~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#524 A Hole in The Head


Judul Buku : A Hole in The Head
Penulis : Annisa Ihsani
Halaman : 232
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ann kali ini harus berlibur bersama ayahnya. Perjalanan liburannya yang semula direncanakannya bersama neneknya berubah karena sang nenek harus menemani bibinya Ann yang sedang melahirkan. Indira, ibunya Ann, kemudian mengusulkan Ann untuk terbang ke Lembah Lauterbrunnen, Swiss menjumpai ayah, ibu tiri dan adik tirinya. 

Gertjan, ayah Ann mengelola sebuah penginapan bersama dengan istrinya Nina. Mönchblick Inn merupakan warisan Nina dari ayahnya. Di musim liburan seperti ini biasanya penginapan itu ramai. Namun sudah setahun lebih penginapan ini kurang pengunjung. Ada rumor yang beredar bahwa ada hantu yang gentayangan dan mengganggu pengunjung di hotel itu. Awalnya Gertjan dan Nina tidak mau menceritakan masalah itu pada Ann. Tapi akhirnya Ann tahu sendiri berkat mulut besar Jo, cucu dari Bertha tukang masak penginapan, dan sedikit cerita dari Paman Daniel, adik Mama Nina.

Konon katanya di kamar 303, ada bayangan hitam yang membuat orang menjadi takut. Kemudian ada suara-suara aneh. Ann sendiri sempat mendengar langkah kaki di depan kamarnya ketika malam tiba. Namun saat dia melihat ke koridor tak ada satupun orang. Belum lagi suara ketukan dan rumor tentang Matteo, yang gantung diri di pohon di penginapan itu.

Buku ini adalah novel ketiga dari Annisa Ihsani yang saya baca. Novel ini bernuansa misteri dan supranatural, mengingatkan saya akan bacaan detektif cilik yang mencoba mengungkap suatu kasus di masa liburan. Ann digambarkan sebagai gadis kecil yang cerdas, tertarik pada sulap, dan pemberani. Meskipun dia tidak ingin ikut campur pada urusan orang dewasa, tapi dia ingin sekali membantu ayahnya yang tampak kesulitan. Belum lagi Mama Nina yang harus mengurus bayi Emil, dan juga memikirkan nasib penginapan peninggalan ayahnya yang dicintainya. 

Gambaran satu bagian wilayah Swiss diceritakan dengan baik. Air terjun, perbukitan dan danau membuat pembaca ingin sekali hadir di lokasi itu. Yang saya suka juga adalah penjelasan ilmiah dari masalah yang dihadapi oleh Ann. Mungkin satu-satunya yang disayangkan adalah cover buku ini. Gambaran dua anak kecil itu rasanya tidak sesuai dengan usia Ann dan Joe. 

Kalau boleh memilih, Teka-Teki Terakhir masih menjadi favorit saya diantara ketiga buku Annisa yang sudah saya baca. Tapi saya tetap menunggu karya-karya Annisa Ihsani berikutnya. Soalnya Annisa sudah masuk dalam dafatr penulis yang karyanya dinantikan oleh saya. 


Be First to Post Comment !
Post a Comment