~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#399 Tess of The D'Urbervilles


Judul Buku : Tess D’Urbervilles
Penulis : Thomas Hardy
Halaman : 301 (ebook)
The Project Gutenberg eBook



Di penghujung tahun ini, saya memberanikan diri untuk mengikuti sebuah tantangan membaca yang diadakan oleh Bacaan B.Zee. Pemilik blog itu akan memilihkan satu buku yang “out of my comfort zone” untuk dibaca dan direview. Dan saya kebagian buku klasik yang berjudul Tess D’Urbervilles (disertai keterangan biar tahu kenapa Ana di FSOG suka sama buku ini). Baiklah… prepare yourself. This is gonna be a long review :) 

Tess D’Urbervilles merupakan kisah pengalaman hidup seorang gadis miskin bernama sama di sebuah pedesaan di Inggris. Jack Durbeyfield (ayah Tess) mengetahui bahwa dirinya adalah keturunan keluarga kstaria dengan marga D’Urbervilles. Istrinya, Joan Durbeyfield, kemudian mempunyai inisiatif untuk mengutus Tess sebagai anak tertua untuk menemui kerabat mereka Mrs. D’Urbervilles di Trantridge, untuk mengklaim hubungan kekerabatan itu, dan jika memungkinkan Tess bisa mendapatkan suami yang kaya supaya keluarga mereka tidak lagi hidup dalam kemiskinan.

Dengan berat hati, Tess memenuhi permintaan ibunya. Itupun karena dia merasa bersalah telah menyebabkan kematan Prince, kuda milik keluarga mereka satu-satunya yang biasa digunakan untuk membantu mereka mencari nafkah. Tess pun berjumpa dengan Alec D’Urbervilles dan menyampaikan maksud kedatangannya. Alec ternyata jatuh hati pada Tess, tapi Tess sendiri tidak punya perasaan apa-apa untuk Alec. Meski demikian, Tess menaruh hormat pada Alec yang memberikan kuda pengganti Prince kepada ayahnya dan mainan-mainan untuk adik-adiknya. Hingga di suatu kesempatan, Tess menjadi korban rayuan (victim of seduction) Alec. Alec kemudian pergi meninggalkan Tess dan Tess kembali pulang kepada keluarganya. Dia menjumpai dirinya hamil dan melahirkan seorang anak. Tapi sayang, anaknya sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Kematian anaknya membawa perubahan bagi kepribadian Tess seiring dengan pertambahan usianya. Sekali lagi dia pergi meninggalkan keluarganya untuk bekerja di Talbothays Dairy, sebuah peternakan milik Mr. Cricks. Di sana dia berjumpa dengan Angel Clare, seorang pemuda yang sedang belajar mengenai peternakan di Talbothays Dairy. Long story short Tess dan Angel jatuh cinta. Angel ingin menikahi Tess, tapi Tess menolak dengan alasan dia tidak pantas untuk menikah. Cukup lama Angel meminta persetujuan Tess, hingga akhirnya Tess setuju untuk menikah dengannya. Angel kemudian pergi menemui keluarganya dan menjumpai dia ternyata akan dijodohkan dengan gadis lain. Tapi Angel yang sudah sejak awal selalu mempertahankan pendapatnya (dia pernah menolak kehendak ayahnya yang menginginkan Angel menjadi pendeta seperti dirinya) berargumentasi  bahwa jika dia akan membuka sebuah peternakan, yang dia butuhkan adalah seorang istri yang cakap mengelola peternakan. Di mata Angel, Tess memenuhi syarat itu.

Sebelum menikah, Tess ingin menceritakan masa lalunya pada Angel. Tetapi Angel selalu berkelit. Joan Durbeyfield juga melarang anaknya untuk membuka aib masa lalunya. Tess yang menginginkan kejujuran dalam pernikahannya mencoba menuliskan pengakuannya dalam sebuah surat. Sayangnya surat itu tidak terbaca oleh Angel. Di malam pertama mereka, Angel bercerita pada Tess bahwa dia dahulu memiliki affair dengan seorang wanita, dan meminta Tess memafkan perbuatannya itu. Tess memaafkan Angel dan berharap Angel juga mau memaafkan dirinya saat dia menceritakan kisahnya.   Sayangnya harapan Tess tidak terwujud. Angel kecewa dan meski dia memaafkan Tess, dia tidak bisa mencintai Tess sebagai orang yang sama lagi. Angel menghindari Tess berhari-hari, hingga akhirnya Tess merasa putus asa dan mengusulkan pada Angel agar mereka berpisah untuk sementara. Angel menerima usulan itu dan meninggalkan Tess untuk pergi ke Brazil dan membuka usahanya di sana.

