Gus kehilangan adiknya Laila. Dia meminta bantuan Rendra temannya yang juga anggota reserse untuk mencari adiknya. Setelah beberapa bulan, kasus Laila tidak ada titik terangnya, hingga akhirnya dinyatakan Laila pergi atas kemauan sendiri. Gus hampir putus asa, hingga nyaris bunuh diri. Namun seorang pelayan menyebutkan bahwa dia pernah bertemu dengan Laila, sehingga Gus mengurungkan niatnya.
Enam bulan berlalu, Gus bertemu dengan seorang wanita bernama Puspa. Dia dosen komunikasi tempat Gus dipanggil untuk mengisi sebuah acara sebagai pembaca kartu tarot. Pertemuannya dengan Puspa membawa babak baru dalam kehidupan Gus. Gus masih mencari Laila, setidaknya Puspa bisa mendengarkan keluh kesahnya.
Selain Rendra, Gus juga memiliki sahabat bernama Baron. Anak orang kaya yang gemar bergonta-ganti perempuan. Gus berutang budi pada Baron, karena ada masa dalam hidupnya dimana dia bergantung pada uang Baron.
Seperti karya sebelumnya (Kelab dalam Swalayan), novel ini juga mengusung psikologis thriller. Pembaca disajikan dengan rangkaian pembunuhan sadis yang selalu disertai dengan kartu tarot. Sebagai pembaca kartu tarot, Gus dimintai tolong oleh Rendra untuk membantunya menganalisis kasus-kasus pembunuhan. Namun pikiran Gus terbagi dengan kasus hilangnya adiknya yang belum menghasilkan apa-apa. Belum lagi trauma masa lalu yang selalu menghantui Gus.
Novel ini menyertakan isu politis, feminis, serta perilaku patriarki di dalam masyarakat. Alur ceritanya rapi, pembaca diajak menyelami kasus per kasus, sambil tetap menantikan kabar Laila. Saya sendiri dibuat bertanya-tanya apa hubungan Laila dengan semua kasus ini. Hingga di penghujung cerita, terpaparlah siapa Laila sesungguhnya. Apik.
Laila Tak Pulang
Abi Ardianda
272 halaman
Penerbit Baca
Oktober, 2023