~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#654 Laila Tak Pulang

 


Gus kehilangan adiknya Laila. Dia meminta bantuan Rendra temannya yang juga anggota reserse untuk mencari adiknya. Setelah beberapa bulan, kasus Laila tidak ada titik terangnya, hingga akhirnya dinyatakan Laila pergi atas kemauan sendiri. Gus hampir putus asa, hingga nyaris bunuh diri. Namun seorang pelayan menyebutkan bahwa dia pernah bertemu dengan Laila, sehingga Gus mengurungkan niatnya.

Enam bulan berlalu, Gus bertemu dengan seorang wanita bernama Puspa. Dia dosen komunikasi tempat Gus dipanggil untuk mengisi sebuah acara sebagai pembaca kartu tarot. Pertemuannya dengan Puspa membawa babak baru dalam kehidupan Gus. Gus masih mencari Laila, setidaknya Puspa bisa mendengarkan keluh kesahnya.

Selain Rendra, Gus juga memiliki sahabat bernama Baron. Anak orang kaya yang gemar bergonta-ganti perempuan. Gus berutang budi pada Baron, karena ada masa dalam hidupnya dimana dia bergantung pada uang Baron.

Seperti karya sebelumnya (Kelab dalam Swalayan), novel ini juga mengusung psikologis thriller. Pembaca disajikan dengan rangkaian pembunuhan sadis yang selalu disertai dengan kartu tarot. Sebagai pembaca kartu tarot, Gus dimintai tolong oleh Rendra untuk membantunya menganalisis kasus-kasus pembunuhan. Namun pikiran Gus terbagi dengan kasus hilangnya adiknya yang belum menghasilkan apa-apa. Belum lagi trauma masa lalu yang selalu menghantui Gus.

Novel ini menyertakan isu politis, feminis, serta perilaku patriarki di dalam masyarakat. Alur ceritanya rapi, pembaca diajak menyelami kasus per kasus, sambil tetap menantikan kabar Laila. Saya sendiri dibuat bertanya-tanya apa hubungan Laila dengan semua kasus ini. Hingga di penghujung cerita, terpaparlah siapa Laila sesungguhnya. Apik.

Laila Tak Pulang
Abi Ardianda
272 halaman
Penerbit Baca
Oktober, 2023


#653 Serenada




Disclaimer : Berhubung novel ini adalah sekuel dari Notasi, jadi sangat disarankan membaca novel Notasi terlebih dahulu. Karena dalam novel ini sebagian (atau mungkin seluruh) pertanyaan tentang Nino akan terjawab.

Pada novel Notasi (bagi yang pernah membacanya), pembaca sudah tahu kalau Nino dan Nalia terpisah akibat kerusuhan 1998 di Yogyakarta. Nino memukuli salah satu tentara, dan dia "diamankan" oleh keluarganya. Nino berjanji kepada Nalia akan kembali. Surat-surat tanpa alamat yang dikirimkan oleh Nino kepada Nalia malah membuat Nalia semakin nelangsa. Tapi, sampai akhir kisah di Notasi, mereka tidak kembali bersama. Apakah di novel Serenada ceritanya berubah? Tentu tidak!

Pasca dijemput paksa oleh orang-orang suruhan ayahnya, Nino diamankan oleh keluarganya dan dikirim ke Amerika Serikat. Sebelumnya Nino sempat dicekoki narkoba, diisukan bermain perempuan, dan tentu saja tukang demo. Kondisi yang membuatnya akhirnya tidak bisa melawan terhadap orangtuanya. Setelah beberapa bulan di California, Nino pindah ke New York dan bertemu dengan seorang mahasiswa NYU asal Indonesia di sana. Tsar, nama mahasiswa itu yang kemudian menampung Nino di apartemennya. Nino belum bisa melupakan kawan-kawannya dan perjuangan mereka di Yogyakarta, terutama Nalia. Dia bahkan mengirimkan kartu pos kepada Nalia untuk menyatakan kerinduannya. Dia menuliskan alamat Tsar di kartu pos itu, dengan harapan Nalia akan membalasnya. Lama dia menantikan balasan yang tidak kunjung datang.

