~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#172 Hex Hall


Judul Buku : Hex Hall (Hex Hall #1)
Penulis : Rachel Hawkins
Halaman : 420
Penerbit : Ufuk Fiction


Tadinya saya hanya mengetahui satu sekolah sihir yaitu Hogwarts, tempat Harry Potter dan kawan-kawannya bersekolah. Kemudian pada buku ke-empat, kita mengetahui ada dua sekolah lainnya yang ikut dalam turnamen Triwizard, yang artinya ada sekolah sihir lainnya selain Hogwarts. Dan ternyata selain sekolah sihir, ada juga semacam "sekolah binaan" untuk para makhluk fantasy ini. Sekolah binaan ini yang akan kita temukan di Hex Hall.

Hecate Hall tepatnya adalah sekolah buangan, setidaknya itulah di pikiran Sophie Mercer ketika dia dikirim oleh ayahnya ke sebuah tempat terpencil tempat sekolah tersebut berdiri. Jangan membayangkan tempatnya seperti Hogwarts yang megah, Hecate Hall tempatnya seperti bangunan yang ditempel-tempel. Dan karena sekolah ini adalah tempat pembinaan para Prodigium yang "nakal", maka bukan hanya penyihir dan warlock (penyihir pria) yang ada di tempat ini. Peri, shapesifter, bahkan vampir pun ada. Sophie Mercer yang gagal merapalkan mantra cinta terpaksa harus menjalani hari-harinya hingga berusia 18 tahun di tempat itu.

Sophie Mercer mendapati dirinya adalah seorang penyihir sejak berusia 12 tahun. Tetapi ibunya memilih untuk selalu berpindah tempat tinggal untuk menutupi kenyataan itu dari sekitarnya. Sophie sendiri mengetahui bahya ayahnya adalah seorang warlock yang sudah berpisah dari ibunya sebelum Sophie dilahirkan. Ketika Sophie harus bersekolah di Hex Hall, barulah Sophie menyadari bahwa kemampuan sihirnya tidak ada apa-apanya.

Sophie ditempatkan di dalam kamar bersama satu-satunya vampir di tempat itu, Jenna. Jenna sendiri tidak disukai oleh hampir semua siswa di Hex Hall (nama keren untuk Hecate Hall), karena dia dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap Holly, salah satu siswa pada enam bulan sebelumnya. Di sekolah itu, Sophie mendapati dirinya adalah seorang penyihir hitam, itupun berdasarkan informasi dari trio gadis idola, Elodie-Anna-Chaston, yang juga adalah penyihir hitam. Elodie, Anna dan Chaston yang berusaha mendekati Sophie sejak hari pertama, mengajak Sophie untuk bergabung dengan kelompok mereka menggantikan Holly yang sudah meninggal. Sophie menolak, dan menyebabkan dia dibenci oleh ketiga gadis tersebut karena Sophie memilih berteman dengan Jenna.  Bukan hanya dibenci oleh trio penyihir cantik, Sophie harus menelan kekecewaannya ketika mengetahui warlock yang ditaksirnya, Archer, adalah pacar Elodie.

Semakin lama Sohie berada di Hex Hall, semakin banyak informasi yang mengejutkan yang diterimanya. Salah satunya adalah bahwa ayahnya yang sejak lahir tidak pernah dijumpainya adalah Kepala Dewan. Ayahnya sengaja mengirimnya ke Hex Hall demi melindungi dirinya dari agen Mata yang ingin menghabisi Pordigium. Tetapi Hex Hall sendiri bukanlah tempat yang aman. Kenyataan ini disadari Sophie ketika Chaston dan Anna ditemukan dalam keadaan terluka seperti ketika Holly ditemukan tewas kehabisan darah, dan ketika Sophie melihat dengan matanya sendiri, Archer cowok idola sekaligus yang cowok yang ditaksirnya mempunyai tanda agen Mata pada dadanya.

Hingga pertengahan buku, saya menikmati humor dan sarkasme yang disajikan pada karakter Sophie. Walaupun tidak sehebat Harry Potter, Sophie yang juga awalnya tidak tahu mengenai latar belakang keluarganya, membawa warna sendiri sebagai seorang penyihir remaja yang berusaha menemukan jati dirinya. Sophie bukanlah Prodigium yang sempurna, tapi justru itu yang membuat pembacanya merasa tersihir dan menjadi akrab dengan Sophie.

Hanya saja mendekati bagian akhir dari buku pertama ini, tempo cerita berasa dipercepat dan... wush.. kasusnya selesai. Saya sempat terpana ketika sampai di halaman terakhir, dan berkata, "ha?? segini doang?". Saya masih penasaran dengan tokoh Carl (satu-satunya cowok yang digambarkan sedemikian tampannya selain Archer). Masak sih dia kebagian jadi pengurus sekolah dan dokter sihir saja? Untungnya saya sudah punya lengkap serial Hex Hall ini sehingga tidak perlu waktu lama untuk menyimpan rasa penasaran.


8 comments on "#172 Hex Hall"
  1. Waktu baca seri pertama ini aku kecewa karena ceritanya dangkal..
    Tapi buku keduanya lumayan, ada si Cal.. keke.

    ReplyDelete
  2. Kikikikkk.. Aku ngerasa ini buku campuran Harry Potter dan Twilight, tapi versi singkatnya.

    ReplyDelete
  3. Buku ini ada di wishlist aku! :) Sudah ngincer sebulan terakhir ini.

    ReplyDelete
  4. Lagi nyari buku ke 4 nya ...
    Spin-Off, tau ndk ada di gram*dia mana ?
    Huhuhuhu

    ReplyDelete
  5. Setahu saya serial ini hanya 3 buku.

    ReplyDelete
  6. Jadi teringat dengan buku yang pernah kubaca akhir 2015 lalu. Kebetulan aku bacanya pinjam dari perpus Cikini. Penasaran pengen baca buku ke-2 dan ke-3

    ReplyDelete