~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#87 Let The Right One In


Judul Buku : Let The Right One In
Penulis : John Ajvide Lindqvist
Halaman : 684
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Fiksi gothic menjadi pilihan baca bareng BBI bulan ini. Saya sendiri menyambut baik ide ini, karena saya merasa belum pernah membaca fiksi bertema gothic. Setelah mencari informasi di Goodreads, ternyata saya sudah pernah membaca beberapa fiksi gothic, diantaranya adalah Jane Eyre. Kebetulan di rak buku masih ada satu novel gothic yang belum dibaca, hasil beli dari Mia beberapa waktu lalu. Jadilah saya membaca "Let The Right One In" sebagai tugas bulan ini.

Oskar, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun tinggal di kota Blackeberg, Stockholm, Swedia. Dia tinggal bersama ibunya setelah kedua orang tuanya berpisah. Dia tidak punya teman, bahkan di sekolah dia menjadi korban bullying oleh teman-temannya. Oskar memiliki hobby mengumpulkan kliping artikel pembunuhan, mengutil di toko permen, dan bermain-main dengan pisaunya. Semua itu membawa perasaan nyaman baginya, menunjukkan bahwa dia punya keberanian melakukan sesuatu.

Kesendirian Oskar berakhir ketika Eli datang. Eli, seorang anak perempuan berusia kurang lebih sama dengan Oskar. Mereka hanya bisa berjumpa di malam hari. Seringkali Eli terlihat tua dan rapuh dengan rambut perak dan kulit yang kusam. Tetapi terkadang Eli terlihat sangat cantik dengan kulit putih bersinar. Eli tinggal bersama ayahnya di sebelah apartemen Oskar. Kedua apartemen itu hanya dipisahkan oleh sebuah dinding. Lewat dinding itu Oskar dan Eli sering berkomunikasi menggunakan kode Morse.

Hakan, yang disangka Oskar adalah ayah Eli, sebenarnya hanyalah seorang pemabuk yang kehilangan tujuan hidupnya. Ketika Hakan bertemu Eli, Eli terlihat begitu mempesona. Eli membutuhkannya, dan ia mencintai Eli. Dia mau melakukan apa saja untuk Eli. Termasuk mencari makanan berupa darah segar untuk Eli. Ya, Eli adalah seorang vampire berusia lebih dari dua ratus tahun yang terjebak dalam tubuh anak perempuan berusia 12 tahun. Untuk memperpanjang hidup Eli, Hakan akan membunuh orang untuk diambil darahnya.

Tetapi ada suatu waktu dimana Hakan tidak mau melakukan pembunuhan, meski Eli memintanya. Di saat itu Eli akan mencari korbannya sendiri. Namun Hakan harus memastikan si korban mati, jika tidak korban akan terinfeksi oleh Eli dan akan mejadi vampire. Ketika Hakan sibuk bekerja demi kelangsungan hidup Eli, Eli malah asyik bermain dengan Oskar sebagaimanya layaknya anak-anak. Hakan cemburu. Dia menginginkan Eli seutuhnya. Dia ingin menyentuh Eli, satu hal yang sangat  jarang diberikan oleh Eli. Ketika Eli menjanjikan kesempatan itu demi darah segar, Hakan langsung melakukan tugasnya. Sayangnya tugas itu tidak berhasil karena korban berteriak-teriak saat akan dieksekusi. Untuk menutup jejaknya, Hakan menyiramkan cairan asam pekat ke wajahnya.

Walaupun dalam novel ini tokoh utamanya adalah anak-anak, kisah ini sama sekali bukan bacaan yang pantas untuk anak-anak. Banyak adegan pembunuhan sadis dan horor di dalamnya, dan juga sedikit vulgar.  Pantaslah jika buku ini masuk kategori fiksi gothic. Saya sendiri sempat merasa jengah dan frustasi saat membacanya karena buku ini benar-benar bernuansa gelap. Padahal saya sudah pernah menonton film-nya, tapi membaca bukunya jauh lebih menyeramkan. Di samping itu, tebalnya buku ini sempat mebuat saya bosan. Inti ceritanya sih sederhana saja, tapi "bumbu-bumbu" kisahnya sangat banyak. Mungkin karena ingin menciptakan kesan gloomy tadi.  Tiga bintang saya anggap pas untuk novel gothic ini.

Film adaptasi novel ini yang pernah saya tonton berjudul "Let Me In", yang versi Hollywood. Nama tokoh berbeda dengan di novel, begitu juga dengan setting lokasinya. Kalau di novel berlokasi di Swedia, di film lokasinya di New Mexico. Tapi wajah pemeran Owen (Oskar) dan Abby (Eli) di film itu memudahkan saya dalam mengimajinasikan kedua tokoh utama ketika membaca novelnya. Sebenarnya ada juga film versi Swedia dengan berjudul sama "Let The Right One In". Jalan ceritanya juga mirip dengan di novelnya.

Lalu kenapa judulnya "Let The Right One In"? Dalam bahasa Indonesia judul itu diterjemahkan menjadi  "biarkan aku masuk". Ternyata seorang vampir baru bisa masuk ke dalam suatu rumah/tempat jika dia dipersilahkan masuk oleh pemilik rumah atau tempat itu. Kalau dia memaksa masuk tanpa dipersilahkan, maka dari setiap pori-pori di tubuh si vampire akan keluar begitu banyak darah, sampai vampire ini mati kehabisan darah.

Ohya, mau tahu novel gothic lainnya yang dibaca oleh anak-anak BBI? Silahkan cek timeline-nya @BBI_2011 di twitter. But be carefull, siapkan mental dulu ya... It's spooky time 



#86 Daisyflo


Judul Buku : Daisyflo
Penulis : Yennie Hardiwidjaja
Halaman : 256
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 


Hal pertama yang saya lakukan ketika menutup halaman terakhir buku ini, setelah membacanya semalaman adalah menarik nafas lega.  Mengapa? Karena buku ini bukan hanya mengaduk-aduk emosi, tapi juga membuat saya bertanya-tanya. Mengapa Tara tidak bisa lepas dari Tora? Mengapa Tara justru jadi dendam pada Tora? Trus Alex gimana dong?

Tara.  Seorang mahasiswi jurusan desain. Pada awalnya dia jatuh cinta pada Junot, senior di kampusnya yang jago gambar dan komputer. Tapi entah kenapa, dia malah pacaran dengan Tora, pemuda yang dijumpainya di kolam renang. Padahal Tora (menurutku) adalah cowok sok keren tapi ga punya modal. Berkali-kali kebutuhannya secara materi harus dipenuhi oleh Tara. Mending juga kalau sikapnya manis, adanya si Tora suka menyalahkan Tara. Misalnya ketika mereka makan di warung, Tora ga mau bayar dengan alasan gabawa dompet. Jadinya Tara yang harus bayar. Sudah gitu, Tora masih menyalahkan Tara karena tidak mengingatkan dia soal dompetnya. Yang lebih bodoh lagi, Tara tidak juga meninggalkan Tora, walaupun sudah berkali-kali mengalami hal yang tidak menyenangkan. Entah hubungan macam apa itu.

Di satu sisi, cinta Tara pada Junot mulai berkembang dan bersambut. Potongan bunga daisy menjadi awal benih cinta di antara mereka.  Junot selalu ada untuk Tara, walaupun dia tahu Tara sudah punya Tora. Muli, sahabat Tara rupanya juga memendam cinta untuk Junot, yang sebenarnya sudah terlihat jelas karena Muli lebih sering mencari perhatian Junot dibandingkan Tara yang pasif. Muli bahkan berkali-kali mengatakan rasa sukanya pada Junot ke Tara. Anehnya, Tara tetap mengaku ga tahu kalau Muli suka Junot. Sahabat macam apa mereka itu?

Hingga akhirnya Muli tidak bisa lagi menahan diri. Dia menceritakan tentang perselingkuhan Tara dan Junot kepada Tora. Tora kalap, dan memutuskan memiliki Tara sepenuhnya dengan cara mengambil paksa kehormatan Tara. Tara terpojok, jatuh, dan kehilangan harga dirinya. Tara semakin tidak bisa melepaskan diri dari Tora. Tapi ketika  Tora kedapatan selingkuh oleh Tara, akhirnya Tara memutuskan dan  mengusir Tora. Hal yang seharusnya dilakukannya sejak dulu. Tapi kepercayaan diri Tara tidak pulih, dia masih menutup diri. Bahkan dari Junot. Ketika tanpa sengaja Junot mengetahui rahasia kelamnya, Tara malah lari meninggalkan Junot.

Kemudian muncul tokoh Alex, seorang sarjana psikologi, anak dari rekanan bisnis orangtua Tara. Alex-lah yang membantu Tara keluar dari keterpurukannya. Tanpa disadari Alex jatuh cinta pada Tara. Sayangnya Alex tidak bisa menghapuskan dendam dan cinta yang sudah lama berada di hati Tara.

Cerita cintanya memang ribet, tapi masih bisa dipahami. Saya pun tidak segan ngasih bintang empat karena buku ini bisa mengaduk emosi saya sampai di halaman terakhir. Walaupun bergenre metropop, novel ini nyaris tidak berasa seperti metropop pada umumnya. Lebih ke romance suspense. Dan sepertinya penulis punya pengalaman sendiri yang dituangkannya ke dalam novel ini. Untuk mencari tahu, silahkan kunjungi blog daisyflo di sini. Ohya, satu pesan sebelum membaca novel ini, siapkan mental untuk terbawa emosi ya :)



#85 The Coffee Shop Chronicles


Judul Buku : The Coffee Shop Chronicles
Penulis : Aditia Yudis dkk.
Halaman : 197
Penerbit : byPASS / nulisbuku

Bulan lalu, seorang kenalan memasang cover buku ini di halaman facebook-nya. Saya penasaran karena ada kata "coffee". Kebetulan kenalan saya itu, mbak Maya Melivyanti, adalah salah seorang penulis dalam buku kumpulan flash fiction ini. Dari dialah saya membeli buku ini. Buku ini terdiri atas 33 flash fiction, yang ditulis oleh 22 orang dengan 1 benang merah. Demikianlah yang tertulis sebagai tagline di halaman cover.

Tadinya saya mau membaca secara acak, tapi menurut kata pengantarnya (saya selalu membaca kata pengantar terlebih dahulu setiap kali membaca buku) flashfic di buku ini saling berkaitan satu sama lain, dan dimulai dari kisah pertama berjudul Surat Cinta untuk Tuan Arsitek. Jadinya saya harus membaca secara berurutan. Dan benar saja, kisah-kisah ini saling berkaitan dengan satu benang merah, coffee shop.

Tersebutlah sebuah coffee shop di Jalan Malioboro, Yogyakarta, bernama Priya's Coffee Shop. Pemilik kedai kopi ini adalah seorang wanita keturunan India bernama Noshi yang pergi meninggalkan mantan suaminya untuk mengejar passion-nya memiliki sebuah kedai kopi. Di dalam kedai kopi ini dalam waktu seharian terjadi 33 kisah yang melibatkan dirinya, pengunjung, dan barista kedai tersebut.

Kisah dibuka oleh sepasang suami istri yang mengunjungi kedai itu. Sang suami yang adalah arsitek sibuk dengan laptop dan aplikasi AutoCad, sedangkan istrinya yang adalah seorang penulis novel sibuk membaca sebuah novel. Keduanya larut dalam diam, tak ada suara. Tapi dalam diamnya mereka, ada komunikasi yang terjalin lewat sentuhan tangan mereka di bawah meja. Di dekat mereka ada seorang perempuan yang duduk mengamati pasangan unik ini. Selain itu ada juga pasangan traveller lengkap dengan ransel besar dan barang bawaan yang dicoba ditata ulang ke dalam ransel tersebut.

Semakin siang pengunjungnya semakin ramai. Ada dua orang wanita bersahabat yang berkenalan di dunia maya, ada dua saudara (kakak-adik) yang sudah lama tidak bertemu, ada seorang penulis bule, bahkan ada juga seorang wanita PSK yang baru saja pulang dari melakukan pekerjaannya. Sementara pemiliknya, Noshi mengamati pelanggannya, dia sendiri dikejutkan dengan kedatangan mantan suaminya yang menyusul ke tempat itu.

Membaca flashfic  membawa kesan tersendiri bagi saya. Saya menyukai kejutan-kejutan yang dihadirkan dalam sebuah cerita sangat pendek. Buku ini sendiri membawa ide segar dalam dunia fiksi, dimana beberapa flashfic terangkai menjadi satu cerita utuh, dan uniknya diceritakan oleh banyak orang. Saya membayangkan penulis kedua dan seterusnya berusaha merangkaikan kisah yang ingin ditulisnya berdasarkan yang sudah ditulis oleh penulis pertama. Penuh tantangan pastinya.

Sayangnya, menurut saya sajian dalam buku ini terasa tanggung bagi saya. Terkadang satu kisah hanya mengambil kisah sebelumnya dan menempatkannya sebagai latar belakang sekilas. Misalnya saja kisah Secangkir Ingatan, Kukirim Rindu ke Tanah Seberang, The Coffee Shop, dan beberapa kisah lainnya hanya memasukkan "laporan pandangan mata" kondisi dalam ruangan kedai kopi  itu sebagai penyambung dengan kisah sebelumnya. Laporan yang saya maksud misalnya seperti paragraf berikut.

Aku mengedarkan pandanganku seraya menunggu pesananku diracik, tempat ini memang selalu ramai. Aku melihat seorang lelaki dengan kekasihnya. Mereka berbicara dalam diam. Tangan mereka bertautan di bawah meja.... lalu di sudut lain aku melihat sepasang kekasih yang terlibat pembicaraan serius. (Hal 30).

Pengulangan yang terjadi berkali-kali dalam buku ini membuat saya nyaris bosan membacanya. Kemudian ada quote yang tercetak tebal di satu halaman penuh yang diambil dari kisah sebelumnya (Kisah si Mbah Tua, hal 159-163) tapi ada kata yang terhilang dan membuat makna yang berbeda. Entah ini kesalahan cetak atau memang disengaja.

Lalu pada kisah penutup (The New Owner) saya menangkap kesan terlalu dipaksakan. Kenapa harus ada pemilik baru? Kenapa nama kedainya harus terganti? Kenapa penggantinya malah hanya seorang nenek yang ahli membuat kopi tubruk jahe, sementara yang disajikan di kedai itu adalah jenis-jenis kopi secanggih cappucino, coffee latte, dan frappe? Saya tidak puas dengan penutupnya. Kalau kisah-kisah ini terpisah ga masalah, tapi kan dari awal ini sudah berupa rangkaian kisah?

Terlepas dari itu, buku ini cukup ringan. Sedikit melegakan isi kepala saya yang sempat kusut membaca fiksi gothic :) Dan ketika saya menutup buku ini saya jadi penasaran mau ke Malioboro, mau cari tahu adakah kedai kopi di sana yang kira-kira menjadi inspirasi buku ini? Tiga bintang untuk The Coffee Shop.



#84 Hana : A Delirium Short Story


Judul Buku : Hana : A Delirium Short Story
Penulis : Lauren Oliver
Halaman : 144 (ebook)
Penerbit : Hodder & Stoughton Ltd.


Bagi yang sudah pernah membaca novel fantasy Delirium, tentunya mengenal Hana Tate, sahabat Lena Haloway. Pada Delirium, Hana digambarkan sebagai sosok yang memiliki fisik sempurna serta tidak mengenal rasa takut. Dia pula yang mengenalkan dunia yang berbeda kepada Lena untuk pertama kalinya. Melalui novella yang diterbitkan dalam bentuk ebook ini kita akan mengenal Hana lebih dekat, dan melihat kisah Delirium dari sudut pandang Hana.

Seperti hal-nya Lena, Hana juga harus melalui proses evaluasi sebelum penyembuhan. Hana juga sempat khawatir dengan masa-masa yang dialaminya nanti setelah dia melalui proses penyembuhan. Setelah melalui evaluai dengan skor yang bagus, Hana kemudian dijodohkan dengan pemuda pilihan. Dan pemuda itu adalah Fred Hargrove, anak walikota Portland tempat mereka tinggal. Sayangnya hati Hana sudah tertambat pada Steve Hilt.

Ya, Hana terjangkit amor deliria nervosa setelah dia bertemu dengan Steve Hilt pada pesta underground yang diikutinya dengan Angelica. Bagaimana mungkin dia bisa menyukai Fred sementara dia hanya bisa mengingat ciuman dan sentuhan Steve di tubuhnya? Jauh dalam hatinya, dia cemburu pada Lena yang bisa hidup "lurus". Yang tidak akan menyimpang dari aturan yang sudah berlaku di negara ini. Lena tidak perlu merasakan kegundahan seperti yang dia alami saat ini. Dia mencintai Steve, tapi apakah Steve juga mencintainya?  Tentu saja Hana tidak bisa menghentikan keinginannya pergi menemui Steve lagi. Dan untuk itu dia harus pergi ke pesta-pesta terlarang itu lagi.

Kali ini pesta diadakan di Deering Highland, dan seperti biasa dia akan ke sana bersama Angelica. Akhir-akhir ini Lena seperti semakin jauh darinya. Di pesta itu, dia bertemu dengan Steve. Sentuhan dan ciuman Steve membuatnya mabuk oleh cinta. Tapa apakah Steve mencintainya? Pertanyaan itu terus terbayang di benaknya. Apakah Steve akan memilihnya untuk hidup bersama melanggar semua aturan ini? Hana memberanikan dirinya bertanya pada Steve, dan ternyata Steve hanya menyukainya karena kecantikannya. Steve sama sekali tidak mencintainya.

Tepat setelah mendengar pengakuan Steve, tiba-tiba terjadi razia. Para regulator menyerbu tempat itu. Orang-orang berlarian menghindari anjing-anjing penjaga itu. Hana dengan segala kekalutannya ikut berlari dan bersembunyi di salah satu pojok rumah tempat pesta yang suda porak poranda. Dia teringat akan Lena, sahabatnya, yang tentunya tidur di rumahnya malam ini. Terhindar dari segala kekacauan ini. Lena benar, cinta itu menyakitkan. Cinta itu penyakit. Dia tidak akan mengorbankan kehidupannya demi cinta. There is no love, only disorder.

Novella ini singkat, saya habiskan di sela-sela kesibukan di kampus (hehe... sempat-sempatnya). Tapi membaca novella membuat Delirium terasa lengkap. Saya sangat menyarankan pembaca Delirium untuk membaca Hana, sebelum melanjutkannya ke Pandemonium. Karena di novella ini Hana mengungkap misteri perpisahan Lena dan Alex :)

Ohya, saya suka dengan cover yang ini (karena ada dua versi cover yang saya lihat di Goodreads). Hana memang cantik ya dengan rambut pirangnya itu.  Tiga bintang deh untuk Hana.



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012

#83 Delirium


Judul Buku : Delirium
Penulis : Lauren Oliver
Halaman : 518
Penerbit : Mizan Fantasy

Setelah membaca beberapa review di blog teman-teman BBI tentang buku ini plus hebohnya buku ini di dunia fantasy YA (Young Adult) beberapa waktu lalu, membuat saya memasukkan buku ini ke dalam wishlist.  Dan seorang teman (mbak @asdewi) mewujudkan wishlist saya itu dengan meminjamkan buku ini. Kebetulan (lagi) bulan ini ada baca bareng fiksi fantasy bersama teman-teman BBI. Klop sudah.

Kesan pertama yang mucul di benak saya saat membaca buku ini adalah:  "Gila ya... ini dunia siapa yang bikin sih? Menyedihkan sekali hidup di dalamnya. Jangan-jangan yang mencetuskan ide dunia ini pernah galau berkepanjangan".  Antara bosan dan emosi sama settingan dunianya, saya mencoba terus membaca setiap halamannya. Tapi begitu tiba di kisahnya Lena-Alex rasa bosannya hilang. Sayangnya bagian Lena-Alex porsinya kurang menurut saya. Di samping itu, sepertinya ada beberapa bagian terhilang di novel terjemahan ini. Mungkin karena di satu bagian alurnya menjadi cepat, di bagian lain alurnya melambat. Cover pada novel Delirium versi terjemahan ini juga sempat membuat saya tidak tertarik untuk membaca kisah fantasy ini. Saya lebih suka dengan cover versi aslinya, yang memperlihatkan wajah Lena.

Lena adalah seorang gadis berusia 17 tahun yang belum disembuhkan dari penyakit amor deliria nervosa a.k.a. cinta. Seperti prosedur pada umumnya nanti saat dia berusia 18 tahun barulah dia disembuhkan. Sebelum menjalani prosedur, Lena harus melewati evaluasi (semacam ujian). Yang membuat Lena khawatir adalah karena latar belakang keluarganya yang pernah bermasalah mungkin akan menggagalkan evaluasi-nya. Ibunya Lena, adalah seorang yang tidak bisa disembuhkan dari penyakit cinta ini. Setelah melalui serangkaian pengobatan, beliau memilih untuk bunuh diri demi mempertahankan cintanya. Kasus ibunya ini tentu menambahkan cacat di riwayat hidup Lena. Selain ibunya, kakaknya,Rachel, juga pernah mengalami penyakit cinta itu. Untungnya dia berhasil disembuhkan setelah melewati prosedur.

Ketika menjalani evaluasinya, ada insiden yang terjadi di laboratorium tempat evaluasi diadakan. Di saat insiden itulah Lena melihat Alex untuk pertama kalinya. Karena insiden itu evaluasinya dibatalkan. Suatu waktu Lena dan sahabatnya Hana melakukan kebiasaan mereka, lari di sore hari, tanpa sengaja mereka bertemu lagi dengan Alex. Pertemuan ini kemudian menjadi rutin dan tanpa sadar menumbuhkan benih-benih penyakit cinta pada Lena.

Alex ternyata adalah seorang Invalid (pemberontak yang hidup di luar kota dan menolak disembuhkan). Bersama Alex, Lena mulai mengenal kebebasan, cinta, dan petualangan di Alam Liar. Namun di sisi lain, Lena belum berani meninggalkan dunia yang sudah dikenalnya selama ini. Tetapi  perjalanannya ke penjara Kriptus mengubah segalanya. Rahasia terbesar yang disembunyikan darinya membuat matanya terbuka akan dunia yang penuh kebohongan tempat tinggalnya selama ini.

Di saat novel-novel YA lainnya mengagungkan cinta sebagai hal yang mulia, ide cerita yang mendeskripsikan cinta sebagai penyakit  membuat Delirium menjadi novel yang berbeda. Ide ini diperkuat oleh penulis dengan memasukkan beberapa tulisan di awal bab yang menjelaskan mengenai fenomena penyakit amor deliria nervosa itu. Membaca defenisi dan gejala penyakit cinta ini membuat saya berpikir kalau sebenarnya yang mereka mau basmi itu hanya gejalanya saja (susah makan, sulit konsentrasi, membangkang dansebagainya) . Tapi daripada repot, mereka memiliki untuk memusnahkan saja cintanya.

Cinta akan membunuh sekaligus menyelamatkanmu.

 Kalau boleh ngasih sedikit spoiler, kalimat di atas pas banget untuk  happy ending yang sedih dari novel ini :) Bikin penasaranlah pokoknya. Sambil menunggu lanjutannya di Pandemonium (Delirium #2), saya mau membaca kisah tentang Hana (Delirium @1.5) yang diterbitkan dalam bentuk ebook novella.



#82 Memori


Judul Buku : Memori
Penulis : Windry Ramadhina
Halaman : 312
Penerbit : Gagas Media


Pertama kali mengenal karya Windry lewat Orange dan Metropolis (thanks to Sulis @peri_hutan), saya langsung suka dengan gaya menulis Windry. Dua novel tersebut punya nuansa yang berbeda. Yang satu dengan fotografi, dan yang kedua dengan nuansa mafia. Kali ini Windry menyajikan nuansa arsitektur dalam novel terbarunya. Buat yang tidak mengerti tentang dunia arsitek tidak perlu kuatir, karena Windry menceritakan dengan sangat ahli. Wajar saja, mengingat Windry sendiri adalah seorang arsitek.

Mahoni, seorang arsitek lulusan UI yang meninggalkan Indonesia menuju Virginia untuk melupakan masa lalunya. Selama empat tahun dia membangun karirnya di Amerika, tempat yang menjadi kiblatnya dalam dunia arsitektur, karena Mahoni sangat mengidolakan Frank O. Gehry. Dia sering diminta merancang butik atau gallery, dan banyak yang menyukai karyanya. Tapi keinginan terpendam Mahoni adalah merancang sebuah romance home.

Suatu kecelakaan mobil yang menewaskan papa-nya dan Grace (ibu tirinya) membuat Mahoni harus pulang ke Indonesia.  Rencana awalnya Mahoni hanya akan tinggal sehari saja untuk mengunjungi makam papanya, tapi Mahoni dengan terpaksa harus tinggal dua bulan demi menjaga adik tirinya, Sigi. Tinggal di rumah papa, menghadapi masa lalu dan kenangan buruk yang ingin dia kubur, membuat Mahoni tidak berkutik. Apalagi ketika dia bertemu dengan pria di masa lalunya, Simon. Sayangnya Simon sudah memiliki Sofia, lengkap dengan studio MOSS milik mereka berdua. Sekali lagi, sakit hati Mahoni terangkat ke permukaan.

Simon adalah teman semasa kuliahnya. Berbeda dengan Mahoni yang mengidolakan Frank O. Gehry, Simon memuja Rem Koolhaas. Walaupun demikian, Simon adalah partner berdebat dan berdiskusi yang setara dengan Mahoni. Dibalik, sikap sinis dan tidak peduli yang menjadi ciri khas Simon, dia ternyata mencintai Mahoni. Demikian pula dengan Mahoni. Tetapi ketika Simon meminta Mahoni ikut ke Belanda bersamanya, Mahoni malah kabur dan pergi dari Simon.

Cinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.
Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.
Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.
Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.

Kalimat di atas adalah tulisan yang terdapat di sampul belakang novel ini. Saya kira tulisan ini adalah apa yang ditanamkan Mae (mama Mahoni) kepada Mahoni. Ketidakpercayaan Mae terhadap suatu hubungan membuat Mahoni meyakini hal yang sama. Ketika Simon kembali menawarkan cintanya dengan memilih Mahoni, Mahoni kembali lari. Dia tidak ingin menjadi Grace. Dia tidak ingin Sofia mengalami hal yang sama seperti Mae.  Mae tenggelam dalam sakit hati ketika Guruh (papa Mahoni) memilih Grace dibandingkan dirinya. Guruh yang merasa tidak lagi ada kecocokan antara dirinya dan Mae, menemukan apa yang dia cari di dalam diri Grace. Ketertarikan mereka berdua terhadap kayu, membuat mereka menyatu. Sementara Mae tenggelam dalam dunia fiksinya yang getir dan pahit. Mae mengajak Mahoni meninggalkan rumah papanya, membuat Mahoni membenci papanya dan Grace dan apapun yang berhubungan dengan mereka, termasuk Sigi.

"Damar adalah kayu kesukaan Papa; bukan jati, nyatoh, atau sungkai; bukan pula Mahoni."

Sigi (atau damar dalam bahasa Sumatera) adalah adik tirinya yang masih duduk di bangku SMA. Dengan caranya sendiri, Sigi menemukan kedewasaannya, bertindak sebagai saudara laki-laki yang ingin menjaga Mahoni, dan tanpa mereka (Sigi dan Mahoni) sadari mereka terhubung oleh suatu emosi yang dalam. Emosi yang membuat Mahoni tidak bisa meninggalkan Sigi begitu saja, walaupun itu demi impiannya bekerja sama dengan Frank O. Gehry.
"Sebaliknya, kau bisa mewujudkan impian seseorang dengan kompromi. Itu sesuatu yang kita lakukan setiap saat tanpa sadar, Di rumah. Dengan keluarga kita"
 Membaca novel ini membuat saya merasa "penuh". Novel ini bukan hanya tentang keluarga, pulang ke rumah, menghadapi masa lalu. Tapi yang terdalam adalah tentang kompromi. Merelakan sebagian impian demi orang lain, demi keluarga. Mahoni yang keras kepala, spesifik, dan ambisius berkali-kali harus berkompromi demi impian orang lain. Kompromi dengan keluarganya, kompromi dengan impiannya, bahkan kompromi dengan cintanya. Saya sendiri melihat ada Mahoni dalam diri saya, melakukan kompromi tanpa sadar terhadap beberapa hal dalam kehidupan saya untuk mewujudkan impian orang lain yang saya cintai.

Tidak terlepas dari isi ceritanya, novel ini dilengkapi dengan cover yang romantis, berwarna jingga dengan sebuah lukisan rumah bergaya klasik. Belum lagi pilihan kertas sampulnya yang bertekstur, menambah nilai plus untuk novel ini. Pokoknya highly recommended untuk dikoleksi (dan dibaca tentunya).

Lima bintang untuk Windry Ramadhina. Terima kasih, Win untuk memori-mu... :)



# 81 Thirteen Reason Why


Judul Buku : Thirteen Reason Why
Penulis : Jay Asher
Halaman : 287
Penerbit : M-Pop (Penerbit Matahati)

Kapan terakhir kali anda memutar sebuah kaset dan mendengarkan isinya? Di jaman serba digital saat ini, saya rasa sudah banyak yang tidak lagi pernah mendengarkan kaset. Bagaimana rasanya kalau anda mendapatkan paket berisi kaset-kaset yang isinya adalah tentang anda?

Clay Jensen, menerima paket kotak sepatu yang berisi 7 buah kaset di dalamnya. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui kaset-kaset itu berasal dari Hannah Baker. Padahal Hannah sudah meninggal akibat bunuh diri beberapa waktu yang lalu. Dan Clay lebih terkejut lagi mengetahui bahwa dia adalah salah satu dari 13 alasan mengapa Hannah bunuh diri? Bagaimana mungkin dia adalah alasan Hannah bunuh diri, sementara dia sangat mencintai Hannah?

Mau tak mau Clay mendengarkan ke-tujuh kaset itu. Setiap sisi kaset berisi rekaman suara Hannah yang menceritakan satu per satu orang-orang yang menyebabkan dia bunuh diri. Setelah mendengarkan semuanya, si penerima paket harus mengirimkan paket itu ke orang berikutnya yang ada dalam rekaman. Takut, penasaran, dan menyesal adalah perpaduan rasa yang harus dialami Clay selama mendengarkan suara Hannah dari dalam kaset. Dalam waktu semalam, Clay mencoba memahami alasan Hannah bunuh diri.

Siapa saja orang-orang yang ada di dalam daftar itu?

(1) Justin Foley, ciuman pertamanya. (2) Alex Standall, si pembuat daftar Sexy/Tidak Sexy. (3) Jessica Davis, sahabat pertamanya sesama murid pindahan baru. (4) Tyler Down, fotografer sekolah yang menguntit dirinya. (5) Courtney Crimsen, gadis populer yang mengaku menjadi temannya. (6) Marcus Cooler, pasangan Valentine-nya. (7) Zach Demsey, pencuri surat-surat pengharapannya. (8) Ryan Shaver, editor majalah sekolah yang menyabotase puisinya. (9) Clay Jensen, orang yang seharusnya tidak ada di daftar ini (10). Justin Foley, petunjuk kembali mengarah pada orang pertama. (11) Jenny Kurtz, pemandu sorak OSIS, (12). Bryce Walker, yang selalu memandang segala sesuatunya dengan santai, (13). Mr. Porter, guru yang menyuruhnya mengaku atau melupakan semuanya untuk selamanya.

Mendengarkan (atau tepatnya membaca) alasan-alasan penyebab Hannah bunuh diri membuat saya bertanya-tanya, apa hanya karena itu alasannya sehingga dia memutuskan mengakhiri hidupnya?

Hannah mengalami serangkaian hal di masa SMA-nya. Orangtuanya terancam bangkrut, sehingga perhatian mereka lebih terfokus kepada pekerjaan dibandingkan pada anak tunggal mereka. Hannah juga melihat beberapa hal yang menurutnya salah, tapi dia tidak bertindak apa-apa dan membiarkan hal itu (dan Hannah merasa bersalah karenanya). Hannah pun menjadi korban pelecehan di sekolahnya, yang mungkin bagi sebagian orang melihat hal itu sebagai candaan semata. Dan ketika Hannah diminta untuk melupakan semuanya itu, Hannah memilih melupakan kehidupannya.
Aku rasa itulah inti semuanya. Tak ada yang tahu pasti sebesar apa dampak yang mereka timbulkan pada kehidupan orang lain. Seringkali, kita tidak mengetahuinya. Tapi dampaknya tetap ada.
 Tidak ada alasan yang pasti. Semuanya saling berhubungan seperti efek bola salju yang berguling.

Saya menghabiskan satu hari membaca buku ini, seperti Clay yang tidak bisa melepaskan headphone walkman-nya, saya tidak melepaskan buku ini sampai habis. Terlepas dari kisah Hanna yang gelap, saya suka dengan pilihan gambar di cover-nya. Kaset dan pitanya yang membentuk huruf-huruf judul novel ini sangat jelas menggambarkan isi dari novelnya. Begitupun pertukaran sudut pandang antara Hannah dan Clay dalam menceritakan tragedi ini tidak membingungkan, malah justru membuat pembaca seperti mendengarkan langsung cerita Hannah.



#80 Beastly : Lindy's Diary


Judul Buku : Beastly : Lindy's Diary
Penulis : Alex Flinn
Halaman : 144 (ebook)
Penerbit : HarperCollins


Meski di Goodreads ditulis sebagai  Kendra Chronicles 0.5, tapi sebaiknya baca dulu Beastly (Kendra Chronicles 1) sebelum membaca novella ini. Soalnya novella ini ditulis dalam bentuk buku harian dan ada banyak bagian yang "hilang" (jika dibandingkan dengan novel Beastly). Dalam novella ini kita bisa melihat kisah Beauty and The Beast versi modern dari sudut pandang Lindy, si tokoh wanita.

Lindy adalah seorang gadis miskin yang berhasil bersekolah di SMA Tuttle berkat beasiswa. Di sekolah itu ada seorang siswa tampan bermata biru bernama Kyle Kingsbury yang menjadi idola banyak gadis, termasuk Lindy. Tapi Lindy cukup tahu diri dia tidak mungkin berpasangan dengan Kyle. Apalagi ada Sloane, gadis pemandu sorak yang cantik itu. Pemuda tampan akan selalu berpasangan dengan gadis cantik, kan?

Maka tidak heran jika Kyle dan Sloane datang berpasangan di pesta akhir tahun ajaran. Lindy juga datang, tapi sebagai gadis penjaga tiket. Tampaknya ada masalah ketika mereka berdua datang ke pesta itu, Sloane tidak mau menggunakan korsase mawar yang dibawa Kyle. Tiba-tiba Kyle memberikan korsase itu padanya. Lindy sangat senang, dia menyimpan korsase itu di salah satu bukunya. Aroma mawar putih itu akan selalu mengingatkannya pada Kyle.

Keesokan harinya, Kyle tidak mucul di sekolah. Begitupun hari-hari sesudahnya. Ada banyak spekulasi mengenai Kyle. Hingga suatu hari, ayah Lindy pulang dan mengatakan bahwa Lindy harus tinggal di rumah temannya. Ayahnya bilang dia meminjam sejumlah uang pada temannya, dengan syarat Lindy harus tinggal di rumah mereka untuk menemani putra teman ayahya itu. Betapa terkejutnya Lindy ketika dia tahu ayahnya berbohong, dan dia harus tinggal di rumah seorang monster.

Masa-masa hidup bersama Adrian, si buruk rupa adalah masa-masa yang indah dialami oleh Lindy. Meskipun awalnya dia sempat takut pada Adrian. Lambat laun dia mulai mencintai Adrian, apalagi Adrian mempunyai rumah kaca dengan koleksi mawar yang lengkap. Sekarang Lindy akan selalu mengingat Adrian setiap kali dia mencium aroma mawar. Selain mawar, koleksi buku yang disediakan oleh Adrian untuknya sangat lengkap. Adrian bahkan menyediakan sebuah e-reader.

Okey, seperti halnya review Beastly, saya tidak akan menceritakan semua kisahnya. Lagipula garis besarnya tidak berbeda dengan kisah klasik Beauty and The Beast. Tapi ada satu perbedaan yang saya temukan di novella ini. Lindy tidak menceritakan perihal gaun hijau yang mereka temukan di loteng apartemen mereka, sementara bagi Adrian gaun hijau itu salah satu hal penting yang bisa mengingatkannya pada Lindy. Di novella ini, Lindy juga menceritakan bahwa Kendra, si penyihir, beberapa kali datang dalam mimpinya. Tetapi di buku Beastly, Lindy terkejut ketika melihat Kendra pertama kalinya di akhir cerita. :)

Well, bagaimanapun senang bisa mengetahui kisah ini dari sudut pandang Lindy. Tiga bintang untuk Lindy dan diary-nya.


PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012

#79 Sweet Nothings


Judul Buku : Sweet Nothings
Penulis : Sefryana Kharil
Halaman : 316
Penerbit : Gagas Media

Sejak membaca sneak peek mengenai novel ini di sini, saya ingin segera memiliki novel ini. Saya baru membaca satu novel lain karya Sefryana yaitu Coming Home. Dan ternyata masih ada hubungan antara tokoh di Coming Home dengan tokoh di Sweet Nothings ini. Amara (dari Coming Home) adalah adik dari Saskia,tokoh wanita utama di novel ini. Saskia adalah pemilik toko kue Sweet Sugar, yang membutuhkan seorang pastry chef untuk tokonya. Indira, bagian marketing di tokonya memperkenalkan adik sepupunya, Harsa kepada Saskia. Harsa sendiri sudah punya segudang pengalaman sebagai pastry chef di usianya yang tiga puluh tahun.

Konflik antara Saskia dan Harsa dimulai sejak pertemuan pertama mereka. Sebenarnya bukan Harsa yang bermasalah, melainkan Saskia. Saskia menyadari dia memiliki rasa yang berbeda terhadap Harsa. Tapi hal tersebut bertentangan dengan logikanya.
Aku menyukaimu, aku membencimu. Aku tak bisa menerima setiap perubahan yang terjadi dalam diriku saat bertemu denganmu.
 Sudah tujuh tahun lamanya Saskia membangun benteng pertahanan di dalam dirinya yang pernah terluka oleh cinta. Pernikahannya yang pertama membuatnya belajar bahwa cinta saja tidak cukup untuk menjalani suatu hubungan, apalagi pernikahan. Mantan suaminya, Edo, yang dia kira mencintainya ternyata bukanlah pasangan hidup yang diharapkannya. Hanya Saskia yang berusaha menjadi penopang rumah tangganya, menghidupi Edo, Abi dan Tasya (kedua anak mereka).  Rasa lelah dan sakit hati karena pertengkaran dan tidak adanya dukungan dari suaminya mendorong Saskia untuk mengakhiri pernikahannya. Sayangnya, tiga hari setelah Saskia menggugat cerai Edo, Edo meninggal karena sebuah kecelakaan. Saskia bingung antara merasa lega dan sedih. Tapi yang pasti Saskia tidak merasa kehilangan Edo. Dia hanya kehilangan kepercayaan dirinya akan suatu hubungan. Baginya selama dia berusaha untuk yang terbaik untuk dirinya dan anak-anaknya itu sudah cukup.

Tapi semuanya berubah sejak Harsa hadir dalam hidupnya, apalagi ketika Harsa juga menunjukkan rasa yang sama. Saskia mati-matian menutup dirinya, berusaha membenci Harsa. Energi negatif yang dipancarkan Saskia dari tingkah lakunya terhadap Harsa membuat saya sebagai pembaca menjadi lelah. Saskia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, sehingga dia melupakan orang lain di sekitarnya, termasuk kebutuhan anak-anaknya akan seorang ayah.  Penokohan Saskia yang tenggelam dalam ketakutannya membuat saya teringat dengan Amirah, tokoh wanita di Coming Home. Dua-duanya punya sifat yang sama. Entah karena diceritakan bersaudara, sehingga Sefryana perlu mengulang karakter yang sama di kedua novelnya ini.

Harsa yang tidak putus asa mencoba meyakinkan Saskia, hingga akhirnya Saskia mulai membuka diri dan cintanya pada Harsa.  Hubungan antara dua koki ini manis sekali. Tapi manisnya tidak bertahan lama. Perbedaan umur dan status jandanya membuat Saskia kembali menutup diri ketika Harsa melamarnya untuk menjadi istrinya. Saskia tidak mau mengalami luka yang sama lagi, sehingga dengan sengaja dia melukai Harsa. Kembali Saskia masuk ke dalam "kotak" yang dibuatnya untuk melindungi hatinya.

Saya cukup menyukai tema kuliner yang diangkat pada novel ini. Apalagi ada resep dan tips-tips membuat kue yang bertaburan di halaman demi halaman novel ini. Quote-quote indah juga banyak dijumpai. Cover dan pilihan ornamen di bagian bab-nya yang lembut sangat pas menggambarkan suasana toko kue Sweet Sugar.   Dan yang paling sweet adalah tokoh Harsa tentunya. Pria yang bisa memasak selalu punya tempat istimewa dalam pandangan saya :)



#78 Kristalisasi


Judul Buku : Kristalisasi
Penulis : Alexia DeeChen dkk.
Halaman : 282
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Setelah Takdir Elir, Kristalisasi adalah buku kedua dari Vandaria Saga yang menjadi penghuni rak buku di kamar saya. Berbeda dengan Takdir Elir yang berupa novel berseri, Kristalisasi adalah kumpulan cerpen. Buku ini sendiri sudah masuk wishlist sejak dapat kabar dari Melody dan baca beritanya di Newsletter. Tapi baru berhasil saya baca dua bulan setelahnya. Penantian yang panjang rasanya :)

Saya bukan penikmat kumpulan cerpen, apalagi kalau genrenya fantasy. Baru saja imajinasi terbangun ketika membaca ceritanya, tiba-tiba harus berhenti setelah beberapa halaman. Rasanya kentang (kena tanggung) :D Tapi karena promosinya yang lumayan gencar di beberapa media sosial yang saya ikuti, jadinya saya benar-benar meniatkan harus baca buku ini.

Tampilannya cover-nya menarik. Plus bonus sticker Vandaria-nya. Sebelum masuk ke dalam cerita, pembaca akan disuguhi pengantar mengenai apa itu Vandaria. Penulisan Daftar Isi juga tidak biasa, dengan peta Vandaria, dan petunjuk lokasi di mana kisahnya terjadi. Sayangnya tidak dilengkapi dengan nomor halaman, padahal ini kan kumpulan cerpen. Tidak semua orang membaca kumpulan cerpen secara berurutan dari depan ke belakang. Seperti kali ini, saya memilih cerpen secara acak untuk dibaca. Berikut adalah tanggapan saya atas sepuluh cerpen dalam Kristalisasi (menurut urutan yang saya baca).

Pentagon (Hans J. Gumulia)

Saya memilih membaca cerpen ini pertama kali karena iming-iming promosi di Newsletter Vandaria bahwa cerpen ini adalah pengantar dari kisah Takdir Elir. Memang iya sih... tapi ekspektasi saya ternyata berbeda. Tadinya saya berpikir akan menceritakan mengapa lima tokoh dalam Takdir Elir (Rozmerga, Sigmar, Liarra, Xaliber, dan Althor) terpilih sebagai penentu takdir benua Elir. Ternyata hanya menceritakan masa kecil mereka masing-masing.

Padamnya Bintang-Bintang Vaeran (Melody Violine)

Nama tokohnya Melviola (seperti nama penulisnya ya...), pemain violine yang bertugas menghibur para frameless di negeri Edenion. Awalnya dia adalah bintang berbakat, tapi kemudian Melviola mengalami patah hati. Sebagai manusia dia ingin menuangkan perasaan sedihnya dalam gubahan karyanya, dia ingin semua makhluk tahu apa yang dirasakannya. Namun, permainannya tidak lagi nikmat di telinga frameless. Berbeda dengan frameless yang tidak bisa memahami rasa seperti itu, Charnd (seorang penyair manusia) mengerti perasaan sahabatnya. Tetapi Vaeran Iervaanah berpendapat lain. Kedekatan antara Charnd dan Melviola dianggap sebagai penyebab pudarnya aura bintang Melviola. Saya suka dengan sentuhan sudut pandang cinta yang berbeda antara manusia, frameless dan penyihir. Good job, Mel :) Dan saya baru tahu dari @peri_hutan kalau cerita ini prekuel dari Harta Vaeran (salah satu novel Vandaria Saga).

