~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#284 Roma : Con Amore


Judul Buku : Roma : Con Amore
Penulis : Robin Wijaya
Halaman : 384
Penerbit : Gagas Media

Dari Athena, saya melanjutkan serial STPC menuju ke Roma. Ada Robin Wijaya dengan kisah cinta yang tersedia di sana. Perjalanan yang sempat tertunda ini saya harap bisa membawa kisah yang menarik, sebagaimana banyaknya seni yang indah lahir di kota itu.

Roma menceritakan kisah tentang Leo, seorang pelukis muda asal Indonesia yang berhasil mewujudkan impiannya menggelar karyanya dalam suatu pameran lukisan di negeri Italia itu. Sayangnya ada suatu insiden dimana lukisannya yang dibeli oleh seorang diplomat KBRI hilang entah di mana. Diduga hilangnya lukisan itu akibat kesalahan kurir. Setelah diusut, ternyata asisten diplomat itu yang salah memberikan alamat. Felice, meski mengakui kesalahannya, tetap saja bersikap tidak ramah kepada Leo. Tapi ada sesuatu pada gadis Indonesia itu yang tetap melekat di kepala Leo. Setibanya di Indonesia, Leo tidak bisa melupakan Felice. Dia pun menuangkannya dalam sebentuk sketsa dan kemudian menjadi lukisan. Marla, kekasih Leo yang setia mendampinginya, menyadari ada yang berbeda dari sketsa perempuan ini. Tapi Marla menyimpannya di dalam hati.

Felice sendiri punya kisah lain. Dia memilih kerja di Roma demi menghindari mamanya di Indonesia. Felice tidak setuju dengan lelaki pilihan mamanya, yang hadir setelah papanya meninggal dunia. Alasannya karena pria itu masih mempunyai istri. Bagi Felice, mamanya salah telah menjadi orang ketiga dalam hubungan Benny (pria kekasih mamanya) dengan keluarganya. Tapi mamanya berkeras bahwa Benny akan menceraikan istrinya, dan Felice harus menerima Benny sebagai anggota keluarga. Meski kakaknya, Anna, bisa menerima Benny, Felice tetap teguh pada pendiriannya. Lagipula, di Roma dia memiliki Franco, pria Italia pemain sepakbola, yang menyayanginya. Namun, suatu hari Felice harus pulang menghadapi mamanya demi menghadiri pernikahan Anna.

Di Bali, lokasi yang dipilih Anna untuk melangsungkan pernikahannya, tanpa diduga Felice kembali bertemu dengan Leo. Alih-alih menghindari mamanya, Felice menghabiskan waktu bersama dengan Leo. Kebersamaan mereka sempat terputus ketika Felice harus kembali ke Roma, tetapi akhirnya mereka bertemu lagi saat Leo akan melangsungkan pameran lukisan keliling Eropa. Masa-masa berdua dengan Leo membawa kesan sendiri. Tanpa disadarinya, Felice dan Leo terikat dalam rasa cinta.

Ini novel kedua karya Robin Wijaya yang saya baca, dan lagi-lagi saya tidak bisa menyukainya. Sejak halaman awal, saya cukup terganggu dengan seringnya penggunaan kata ganti "perempuan itu" atau "lelaki itu" pada beberapa scene. Padahal bisa saja langsung disebutkan siapa nama orang yang dimaksud, tanpa perlu memperpanjang kalimat hingga terkesan puitis. Hal kedua yang membuat saya kurang puas karena Roma bukan satu-satunya kota yang melatarbelakangi kisah ini. Bali memiliki porsi yang hampir sama dengan Roma dalam membangun kisahnya. Hal ini agak berbeda dengan STPC lainnya yang sudah saya baca sebelumnya.

Saya juga tidak menyukai karakter Felice. Dia bisa menghakimi mamanya yang menjadi orang ketiga ketika memilih bersama dengan Benny. Lantas bagaimana dengan dirinya yang menjadi orang ketiga diantara Leo dan Marla? Di saat yang sama dia masih berstatus pacarnya Franco (meski akhirnya Franco ketahuan juga berselingkuh). Untung saja Marla memilih melepas Leo, sehingga nasibnya Felice berbeda dengan mamanya. Dan oh... saya merasa perlu menyebutkan jika Marla "diselamatkan" oleh penulis dengan menambahkan adegan singkat antara James (kawan Leo) yang mencoba mendekati Marla.

Akhirnya, saya hanya bisa memberikan bintang 2 untuk kisah Roma ini. Tidak seindah yang saya harapkan. Semoga perjalanan berikutnya di London bisa menjadi pelipurnya.

2 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment