~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#614 Efek Jera


Dio, seorang remaja berumur 19 tahun. Sehari-hari dia menyambung hidup dengan menjual DVD bajakan di dekat kampus ternama di Jakarta. Dio tamatan SMA, dan memilih meninggalkan rumah setelah ayahnya ditangkap karena kasus korupsi. Kini, Dio berhadapan dengan salah seorang pria dari masa lalunya yang mengajaknya beralih profesi.

Om Jon, demikian Dio memanggilnya. Dulu Om Jon adalah tetangga di depan rumah Dio yang mengajarinya membaca, mengaji dan sedikit bela diri. Namun kemudian Om Jon yang adalah seorang tentara ditugaskan ke luar negeri. Om Jon mengajak Dion untuk bergabung dalam bisnis start-up yang sedang dirintisnya. Om Jon membutuhkan pemuda untuk bertugas di lapangan, dan Om Jon yakin Dio bisa melaksanakan tugas itu. Setelah melalui pelatihan singkat di Cisarua, Dio diutus untuk tugas perdananya. 

Dio diminta ke Semarang untuk menyelidiki sebuah kasus yang melibatkan kematian seorang pilot muda dari Penida Airways bernama Angga Hudaya. Angga ditemukan tergantung di kamar kostnya. Menurut pemberitaan di media, Angga bunuh diri karena masalah pribadi. Tapi Om Jon dan rekannya, Pak Makarim tidak percaya itu. Ada kejanggalan dari kasus ini. Terutama setelah beberapa pilot yang pernah bekerja di Penida Airways mengungkapkan pelanggaran terkait hak-hak tenaga kerja di Penida Airways. Dio harus mengumpulkan informasi dan bukti-bukti yang berhubungan dengan pelanggaran tersebut. 

Efek Jera adalah novel ketiga Tsugaeda setelah Rencana Besar dan Sudut Mati. Ada rentang waktu yang cukup lama dari novel kedua hingga terbitnya novel ketiga ini. Selain itu, novel ketiga ini diterbitkan oleh penerbit yang berbeda dengan dua novel sebelumnya. Masih mendukung tema misteri dan investigasi, Efek Jera juga menghadirkan tokoh Makarim Ghanim, seorang ekonom yang tertarik memecahkan permasalahan ala detektif. Dio, tokoh utama dalam novel ini disebut sebagai asisten Makarim, meski yang menjadi tentor Dio sesungguhnya adalah Sarjono atau Om Jon. 

Penida Airways di dalam novel ini mengingatkan saya pada dua maskapai penerbangan di Indonesia. Penida Airways menerapkan konsep penerbangan bertarif rendah (Low Cost Carrier) yang menyebabkan Penida Airways banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Sayangnya, pelayanan dan manajemen Penida Airways sangat mengecewakan. Sering terlambat plus angka kecelakaan yang tinggi. Di kepala saya yang terbayang adalah maskapai berlogo singa itu. Tetapi persoalan ketenaga kerjaan di Penida Airways mengingatkan saya pada maskapai berlogo burung biru yang kasusnya sempat booming di twitter. Sayangnya, wabah Corona membuat kasus itu seperti terlupakan. 

Nuansa misteri pada novel Efek Jera ini tidak sekuat dua novel sebelumnya. Tapi investigasinya lumayan. Hanya saja saya sulit membayangkan Dio dengan segala kemampuan dan kalimat-kalimat yang dia ucapkan adalah seorang pemuda belasan tahun. Meski kasus yang harus diselidiki Dio ini masih dalam tahapan ujicoba buatnya, tapi hampir membuat nyawa Dio melayang. Sepertinya Om Jon memang menaruh harapan sangat besar untuk Dio.

Hal kedua yang cukup mengganggu adalah tentang kematian Angga. Pada bab 10, ketika Dio datang mengunjungi kos tempat tinggal Angga, disebutkan bahwa mayat Angga baru ditemukan setelah dua hari sejak kematiannya. Itupun karena aroma busuk yang membuat penjaga kos curiga. Namun dalam jurnal milik seorang wartawati yang meliput kematian Angga disebutkan bahwa sehari sebelum kematiannya, Angga masih sempat janjian dengan wartawati tersebut untuk bertemu di sebuah kafe. 

Terlepas dari itu, novel ini memberikan penyegaran pada novel misteri di Indonesia. Saya mengapresiasi riset yang dilakukan penulis sehingga bisa meramu permasalahan aktual yang terjadi di Indonesia menjadi novel yang menarik dan page turner.. Saya pasti menantikan aksi Makarim selanjutnya.

Efek Jera
Tsugaeda
344 halaman
One Peach Media
Maret, 2020






1 comment on "#614 Efek Jera"
  1. Baca nama penulis kupikir ini novel terjemahan. Rupanya novel Indonesia.

    ReplyDelete