nyaris tidak mungkin terjadi ketika menjadi member BBI. Entah ini semacam kutukan atau wabah atau apalah namanya, hampir semua anggota BBI punya timbunan buku. Malah ada lho yang membeli buku dan lupa kalau sudah punya buku dengan judul yang sama :) Dan memang sih, timbunan buku itu semacam penawar untuk phobia yang satu ini. Kalau saya sih, selain buku fisik saya juga menimbun buku elektronik.

Lantas apa yang saya lakukan untuk mengatasi abibliophobia sekaligus menghindari menjadi book hoarder?

Yang pertama, saya membatasi jumlah buku yang saya beli setiap bulannya. Dulu saya sempat ikut program Babat Timbunan Joglosemar. Habiskan 5 timbunan sebelum membeli buku yang baru. Lumayan berhasil sih. Saya membaca 130 buku dari timbunan, dan hanya membeli 37 buku saja dalam setahun. Sayangnya program ini tidak berlanjut. Sebagai gantinya ada Read and Keep Challenge. Saya hanya akan membeli buku menggunakan dana yang terkumpul dari sejumlah buku yang telah saya baca. 

Kedua, meminjam buku. Saya sering meminjam buku ke teman BBI atau ke perpustakaan online. Tahun kemarin saya sukses membaca banyak buku berkat perpustakaan online seperti iJakarta, iPerpusnas, iJogja dan iSukabumi. 

Ketiga, membaca buku elektronik. Sudah bukan rahasia lagi kalau ada banyak cara mendapatkan buku elektronik gratisan. Yah...beberapa menganggap hal ini ilegal. Tapi bagi saya yang penting saya tidak menjualnya kembali dan hanya untuk konsumsi pribadi saja.

Keempat, berlangganan buku elektronik seperti SCOOP Premium atau Bookmate. Asyiknya karena berlangganannya bisa barengan dengan teman-teman. Lebih murah, praktis dan tentunya legal.

Phobia-nya memang tidak lantas sembuh sih. Saya malah merasa phobia ini penting juga untuk tetap ada. Soalnya gara-gara phobia ini saya tetap semangat membaca. Saya malah gak kepengen sembuh dari phobia ini. Kalau kamu bagaimana? Apakah juga mengalami hal yang sama?



9 comments on "Abibliophobia"
  1. Baru tau ini juga semacam phobia.
    Dan, menjadi anggota memang entah kenapa membuat punya timbunan.

    ReplyDelete
  2. Apalagi kalau bacaannya multigenre, mbak, pasti berasa, nanti kehabisan bacaan buku anak, nanti kehabisa buku misteri, nanti kehabisan buku dari penulis X, padahal dari genre/penulis lain masih menumpuk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya..betul banget. Padahal waktu membacanya saja terbatas

      Delete
  3. Akuu... ga ada phobia kehabisan bacaaan, hohohoh. Malah kayaknya waktunya kurang mulu buat baca, karena banyak distraksi -.-

    ReplyDelete
  4. aku malah udah lama ga beli buku. tapi malah baca ebook di scoop. yah sama aja ga ngabisin timbunan fisik sih. huhuhu

    ReplyDelete
  5. Malah ada lho yang membeli buku dan lupa kalau sudah punya buku dengan judul yang sama :)


    *nyindir ea mbak #jlebbb


    Aku juga lama nggak beli buku (baru) tapi kalau beli buku yang nggak baru-baru amat ... teteuuuppppp hahaha maafkeun saia

    ReplyDelete
  6. "beberapa menganggap hal ini ilegal. Tapi bagi saya yang penting saya tidak menjualnya kembali dan hanya untuk konsumsi pribadi saja"

    Wah, kalo yg ini aku setuju pake buanget mbak.... *ketawa setan* #rakyatmiskin

    ReplyDelete
  7. kalau aku belakangan malah pusing antara bagi waktu untuk baca dan lainnya, kalau nggak baca serasa ada aja yang kurang, tapi waktu bacanya juga kurang... hiks

    ReplyDelete