~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#191 Gadis Kretek


Judul Buku : Gadis Kretek
Penulis : Ratih Kumala
Halaman : 284
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Tegar, Karim dan Lebas adalah tiga bersaudara anak dari saudagar pengusaha kretek ternama, Soeraja. Tegar sebagai anak tertua sejak kecil telah dididik untuk menggantikan posisi Romo-nya nanti. Berbeda dengan Lebas, si bungsu yang menyukai seni, tidaklah dipercaya untuk mengurusi perusahaan Romo-nya. Tetapi sewaktu Romo sakit keras dan menyebut-nyebut nama "Jeng Yah" (nama yang membuat ibu mereka marah karena cemburu), ketiganya bertekad untuk mencari Jeng Yah demi memenuhi permintaan terakhir Romo.

Awalnya hanya Lebas yang pergi untuk mencari Jeng Yah. Tetapi kemudian Tegar menyusul (sebenarnya karena dia tidak percaya pada adiknya yang dianggapnya selalu berulah). Tidak lama kemudian Karim pun menyusul. Di antara ketiganya, Karim lebih banyak mengetahui sejarah keluarga berkat kedekatannya dengan Mbah Djagad, eyang mereka. Siapa yang menyangka di balik kisah keluarga ini tersimpan politik dagang rokok kretek yang menyebabkan persaingan antara dua keluarga.

Pembaca kemudian dibawa ke dalam suatu kisah sejarah yang bukan hanya bercerita tentang usaha kretek rumahan, tetapi juga bagaimana rokok kretek ini membangun ekonomi masyarakat di Kota M. Adalah seorang pemuda bernama Idroes Moeria yang memulai usaha kretek-nya dengan membeli tembakau dari seorang saudagar. Dia mulai membuat klobot, kemudian berkembang menjadi klembak menyan, sampai ke bentuk rokok yang sekarang kita kenal. Diawali dengan hanya melinting sendiri (tingwe - linting dhewe) klobotnya dengan menggunakan kulit jagung, sampai membuat rokok beserta saus-nya dengan memakai kertas papier. Yang menarik adalah ketika Idroes mendapatkan pesaing yang tidak lain adalah sahabatnya dulu, Soedjagad. Ketika Idroes membuat klobot dan membungkusnya dengan kertas payung dan diberi merk dagang dengan tulisan tangannya, tidak lema kemudian muncullah klobot milik Soedjagad dengan kemasan serupa. Atau sewaktu Idroes membuat rokok dengan merk dagang "Merdeka", Soedjagad menirunya dengan membuat rokok "Proklamasi". Persaingan antara Idroes dan Soedjagad awalnya dipicu oleh kecintaan mereka pada seorang gadis, Roemaisa. Roemaisa yang memilih Idroes membuat hati Soedjagad menjadi panas. Bahkan ketika Idroes sempat ditahan oleh Jepang, Soedjagad mencoba mendekati Roemaisa yang dikiranya sudah menjadi janda. Untunglah Roemaisa tidak termakan rayuan Soedjagad. Karena ketika suaminya pulang, Roemaisa bisa menunjukkan kesetiannya.

Idroes dan Roemaisa pun mempunyai dua orang anak, sementara Soedjagad dan istrinya mempunyai lima orang anak. Dasiyah anak pertama Idroes ternyata menyimpan minat yang sama dengan ayahnya terhadap rokok kretek. Ketika Dasiyah mencoba membuat lintingan kretek sendiri, ternyata buatannya jauh lebih nikmat daripada semua kretek yang dihasilkan oleh ayahnya. Dasiyah pun dianggap sebagai titisan Roro Mendut, yang karena ludahnya membuat rokok kretek buatannya menjadi bercita rasa tinggi. Dasiyah dan Idroes kemudian mengeluarkan merk terbaru dari pabrik mereka yang diberi nama "Kretek Gadis".

Dasiyah bertemu dengan seorang pemuda yang rajin dan ulet bernama Soeraja. Atas permintaan Dasiyah, Soeraja tinggal dan bekerja di pabrik milik Idroes. Soeraja kemudian menjadi orang kepercayaan Dasiyah, sehingga Dasiyah mengajak Soeraja untuk membuat campuran saus untuk kretek mereka. Saus disini adalah tobacco flavour yang menjadi kunci cita rasa pada sebuah kretek. Dasiyah jatuh cinta pada Soeraja, tetapi Soeraja tidak mau meminang Dasiyah sebelum memiliki usahanya sendiri. Ketika PKI mau memberikan modal usaha bagi Soeraja, Soeraja pun memulai usahanya membuat Kretek Tjap Arit Merah. Malang bagi Soeraja, keterlibatannya dengan PKI justru membuatnya harus menghilang dan meninggalkan Dasiyah.