Sampai di sini saya benar-benar dibuat gemas dengan gambaran kehidupan Tess yang tragis. Bagian paling sedih adalah ketika Tess memohon kepada Angel untuk memaafkannya dan mencintainya lagi. Di lubuk hati Angel sebenarnya dia masih mencintai Tess, tapi dia merasa tidak berhak menjadikan Tess sebagai istrinya jika pria yang pernah mengambil kehormatannya masih hidup. Dia pun tidak mau menceraikan Tess karena hal itu akan menjadi aib baginya dan keluarganya. Tess sendiri bahkan berniat hendak bunuh diri karena tidak dicintai lagi oleh kekasih hatinya.

She had been made to break an accepted social law, but no law known to the environment in which she fancied herself such an anomaly

 Kehidupan Tess memang tragis. Sebagai perempuan dia dituntut oleh kondisi sosial untuk selalu menjaga kesuciannya sebagai simbol kehormatan. Sementara pria bisa membuat affair dengan wanita. Tess adalah gambaran wanita yang secara sosial selalu mengalami penolakan. Hamil dan mempunyai anak di luar nikah sudah menjadi aib tersendiri bagi seorang perempuan di masa itu. Ketika akhirnya Tess menikah, dia justru ditinggalkan oleh suaminya dan harus terus berjuang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya sambil menantikan suaminya kembali. Di suatu waktu nasib mempertemukannya kembali dengan Alec (yang ternyata menjadi pengkhotbah keliling di bawah bimbingan James Clare, ayahnya Angel Clare) dan mempercayai bahwa Angel tidak akan pulang untuknya. Meski cintanya hanya untuk Angel, Tess memilih untuk menjadi mistress-nya Alec.

Bukan hanya Tess yang mengalami perubahan karakter dalam buku ini. Sebagai tokoh pria utama, Alec dan Angel juga mengalami perubahan karakter. Alec di awal cerita digambarkan sebagai seorang villain. Salah seorang wanita yang pernah menjadi kekasih Alec bahkan hampir saja mencelakakan Tess. Alec meninggalkan Tess dan ada kesan tidak bertanggung jawab atas nasib Tess. Namun kemudian Alec mengalami perubahan karakter (kemungkinan didasari karena dia kemudian menjadi pengkhotbah) dan mau mempertanggung jawabkan perbuatannya di masa lalu. Sementara itu, Angel yang awalnya digambarkan sebagai orang yang memiliki pandangan liberal, selalu mempertahankan pendapatnya menjadi orang yang berbeda ketika mengalami kekecewaan. Dia tidak lagi bisa mempertahankan rasa cintanya. Di mata saya, Angel adalah seorang pecundang saat itu. Tapi ya Alec juga ngeselin sih :)

Novel ini terbagi dalam 7 bagian. Bagian pertama berjudul The Maiden mengisahkan tentang Tess pada saat masih gadis dan ketika dia berjumpa dengan Angel. Bagian kedua Maiden No More berisi tentang kondisi Tess saat hamil dan mempunyai anak. Bagian ketiga The Rally lebih banyak bercerita tentang pertemuan Tess dan Angel. Bagian keempat The Consequence masih berkisah tentang Tess dan Angel tetapi lebih fokus pada pernikahan mereka. Bagian kelima adalah The Woman Pays berisi kisah Tess setelah membuat pengakuan pada Angel. Masih ada kelanjutan kisah antara Tess-Alec-Angel di bagian keenam The Convert dan bagian ketujuh The Fulfilment, tapi saya tidak akan membahasnya di sini. Meski buku ini bisa didapatkan secara bebas (saya mengunduhnya dari website The Project Gutenberg), tapi kalau saya membahas semua isinya sama saja dengan spoiler. Hehe….

Pengalaman membaca buku diluar zona nyaman saya menjadi pengalaman menarik. Saya sampai stress berusaha memahami jalan ceritanya. Apalagi novel ini ditulis dalam bahasa Inggris klasik yang penuh kiasan. Misalnya, kejadian saat Tess kehilangan kegadisannya, digambarkan dengan kalimat “indah” seperti ini:

Why it was that upon this beautiful feminine tissue, sensitive as gossamer, and practically blank as snow as yet, there should have been traced such a coarse pattern as it was doomed to receive.