Bisikan Sang Angin (Alevia DeeChen)

Twist yang menarik antara tokoh Evander dan Haleine. Dua orang pemimpin yang awalnya saling bertikai kemudian saling menolong. Ini dia salah satu cerpen kentang.. masih asyik dengan tokoh Evander dan Haleine, eh langsung diputuskan dengan berpisahnya kedua tokoh ini. I want more !!! :)

Batu Filsuf (Aryo Pratomo)

Awal baca cerpen ini saya langsung berpikir, kejam banget sih mengorbankan manusia hanya untuk mengambil jiwanya demi membuat batu filsuf. Sudah gitu batu filsufnya dihancurin semua lagi di akhir cerita. Sia-sia dong nyawa manusia itu.  Maaf,tapi ga begitu suka dengan cerpen yang ini.

Musim Gugur (Herbowoputra)

Ada tiga waktu berselang 500 tahun untuk tiga buah cerita yang berkaitan dengan nyawa si Naga Bening Kosai. Kosai adalah Ia Yang Tak Pernah Mati. Tubuhnya menjadi bening karena dalam kondisi sekarat. Kosai membutuhkan Cakram Pualam untuk menyembuhkannya. Cakram itu harus diberikan pada hewan yang tertidur atau hewan menari. Tapi pilihannya sulit, karena tidak seorangpun tahu hewan mana yang bisa menyelamatkan Kosai. Pilihan yang dibuat oleh Lena dan Yelen sih masuk akal, tapi oleh Ivan untuk apa? Hanya disebutkan untuk sebuah permainan, tapi permainan apa? Dan apa hubungannya dengan Kosai?

Nyanyian Alam (Andry Chang)

Cerita yang ini paling ringan dibandingkan dengan sembilan cerita lainnya. Pesan moralnya juga mengena. Bercerita tentang seorang gadis separuh frameless bernama Fyanei yang mampu berkomunikasi dengan  tumbuhan. Fyanei berusaha mencegah masyarakat di desanya yang suka menebang pohon sembarangan. Saya suka dengan semua usaha yang dilakukan oleh Fyanei, termasuk ketika akhirnya dia memilih pergi agar kemampuannya tidak disalah gunakan. Btw, Fyanei cocok ya jadi duta Lingkungan Hidup :D

Padang Hijau Atap Merah (Pratama Wirya)

Sepertinya  saya pernah baca ceritanya di salah satu Newsletter Vandaria. Hanya saja cerita yang termuat di Newsletter itu ga selesai. Akhirnya bisa tahu ending-nya di sini. Ceritanya lucu, begitu juga tokohnya. Si Gael ngotot pengen belajar sihir, sampai harus menjadi kelinci percobaan Aedon si penyihir. Ketika Gael disuruh mencari jantung naga, malah sama si Naga dikasih tongkat yang sudah dikencingi... hehe. Kira-kira gimana nasib Gael selanjutnya setelah dia bisa dapat ilmu sihir ya?

Relik Agung Gallizur (Rynaldo C. Hadi)

Alianor, Rowan dan Terrowin adalah tiga orang Sang Pencari yang melakukan pencarian tiga relik agung Gallizur.  Suatu waktu mereka menemukan pedang Angheu Glas yang tertimbun salju bersama seorang pria. Pria yang amnesia ini diberi nama Athalos. Akhirnya mereka berempat melanjutkan pencarian relik agung. Saya juga suka dengan kejutan pada cerpen ini. Sepertiga bagian akhir cerpen ini memberi kejutan yang membuat saya terus bertanya-tanya apakah akan ada peperangan besar lagi antara kejahatan dan kebaikan?

Di Bawah Bulan Separuh (Iris Aegis)

Ini cerpen yang paling cepat saya baca. Soalnya saya asli tidak mengerti jalan ceritanya, jadi banyak bagian yang saya skip. Setelah membaca semua cerpen saya mencoba membaca ulang bagian yang satu ini. Tapi yang saya tangkap hanya seorang pemuda miskin, kurus, yang berusaha mempertahankan hidupnya, nemu kristal, trus mati. Seperti akhirnya yang gelap, saya juga ga bisa menemukan maksud dai cerpen ini.

Beri Kami Damai (Ami Raditya)

Saya sengaja memilih cerpen ini sebagai penutup, karena saya berharap sebagai founder Vandaria, Ami Raditya akan menyuguhkan cerita yang tidak biasa. Benar juga. Ide cerita tentang Arwena, si penyair yang suka membual cukup mengesankan untuk menjadi pamungkas dalam buku Kristalisasi yang saya baca. Tapi tokoh Abel porsinya kurang... sosok misterius dan pendiamnya itu bikin penasaran. Pesan moralnya juga dapat, tidak ada keuntungan sama sekali dari peperangan. Yang ada hanya kesedihan, kehilangan, dan luka yang dalam.

Di setiap cerita juga disertakan ilustrasi. Tapi ga berwarna. Tapi sepuluh kisah yang ada di dalamnya cukup membuat saya lebih tertarik lagi untuk membaca Vandaria Saga lainnya.

Tiga zaman, tiga benua, tiga bintang untuk Kristalisasi.



#77 A Lady's Pleasure


Judul Buku : A Lady's Pleasure
Penulis : Renee Bernard
Halaman : 367
Penerbit : Gagas Media


Saya sebenarnya bukan penggemar novel Historical Romance. Tapi sejak buku yang diberi julukan "Lilin Ungu" ini ramai dibicarakan sebagai "buku kipas" di timeline twitter, saya jadi penasaran. Terima kasih untuk mbak @asdewi yang sudah meminjamkannya :)

Merriam Everett, seorang wanita pemalu dan penurut, tidak menolak ketika ayahnya menjodohkannya dengan seorang bangsawan. Namun, sampai suaminya meninggal dunia Merriam tidak pernah merasakan pernikahan yang sesungguhnya. Dia hanya ditemui oleh suaminya dua kali dalam setahun. Ketika Merriam menjadi janda, dia bahkan dijuluki si janda pucat oleh Julian Clay, Earl of Westleigh. Merriam sakit hati mendengar julukan itu dan dia berniat membalas dendam. Dia akan membuat Julian tergila-gila padanya dan Merriam akan meninggalkanya segera. Rencana mulai disusun, dan di pesta topeng Lord Milbank adalah tempat yang tepat bagi Merriam melancarkan aksi balas dendamnya. Dia mau tampil sebagai kucing, bukan lagi sebagai tikus.

Sayangnya, Merriam salah sasaran. Dia justru menggoda Drake Sotherton, Duke of Sussex. Hubungan intim yang singkat pada malam pesta topeng itu justru membuat keduanya saling tertarik. Drake pun meminta Merriam untuk menjadi kekasihnya selama musim perjodohan, dengan janji akan memberikan kepuasan penuh bagi Merriam selama semusim itu. Keinginan Drake menjadikan Merriam sebagai kekasihnya bukan semata-mata karena ketertarikan fisik saja, tapi ada niat lain di belakangnya. Drake berpikir bahwa Merriam adalah kaki tangan Julian Clay, orang yang membunuh istrinya.

