~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#279 Impossible


Judul Buku : Impossible (Glam Girls Series)
Penulis : Nina Ardianti
Halaman : 294
Penerbit : Gagas Media

Anastasia atau biasa dipanggil Nasta, salah satu siswa Voltaire International School (VIS). Bisa masuk ke VIS karena orang tuanya yang kaya raya. Soalnya untuk masuk VIS hanya ada dua kategori, Ridiculously Rich atau Ridiculously Genious.  Meski Nasta termasuk kategori RR, namun otaknya juga tidaklah mengecewakan. Belum lagi prestasinya di klub sepakbola yang cemerlang.

Di VIS, sebagaimana layaknya gadis lainnya, Nasta juga punya sahabat. Mereka adalah Tiara dan Farrah. Bersama sahabatnya ini Nasta sering menghabiskan waktunya. Tapi suatu hari, orang tuanya memberikan ultimatum bahwa Nasta harus mengikuti berbagai les (ekonomi dasar dan persiapan TOEFL) di rumah sepulang sekolah. Kedua orang tuanya mendatangkan mentor khusus untuk masa depan Nasta. Bukan hanya itu, orang tuanya juga melarang Nasta untuk ikut klub sepakbola lagi.

Belum cukup itu masalah Nasta, dia mendapat surat kaleng di lokernya. Selama ini Nasta akrab dengan Kafka, asisten pelatih sepakbola. Bukan tanpa sebab, Kafka adalah sahabat kakaknya, Nanza. Nasta merasa Kafka hadir sebagai pengganti kakaknya yang kini berkuliah di Bandung. Nah, surat kaleng yang dia dapatkan adalah berisi foto-foto yang memperlihatkan kedekatan Nasta dan Kafka. Masalahnya, sebagai asisten pelatih sepakbola di VIS, Kafka terikat kontrak dimana salah satu klausulnya menyatakan tidak boleh ada hubungan antara staf, guru, atau tenaga kontrak di VIS dengan siswa. Kalau foto ini sampai beredar, bukan hanya Kafka yang dirugikan. Gosip dan sindiran yang bisa diterima di VIS itu setara dengan hukuman moral.

Okey... itu masalah Nasta. Dimana kisah romantisnya? Sebagai gadis dengan penampilan menarik, tentu saja Nasta sering didekati oleh cowok-cowok di sekolahnya. Sebut saja Dico yang songong dan menyebalkan, lalu ada Akira teman di klub sepakbola (Nasta sempat naksir Akira). Tapi yang menarik perhatian adalah cowok yang dijumpai Nasta di halte bus, bernama Aldrian. Dia bukan siswa di VIS, melainkan siswa SMA Harapan Bangsa. Bersama Al, Nasta mengalami pengalaman baru. Termasuk naik metromini dan motor gede. Sayangnya kisah mereka bukan topik pokok dalam novel ini.

Ada beberapa hal yang mengganjal di benak saya selama membaca novel ini (yang bisa selesai dalam hitungan waktu 3 jam saja). Kalau baca blurb-nya di sampul belakang buku, saya mengira Nasta itu cewek yang tidak memilih kecantikan dan kepintaran, tapi gadis snob yang ingin ditakuti dan menjadi pusat perhatian. Nyatanya Nasta cantik dan pintar,tapi tidak mau menjadi pusat perhatian. Saat teman-temannya sibuk dengan fashion dan party, Nasta malah ingin fokus pada passion-nya di sepakbola. Jika ada waktu luang, dia malah ingin menghabiskannya dengan tidur di rumah. Hal yang mengganjal lainnya adalah desakan orang tua Nasta agar Nasta mengikuti les persiapan TOEFL. Haloo... sekolah internasional macam VIS masih perlu ikut persiapan TOEFL? Ini bapaknya beneran parno anaknya nggak bisa TOEFL atau lupa kalau anaknya disekolahkan di sekolah internasional. Setahu saya sih sekolah internasional itu belajarnya ya pake Bahasa Inggris sebagai pengantar. Kalo hanya TOEFL ya ga perlu dirisaukan dong ya...

Ada satu adegan juga, dimana Nasta bersembunyi di perpustakaan karena tidak mau ikut pelajaran di kelas. Di hal. 60 disebutkan Nasta meringkuk di sofa merah. Nggak diceritakan dia pindah kapan, tiba-tiba di hal. 66 dia sudah nyandar di sofa putih. Trus ada lagi, mentor les ekonomi dasar yang bernama Rahmi, malah mengajarkan trigonometri pada Nasta di pertemuan les berikutnya. Entah trigonometri masuk dalam pelajaran ekonomi di VIS, atau memang Rahmi ini mentor serba bisa.

Saya baru kali ini mencoba membaca Glam Girls Series, yang sebelumnya tidak pernah saya lirik sama sekali. Ini juga karena dapat pinjaman dari Sulis. Ternyata buku yang saya baca ini adalah buku terakhir dari serial Glam Girls. Serial ini mirip dengan Metropop-nya Gramedia, bertabur brand-brand ternama dan gaya hidup mewah. Bukan jenis novel favorit saya, tapi membaca yang seperti ini itu guilty pleasure bagi saya :)

3 stars
2 comments on "#279 Impossible"
  1. Aku males baca ini karena si Nasta sepertinya miriiippp banget sama Adrianna di buku Glam Girls karangan Nina Ardianti juga (yang trilogi Glam Girls-Reputation-Unbelievable): sama-sama pinter, sama-sama jago main bola, dan sama-sama pernah disangka deket sama coach bola yang ternyata temen abangnya (cuma si Ad sama Coach Rifki). Eh tapi yang tiga buku aku sebut itu lumayan lho.. Iya buat guilty pleasure gitu. Dan karena sekarang aku kerja di lembaga pendidikan yang punya international school juga, aku jadi tau murid2 international school emang hedon2 banget mbak! Kalo aku kesana, malu cuma nenteng BB keluaran lama sementara mereka makenya produk Apple keluaran baru semua. Bener-bener deh yang namanya kesenjangan sosial..

    ReplyDelete
  2. baca reviewnya bener kata Nana, nggak sabar posting review seri ini :D

    ReplyDelete