Beberapa orang menganggap peristiwa tu sebagai perkosaan, namun ada juga yang melihatnya “hanya” sebagai sebuah rayuan . Penulis sepertinya sengaja membuat pembaca mengembangkan imajinasinya sendiri. Hal yang sama sering saya jumpai ketika penulis menggambarkan  detail tentang kondisi masyarakat pada masa itu yang tercantum di dalam novel. Ini yang kadang alih-alih membuat saya bisa paham sama kejadiannya, saya malah semakin bingung (Duh…maafkan otak lemah saya ini).  Tapi novel ini menarik. Setahu saya novel ini belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia, dan saya berharap ada penerbit yang mau menerjemahkannya (Mbabz mungkin mau jadi penerjemahnya?) Saya pasti akan membaca ulang novel ini kalau sudah diterjemahkan.

Dan ohya, menjawab pertanyaan B.Zee kenapa buku ini disukai oleh Ana? Well.. Ana kebetulan saja sedang mengerjakan tugas untuk menulis essay tentang novel ini (konon katanya Thomas Hardy adalah penulis favoritnya), dan dia tiba-tiba mendapatkan edisi pertama novel ini dari Mr. Grey. Kayaknya sih Ana suka sama harga bukunya saja, buktinya dia menyebut Tess sebagai “that woman was in the wrong place at the wrong time in the wrong century”. Tapi kemudian Ana merasa dirinya seperti Tess yang harus menghadapi pria kaya yang suka dengan banyak wanita seperti Alec D’Urbervilles (Ana lebih memilih Alec daripada Angel). Apalagi Grey suka pakai quote dari novel ini dalam surat-suratnya untuk Ana.

Ish… ini kok jadi bahas Ana sih… By the bye, pemahaman saya terhadap novel ini sangat sederhana. Membaca novel klasik memang lebih bagus kalau ada temannya, jadi bisa berdiskusi. Mungkin BBI nanti bisa mengadakan baca bareng satu judul buku klasik tertentu dan dibahas bersama-sama dalam sebuah diskusi/forum. Mengenai Tess D’Urbervilles kalian punya pendapat? Please share with me.

3 stars
10 comments on "#399 Tess of The D'Urbervilles"
  1. Kayaknya sih Ana suka sama harga bukunya saja

    ini maksudnya Ana matre ya? XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ana matre? Atau gmna? Tapi udh baca full novelnya gk kok

      Delete
  2. Ish, kirain Ana itu nama tokohnya, ternyata... xD

    ReplyDelete
  3. Huahaha...dibaca reviewnya, Dan :))))

    ReplyDelete
  4. udah sih, Mbak, makanya aku langsung ngakak pas tau nama tokohnya bukan Ana xD

    ReplyDelete
  5. […] Review pertama yang saya terima adalah dari mbak Desty, pada 12 Desember 2015. Yes, mbak Desty adalah salah satu member BBI yang kecepatan membacanya jangan dipertanyakan. Selain ahli membaca cepat, mbak Desty juga seringkali membuat review segera setelah selesai membaca bukunya, tidak seperti saya yang review pun ditimbun, sampai kadang-kadang beberapa bulan kemudian baru terbit, atau malah tidak terbit sama sekali saking sudah lupa, hahaha. Karena saya tahu kemampuan mbak Desty yang mengagumkan ini, maka saya memilihkan buku klasik yang agak tebal untuk beliau. Dan inilah kesan-kesannya setelah membaca buku yang pernah urung dibacanya: Review Tess of the D’Urbervilles di Desty Baca Buku. […]

    ReplyDelete
  6. Hallo mo ikut gabung ach... Duch kok dri Tess Lari ke ana sich.. .ehm Klo menurut ku jln cerita fsog agak mirip sma Tess Mungkin penulis nya dpt insp dri novel Tess Yachh. .. Jadi penasaran bgt pengen baca novel Tess d'urberville.. Dn jujur aku blog kakak krna penasaran Knpa Anna suka novel Tess d'urberville. ..

    ReplyDelete
  7. Trims reviewnya, saya nyasar ke sini dan neli novelnya jg karena Anna...hihihi :)

    ReplyDelete
  8. Mau nanya kak, dmn bisa nemu buku2 novel romantis kyk ini, yg udah diterjemahkan dlm b.indo? Kyk thomas hardy maupun jane auston. Makasi

    ReplyDelete
  9. Di toko buku banyak sih... atau bisa cari di toko buku online. Penerbit KPG barusan menerbitkan serial novel klasik. Gramedia jg ada, Mizan juga ada. Bisa dilihat di website penerbitnya ya

    ReplyDelete