Buku setebal 284 halaman ini sangat padat, berbobot dan penuh dengan konflik. Walaupun demikian, saya banyak belajar khususnya tentang sejarah rokok kretek di Indonesia ketika membacanya. Seperti awal mula terciptanya rokok kretek yang diceritakan di dalam novel ini. Pada tahun 1880-an hiduplah seorang lelaki bernama Jamari. Suatu ketika Jamari mengalami sesak napas, dan dia mencari cara untuk memasukkan cengkeh ke dalam paru-parunya. Jamhari kemudian merajang cengkeh dan mencampurkannya dengan tembakau kemudian dilinting dengan klobot. Ketika api mulai menyulut dan menghabiskan lintingan itu, terdengar suara kretek-kretek akibat pembakaran cengkeh. Itulah asal mula rokok kretek. Kalau tidak membaca buku ini, mungkin saya tidak akan pernah tahu tentang sejarahnya.

Hal yang menarik lainnya adalah peran perempuan dalam politik dagang rokok kretek seperti diceritakan di dalam buku ini. Jika tidak ada Roemaisa, mungkin Idroes dan Soedjagad tidak akan berlomba-lomba menciptakan rokok kretek terbaik mereka. Jika tidak ada Dasiyah, tidak akan ada formula kretek yang mempunyai cita rasa tinggi. Mengutip endorsement dari Djenar Maesa Ayu pada buku ini,
"novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala menunjukkan kekuatan perempuan atas dunia yang dipikir hanya dikuasai oleh laki-laki; dalam hal ini dunia bisnis dan kretek itu sendiri"
 Seorang teman yang juga membaca buku ini mengatakan bahwa buku ini sangat Indonesia. Saya setuju. Sebuah karya sastra seharusnya tidak hanya menampilkan konflik semata tetapi juga mengangkat sejarah dan memasukkannya sebagai nafas dalam sebuah cerita. Membaca buku ini tidak lantas membuat saya ingin mencicipi sebatang rokok kretek, tetapi kalimat demi kalimat di dalamnya telah mampu membangkitkan imajinasi saya akan kenikmatan rokok kretek asli Indonesia. Tidak heran rokok kretek dari Indonesia menjadi terkenal di luar negeri.

Satu hal yang agak mengganggu dalam kisah ini adalah sebutan Kota M. Di saat kota lainnya dituliskan secara jelas (Kudus, Madiun, Magelang, Jogjakarta, Jakarta), Kota M tetap menjadi misteri sampai akhir cerita. Meskipun tertulis di dalam buku ini deskripsi tentang letak Kota M diantara Magelang dan Jogjakarta, hanya memiliki satu jalan utama, dan ada beberapa toko wajik terkenal di kota itu. Saya dengan yakin mengartikan Kota M itu sebagai kota Muntilan.

730180

Sayangnya, meskipun masuk sebagai nominasi Khatulistiwa Award 2012, novel ini tidak memenangkan ajang bergengsi itu. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat saya memberi bintang 5 untuk novel karya Ratih Kumala. Ini adalah novel pertama karya Ratih yang saya baca meskipun sebelumnya Ratih telah mengeluarkan banyak novel. Selain menulis novel, Ratih juga menulis skenario untuk televisi. Saat ini Ratih tinggal bersama suaminya (Eka Kurniawan) dan seorang putri. Dia bisa dijumpai berkicau ria di @ratihkumala.

5 stars
8 comments on "#191 Gadis Kretek"
  1. Jadi inget buku kronik jakartaku yang belum juga dibaca. Udah pernah baca yang Kronik Jakarta blum Mbak?

    ReplyDelete
  2. Aku suka banget cara bertutur Ratih Kumala, mengalir enak ceritanya.
    Dan citarasa kretek itu memang lekat di kisahnya ya?

    ReplyDelete
  3. Salah satu karya asli yang aq baca tahun lalu yang patut dapat acungan jempol. Ratih Kumala benar-benar mampu menangkap dan menyajikan kisah sejarah yang menarik, bakan secara pribadi aq lebih suka karya beliau dibandingkan para finalis KLA lainnya. sayang tidak menang, selera pembaca beda-beda. Jika ada sedikit kelemahan hanya topik seputar tiga bersaudara itu yang tidak perlu dibahas (menurutku) berkesan hanya sebagai 'tempelan' untuk menyambung rangkaian kisah.

    ReplyDelete
  4. Belum, mbak... Pengen baca juga :)

    ReplyDelete
  5. Ini buku lama masuk wishlist, haha.
    Aku tahu sih asal muasal kretek itu, tapi ga tahu kisah ttg Jumhari.
    Ini mba Ratih ngelakuin risetnya brp lama dan gimana yaaa~ hebat sekali

    ReplyDelete
  6. Yes, penasaran bgt sama buku ini. Yang mau jual, bisa kontak aku :)

    ReplyDelete
  7. masih ketimbun nih #dikeplakRatihKumala

    ReplyDelete
  8. Ahhh ini udah ada di wishlist sejak tahun lalu tapi belum tercapai :( penasaran banget dan topiknya sounds very interesting ya...

    ReplyDelete