Disclaimer : Berhubung novel ini adalah sekuel dari Notasi, jadi sangat disarankan membaca novel Notasi terlebih dahulu. Karena dalam novel ini sebagian (atau mungkin seluruh) pertanyaan tentang Nino akan terjawab.
Pada novel Notasi (bagi yang pernah membacanya), pembaca sudah tahu kalau Nino dan Nalia terpisah akibat kerusuhan 1998 di Yogyakarta. Nino memukuli salah satu tentara, dan dia "diamankan" oleh keluarganya. Nino berjanji kepada Nalia akan kembali. Surat-surat tanpa alamat yang dikirimkan oleh Nino kepada Nalia malah membuat Nalia semakin nelangsa. Tapi, sampai akhir kisah di Notasi, mereka tidak kembali bersama. Apakah di novel Serenada ceritanya berubah? Tentu tidak!
Pasca dijemput paksa oleh orang-orang suruhan ayahnya, Nino diamankan oleh keluarganya dan dikirim ke Amerika Serikat. Sebelumnya Nino sempat dicekoki narkoba, diisukan bermain perempuan, dan tentu saja tukang demo. Kondisi yang membuatnya akhirnya tidak bisa melawan terhadap orangtuanya. Setelah beberapa bulan di California, Nino pindah ke New York dan bertemu dengan seorang mahasiswa NYU asal Indonesia di sana. Tsar, nama mahasiswa itu yang kemudian menampung Nino di apartemennya. Nino belum bisa melupakan kawan-kawannya dan perjuangan mereka di Yogyakarta, terutama Nalia. Dia bahkan mengirimkan kartu pos kepada Nalia untuk menyatakan kerinduannya. Dia menuliskan alamat Tsar di kartu pos itu, dengan harapan Nalia akan membalasnya. Lama dia menantikan balasan yang tidak kunjung datang.
Sepanjang masa penantiannya, Nino tetap berusaha mencari tahu dan menghudupkan kembali kenangannya. Dia mencari cara bertahan hidup agar bisa kembali pulang ke Indonesia. Termasuk bermain tinju agar mendapatkan uang. Nino tidak lupa mencari tahu seperti apa perjuangan dan kondisi di Indonesia. Dia bahkan bertemu dengan salah satu Profesor cendekiawan asal Indonesia yang masih memiliki lingkaran pertemanan dengan pelaku politik di Indonesia. Ada beberapa kisah yang dia dengar, yang membuatnya kembali bertanya, apakah dia memang hanya mengetahui separuh kebenaran saja.
Kisah pasca reformasi 1998 yang dituturkan lewat perjalanan hidup Nino di US ini menjadi satu poin penting dari novel Serenada. Bagaimana seorang mahasiswa seperti Nino mendapatkan fakta bahwa perjuangannya dan rekan-rekan mahasiswa telah ditunggangi oleh pelaku politik yang ingin menggulingkan Suharto. Nino bahkan hampir putus asa, karena mengetahui dirinya hanyalah salah satu alat saja. Dan perasaan itu mencapai puncaknya saat dia mendapati bahwa dirinya tetap berada dalam pengawasan meski dia sudah berada di negara yang menjunjung kebebasan individual. Tidak heran jika surat Nino yang sampai ke Nalia tanpa alamat, sedangkan kartu pos yang dikirimkan Nino ke Nalia pun tak berbalas.
Saya berusaha memaklumi cetakan pertama dengan typo yang bertebaran, seperti halnya saat membaca Notasi cetakan pertama dulu. Tapi entah mengapa bagi saya, Serenada ini tidak seistimewa Notasi.
Serenada
Morra Quatro
238 halaman
Gagas Media
Mei, 2024
Be First to Post Comment !
Post a Comment