~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#48 Pengakuan Gadis Call Center


Judul Buku : Pengakuan Gadis Call Center
Penulis : Lisa Lim
Halaman : 462
Penerbit : Gradien Mediatama


Dulu, setelah saya menyandang gelar sarjana, yang ada di pikiran saya adalah mencari kerja secepatnya. Tentu saja saya mengirimkan beberapa lamaran ke perusahaan yang sesuai dengan background ilmu yang saya miliki. Enam bulan lamanya, penolakan demi penolakan saya terima. Saya bahkan melebarkan opsi ke perusahaan yang tidak sesuai dengan ilmu saya. Alasannya tidak lain adalah saya harus bekerja.

Madison Lee (Maddy) juga sama galaunya ketika menerima penolakan demi penolakan. Ketika Karsynn sahabatnya mengajaknya untuk melamar ke sebuah perusahaan telekomunikasi, Maddy pun menyambutnya. Setelah melalui serangkaian tes, akhirnya mereka diterima bekerja sebagai operator telepon di call center.

Jangan menganggap pekerjaan sebagai operator di call center itu gampang. Maddy mengalami hari-hari yang sulit ketika dia bekerja sebagai gadis call center. Mulai dari makian pelanggan yang tidak sabaran, bahasa asing yang belum pernah didengar, sampai rayuan dari pelanggan yang tidak senonoh. Belum lagi atasannya yang sekejam Hittler, dan keharusan menjual produk pada pelanggan. Kegalauan Maddy bertambah ketika Karsynn sahabatnya jatuh cinta pada pria beristri, dan Mika, pria impian hatinya, malah jatuh cinta pada gadis lain. Untungnya ada Truong, rekan Maddy di kubikel sebelah yang selalu menghibur dengan tingkah dan komentarnya yang lucu. Truong yang homo dan cadel itu juga selalu membawakan makanan Asia untuk Maddy.

Maddy ternyata berasal dari keluarga berada. Ayahnya (almarhum) adalah seorang peneliti dan ibunya adalah dokter spesialis kandungan. Walaupun demikian, Maddy tidak dekat dengan ibunya yang sibuk bekerja. Maddy juga penikmat buku. Beberapa buku yang Maddy baca dan tertulis di dalam novel ini spontan mengingatkan saya pada Mbak Fanda (yang juga adalah penyunting novel ini). Bagaimana tidak, bacaan Maddy itu buku-buku klasik dan historical story. Persis seperti mbak Fanda :D

Alur ceritanya cenderung datar. Saya tidak merasakan klimaks dan anti-klimaks dari kisah si gadis call center ini. Beberapa bab “hanya” menceritakan tentang kejadian seputar telepon-telepon yang diterimanya. Baru di bab akhir kisah antara Maddy dan Mika mendapat porsi lebih banyak. Masih banyak typo-nya juga. Tapi saya suka sekali dengan gambar sampulnya. Warna biru cerah dan gadis manis memakai headset jauh lebih menarik dibandingkan cover aslinya.  After all, saya kasih tiga bintang untuk Maddy, si gadis call center.


7 comments on "#48 Pengakuan Gadis Call Center"
  1. Mba, kamu sehari baca berapa buku sih? Ini banyak bener sehari bisa posting bny review *gemes+iri*

    ReplyDelete
  2. 1 buku biasanya dibaca dalam 2 hari. Tapi bikin reviewnya biasanya bareng. Dan, ohya Ky... kamu juga bikin gemes.. selalu jadi pertamax :D

    ReplyDelete
  3. Hehehe...waktu baca ttg buku2nya Maddy, aku juga mikir: "kok sama ya seleranya?", apalagi waktu Maddy merekomen Mika utk baca Pillars of the Earth, makin suka karena itu salah 1 buku terfavoritku juga.

    Wah, maaf ya kalo masih banyak typo, masukan buat aku utk lbh hati-hati nih. Thanks ya Desty!

    ReplyDelete
  4. uuuhhh.... jadi makin penasaran sama buku ini...

    1 buku dalam 2 hari mbak??? wah... salut deh bisa secepat itu.....

    ReplyDelete
  5. 2 hari itu paling cepat. tapi tergantung tebalnya buku sih. biasanya saya baca malam hari sebelum tidur. kalau weekend bisa baca all day long... :)

    ReplyDelete
  6. hehe..wajar mbak. cetakan pertama biasanya gitu. tapi saya lebih suka dapat cetakan buku pertama. masih original :)

    ReplyDelete
  7. Sempet tertarik sama sinopsisnya, tapi covernya ngga menarik :p

    ReplyDelete