~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#329 Me Before You


Judul Buku : Me Before You (Sebelum Mengenalmu)
Penulis : Jojo Moyes
Halaman : 656
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Seorang teman pernah menuliskan pendapatnya tentang buku ini, "bagi yang ga nangis, uang kembali!". Syukurlah saya mendapatkan buku ini secara gratis, jadi kalau ga nangis ya ga rugi :D Dan... ternyata saya salah. Di sela-sela ngasuh anak sambil baca buku ini, saya berusaha menahan air mata yang mau menetes.


Louisa Clark, seorang gadis berusia 26 tahun, adalah tumpuan harapan keluarganya yang terdiri dari ayahnya, ibunya, adiknya Treen, keponakannya Thomas, dan kakeknya. Penghasilannya sebagai pelayan kafe sangat membantu ekonomi keluarga, di saat ayahnya hampir "dirumahkan" oleh perusahaan furniture tempatnya bekerja. Namun, ternyata kafe tempat Lou bekerja akan ditutup. Ini berarti satu rumah tangga terancam. Lou harus segera mencari pekerjaan baru. Satu-satunya lowongan yang memungkinkan untuknya adalah menjadi asisten perawat untuk anak keluarga kaya di kota itu selama enam bulan.

Will Traynor, 35 tahun, menghadapi masa-masa tersulit di hidupnya. Dua tahun yang lalu dia mengalami kecelakaan yang menyebabkannya menjadi seorang quadriplegia C5/6 dengan kemampuan gerak terbatas, sama sekali tidak bisa menggunakan kedua kaki dan sedikit sekali bisa menggunakan lengan dan tangan sehingga sangat tergantung pada orang lain. Sebelumnya, Will adalah pria yang sangat aktif, seorang petualang yang menjelajahi dunia untuk menantang dirinya sendiri. Kondisinya saat ini membuatnya putus asa, setelah dia tahu tidak ada lagi jaminan kesembuhan untuknya. Dia memiliki perawat khusus yang membantu fisioterapinya bernama Nathan. Tapi keluarganya merasa perlu mempekerjakan seorang perawat lagi untuk membantu Will. Lou terpilih untuk itu, meski Lou sendiri sangat tidak yakin dengan kemampuannya merawat orang sakit.

Lou dengan pemikirannya yang sederhana dan selalu tampil unik bertemu dengan Will yang sinis dan pesimis. Masa-masa awal kerjanya membuat Lou hampir putus asa menghadapi Will. Namun seiring berlalunya hari dan banyaknya interaksi di antara mereka, Will mulai membuka diri. Lou membawa keceriaan bagi Will, dan itu disadari oleh keluarga Traynor. Hingga suatu waktu, Lou mengetahui rencana Will untuk mengakhiri hidupnya di sebuah tempat bernama Dignitas di Swiss. Sebenarnya Will sudah pernah mencoba bunuh diri namun berhasil diselamatkan. Enam bulan adalah waktu yang tersisa sebelum Will menjalani eksekusi yang menjadi pilihannya. Enam bulan adalah waktu yang diharapkan oleh Camillia Traynor untuk bisa mengubah pikiran Will lewat Lou.

Lou mulai merancang berbagai kegiatan, acara, apapun itu untuk bisa mengubah pikiran Will tentang mengakhiri hidupnya. Lou mencari banyak informasi, termasuk bergabung dalam komunitas penderita quadriplegia di dunia maya. Awalnya Will menolak namun akhirnya dia bisa menikmati menghabiskan waktu bersama Lou. Akankah Lou berhasil membatalkan rencana Will?

Diceritakan dari sudut pandang Lou, novel ini terasa sangat padat konflik. Jika ada novel yang mengangkat tentang tokoh yang mengalami penyakit tertentu (khususnya yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain atau berujung pada kematian dini) pastinya ada konflik keluarga yang terlibat dalamnya. Di novel ini bukan saja keluarga Traynor yang terkena dampak dari penyakit yang dialami Will, namun juga tidak langsung terjadi pada keluarga Clark. Ketika Lou diterima sebagai asisten perawat dengan gaji yang besar, ekonomi keluarga Clark ikut terbantu. Apalagi Treen memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya yang tertunda. Dan sewaktu Lou hampir berhenti dari pekerjaannya, dia tentu harus memikirkan keluarganya yang sangat bergantung padanya. Keluarga Traynor sendiri seperti batu bata yang meski terlihat kuat dan tegar, namun sebenarnya rapuh.

Konflik utama tentu saja adalah keputusan Will mengakhiri hidupnya. Kondisi yang dianggap tidak lazim di masyarakat, yang seakan-akan bisa membuat keluarga yang "membiarkan" hal itu terjadi seperti ikut membunuh anggota keluarga sendiri. Will merasa dia memiliki hak untuk mati. Bahkan itulah satu-satunya hal yang bisa dikendalikan olehnya saat ini. Di saat semua orang di sekelilingnya merasa tahu apa yang harus dilakukan, Will yakin apa yang dia butuhkan.
Dan hidup sebagai penderita quadriplegia bukan sekadar persoalan mesti duduk di kursi roda -melainkan pertempuran yang tak ada habisnya melawan rasa sakit dan infeksi, belum lagi berbagai tantangan psikologisnya.
 Baru saja saya mengalami masa dimana saya harus bedrest total selama hampir satu bulan. Hari-hari saya tergantung pada perawat, suami, atau mama yang berada di dekat saya untuk melakukan beberapa aktivitas penting seperti makan dan buang air. Saya juga pernah menyaksikan nenek saya yang selama satu tahun lebih hanya berbaring di tempat tidur dalam kondisi tidak berdaya dan sangat tergantung pada perawatan yang dilakukan oleh mama saya. Setidaknya saya bisa memahami walaupun sedikit saja apa yang ada di pikiran Will, ketika vonis tidak ada kesembuhan dijatuhkan padanya. Tapi di sisi lain, saya akan berdiri di pihak Lou ketika menghadapi orang yang saya cintai kehilangan semangat untuk hidup.

Itulah kenapa saya menangis saat membaca novel ini. Interaksi antara Will dan Lou dalam rentang waktu enam bulan membuat pemahaman baru untuk kata romantis. Saya teringat August dan Hazel di TFIOS ketika membaca buku ini. Romantis miris (meminjam istilah dari Sulis Peri Hutan) adalah hal yang dialami kedua pasangan ini.

4 stars



4 comments on "#329 Me Before You"
  1. *uhuk* Aku juga pengen baca.
    *lirik jumlah halaman* pasti harganya mahal.
    *kemudian nunggu pinjaman*

    ReplyDelete
  2. buku ini entah kenapa aku kurang suka hehe, agak sebel sama Lou sebenernya... tapi tema tentang Dignitas itu sebenernya menarik banget ya...lebih menarik daripada romensnya XD

    ReplyDelete
  3. Udh ada di timbunan buku sejak kapan taau nih bukunyaa.. masih rapi tersegel pulaa...
    Kepengen baca tapi tuebeelnyaa....
    *teteppenasaran

    ReplyDelete