Sepanjang masa penantiannya, Nino tetap berusaha mencari tahu dan menghudupkan kembali kenangannya. Dia mencari cara bertahan hidup agar bisa kembali pulang ke Indonesia. Termasuk bermain tinju agar mendapatkan uang. Nino tidak lupa mencari tahu seperti apa perjuangan dan kondisi di Indonesia. Dia bahkan bertemu dengan salah satu Profesor cendekiawan asal Indonesia yang masih memiliki lingkaran pertemanan dengan pelaku politik di Indonesia. Ada beberapa kisah yang dia dengar, yang membuatnya kembali bertanya, apakah dia memang hanya mengetahui separuh kebenaran saja.

Kisah pasca reformasi 1998 yang dituturkan lewat perjalanan hidup Nino di US ini menjadi satu poin penting dari novel Serenada. Bagaimana seorang mahasiswa seperti Nino mendapatkan fakta bahwa perjuangannya dan rekan-rekan mahasiswa telah ditunggangi oleh pelaku politik yang ingin menggulingkan Suharto. Nino bahkan hampir putus asa, karena mengetahui dirinya hanyalah salah satu alat saja. Dan perasaan itu mencapai puncaknya saat dia mendapati bahwa dirinya tetap berada dalam pengawasan meski dia sudah berada di negara yang menjunjung kebebasan individual. Tidak heran jika surat Nino yang sampai ke Nalia tanpa alamat, sedangkan kartu pos yang dikirimkan Nino ke Nalia pun tak berbalas.

Saya berusaha memaklumi cetakan pertama dengan typo yang bertebaran, seperti halnya saat membaca Notasi cetakan pertama dulu. Tapi entah mengapa bagi saya, Serenada ini tidak seistimewa Notasi.


Serenada 
Morra Quatro
238 halaman
Gagas Media
Mei, 2024


#652 Mel, Melatiku

 


Amel adalah seorang atlet renang. Sejak kecil orang tuanya sudah mempersiapkan Amel agar bisa menjadi atlet, terutama Bundanya yang cukup ketat dalam mengatur jadwal latihan dan keseharian Amel. Amel sebenarnya menerima semua kondisinya itu, tapi ada kalanya dia merasa lelah dan bosan. Ketika Axel mendekati Amel, Amel mulai membuka diri. Bukan pertama kali sebenarnya Amel memiliki hubungan dekat dengan lelaki. Tantri, sahabat Amel tidak menyukai Axel. Karena menurut Tantri Axel bukan cowok baik-baik. Axel memang sering bolos, tapi Amel menganggap hal itu biasa saja.

Semakin hari Amel mulai menyadari hubungannya dengan Axel tidak mengarah ke hal yang baik. Amel memutuskan Axel. Ketika Amel mulai fokus dalam mempersiapkan diri menjelang PON, dia dikejutkan dengan beredarnya foto tak senonoh dirinya. Akibatnya sungguh fatal. Amel dikeluarkan dari sekolah dan juga tim PON. Amel menjadi depresi dengan segala pemberitaan tentang dirinya.

Tema kekerasan dalam berpacaran mungkin bukan hal baru di dunia novel remaja. Namun saya menyukai tokoh Amel di dalam novel ini. Dia jatuh, terpuruk, dan berusaha untuk bangkit. Selain itu konflik keluarga juga mewarnai kehidupan Amel. Memiliki bunda yang sangat menaruh harapan tinggi pada anak-anaknya menambah "kekacauan" dalam hidup Amel. Kehadiran Ega dan Serena dalam usaha Amel memulihkan jalan hidupnya digambarkan dengan baik. Meski ending-nya seperti dipercepat, namun saya suka dengan akhir yang ditawarkan penulis.

Mel, Melatiku
Ken Terate
384 halaman
Gramedia Pustaka Utama
February, 2024