Delapan tahun yang lalu, Lily, istri Drake ditemukan tewas di rumahnya. Saat itu Julian ada bersama istrinya. Drake sebenarnya tahu akan perselingkuhan Julian dan Lily, bahwa Julian selalu merebut apapun miliknya termasuk istrinya sendiri. Di pihak lain, Julian menganggap Drake mengirimkan seseorang untuk membunuh Lily agar tidak bisa dimiliki oleh Julian. Ketika Merriam hadir dalam kehidupan Drake, persoalan masa lalu itu kembali muncul di permukaan.

Saya tidak tahu apa yang membuat buku ini menjadi Romantic Times Award Winner of  'Best First Historical Romance' (2006). Mungkin karena banjir adegan kipas kali ya antara Drake dan Merriam. Dialog antara Drake dan Merriam sendiri tidak terbangun dengan baik, malah nyaris membosankan dan membingungkan. Sampai akhir cerita (dengan twist di bagian akhir) saya tidak menemukan gregetnya konflik antara Drake, Julian dan Merriam.

Trus... saya kok menangkap ada kesan jablay pada tokoh Merriam. Demi memuaskan rasa ingin tahunya terhadap gairah dan hasrat yang dirasakannya terhadap Drake, dia sampai "menyerahkan" dirinya pada Drake. Bahkan Merriam sampai mimpi threesome dengan Julian dan Drake :D.   Walaupun pada akhirnya Merriam berhasil mengubah image tikus yang melekat padanya menjadi kucing. Tapi rata-rata cerita romance memang berawal dari ketertarikan fisik untuk kemudian berubah menjadi cinta sejati.

So far... saya mau ngasih bintang dua untuk ceritanya. Tapi karena sampulnya bagus dan warna ungu-nya eye catching, saya tambahkan satu bintang lagi deh... :)



#76 Kisah Langit Merah


Judul Buku : Kisah Langit Merah
Penulis : Bubin Lantang
Halaman : 318
Penerbit : Gagas Media

Petualangan adalah candu. Sekali kau mulai, bahkan dirimu sendiri tak bisa menghentikan hasrat bertualangmu. Jika kamu membenci kegelisahan dan menyukai hidup yang tenang, jangan pernah memulai petualanganmu karena petualangan adalah sarang kegelisahan yang sengaja kau cari.
tidak
Petualangan bukanlah sekadar pergi dari satu tempat ke tempat lain, mengunjungi tempat-tempat jauh dan menyaksikan hal-hal baru. Petualangan bukan sekadar mengajak derap langkahmu menuju tempat-tempat asing yang kau idamkan. Petualangan adalah pergi tanpa titik tujuan, membiarkan dirimu tersesat, mencari, dan memilih; dan kamu tak tahu kapan harus pulang.


Jangan bertualang. Cukupkan dirimu pada pelesir ke tempat-tempat indah yang belum pernah kau kunjungi, dan tetapkan sebelum pergi kapan kamu harus pulang….

Oke. Membaca bagian belakang sampul buku ini membuat saya sangat tertarik untuk membacanya. Dalam bayangan saya buku ini berkisah tentang seseorang yang bertualang, dari satu kota ke kota lain untuk mencari sesuatu. Ternyata setelah membaca buku ini apa yang saya bayangkan sangat berbeda.

Langit Merah terlahir dalam keluarga kurang mampu. Bersama adiknya Trang Matahari (yang awalnya saya kira seorang perempuan) mereka harus menjalani fase hidup dalam serba kekurangan. Dalam buku ini digambarkan Langit dan Ari berbagi satu butir telur asin sebagai lauk, atau membuat air es plus essence jeruk pengganti limun. Ditambah lagi dengan mata sipit, makin lengkaplah ketidak beruntungan mereka. Seringkali mereka "dicina-cinakan" baik oleh teman maupun guru sekolah mereka. Dengan segala kekurangan itulah yang membuat Langit tumbuh sebagai pemuda penuh ambisi.

Cita-cita Langit adalah menjadi seorang wartawan. Langit berhasil menggapai cita-citanya, bahkan dengan pekerjaannya itu dia bisa melanjutkan studi master di Belanda. Langit juga digambarkan sebagai wartawan jujur dan lurus. Ketika sebagian besar teman-temannya terlibat korupsi dan menerima suap, Langit tidak bergeming. Hingga akhirnya Langit harus kehilangan pekerjaan karena sikap jujurnya itu.
Kisah Langit Merah adalah cermin tentang mimpi, benci, sakit hati, pengkhianatan, sekaligus mengajarkan keberanian untuk terus melangkah
 Bagian mimpi dan keberanian melangkah sudah jelas. Demikian juga soal pengkhianatan dan sakit hati. Tapi pengkhianatan dan sakit hati Langit bukan semata-mata karena pekerjaannya, tapi juga dalam urusan cintanya. Langit mencintai Daria, cinta pertama sekaligus cinta sejatinya. Sempat terucap janji setia antara Daria dan Langit.

"Seberapa besar cinta kamu buat aku, Day?' Memeluknya dari belakang, bertanya Langit kepadanya.


"Seberapa besar? Hmm.... Begini. Seandainya, ini seandainya saja, aku diperhadapkan pada dua pilihan, Bapak atau kamu, dan aku nggak bisa untuk nggak memilih satu dari kedua pilihan itu, barangkali aku akan memilih kamu. Sebesar itulah."
 Ya, hubungan Daria dan Langit memang tidak direstui oleh ayah Daria. Tapi ketika ayahnya berada di ujung maut, Daria mengingkari janji yang pernah dibuatnya. Daria memilih ayahnya dan menikah dengan lelaki pilihan ayahnya. Lelaki yang akhirnya juga mengkhianati Daria di kemudian hari.

Sebenarnya sudah lama saya mencari buku ini sejak dipromosikan sama seorang teman yang memberikan bintang lima untuk buku ini. Ketika akhirnya mendapatkan buku ini dan membacanya, saya hanya bisa ngasih dua bintang saja. Entah kenapa, saya tidak bisa menikmati jalan cerita buku ini. Ide ceritanya memang menarik, apalagi mengungkap mengenai karier seorang wartawan. Tapi ada beberapa hal yang membuat saya mengurangi banyak bintang untuk buku ini.

Pertama, penggalan dialog antara Lintang dan Daria di atas. Itu hampir ditemukan di tiap bab. Bahkan ada yang baru habis satu kalimat eh dialognya  muncul lagi. Bosan banget bacanya. Seakan ingin menegaskan pengkhianatan, tapi yah itu malah membosankan. Kedua, penggunaan huruf cetak miring yang menurut saya tidak teratur. Kadang sebagai pembeda antara bahasa asing dan bahasa Indonesia, kadang sebagai penggalan kenangan masa lalu. Ketiga, antara satu bab ke bab lain ga beraturan timing-nya. Begitu juga POV-nya, melompat-lompat ga beraturan. Keempat, terlalu banyak permasalahan yang diangkat:  korupsi, pekerjaan Langit dari wartawan hingga menjadi buruh di negeri orang, kisah cinta Langit, pengkhianatan, kegelisahan Ari. Dan semuanya nanggung, ga selesai, dan mendapat porsi sama.

Satu hal yang saya suka adalah penggunaan nama Langit Merah dan Trang Matahari. Walaupun ga jelas juga kenapa nama mereka seperti itu, tapi kedengarannya keren. Mungkin karena tidak umum digunakan. Ohya, ada juga beberapa ilustrasi seperti gambar cat air di beberapa halaman menambah poin untuk buku ini.



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012