~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#642 On Children

 

Wu Xiaole adalah seorang guru les, yang memberikan pelajaran tambahan secara privat kepada siswa yang membutuhkan. Dalam buku ini, ada sembilan kisah siswa yang membutuhkan dirinya sebagai guru les. Well... sebenarnya yang membutuhkannya adalah orang tua siswa tersebut, terutama sang Ibu.


Sembilan kisah dalam buku ini memiliki benang merah yang sama. Orang tua di Taiwan begitu mempedulikan pendidikan anaknya, terutama nilai yang diperoleh anaknya, sekolah apa yang dimasuki, sampai pergaulan yang harus dilakoni si anak. Tidak jarang orang tua bertindak selaku helicopter parent (jenis orang tua yang terlalu fokus kepada anaknya dan terus ikut campur terhadap semua kelakuan anak) hingga akhirnya membentuk pola tiger parenting (pengasuhan sangat ketat dan bersikap otoriter kepada anak). Biasanya hal ini terjadi karena orang tua tidak ingin anak mereka mengikuti jejak mereka di masa lampau. Salah satu cerita dalam buku ini yang berjudul Menolong Siswa Berprestasi, digambarkan bahwa Ibunya sebelum menikah memiliki prestasi akademik yang baik. Namun karena dihadapkan pada tuntutan pernikahan, prestasi itu menjadi seperti tidak berguna.

Ibuku turun dari panggung kehidupannya, lalu mendorong kami naik ke panggung itu. (hlmn 287).

Cerita lain orang tuanya tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi, dan akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan tinggi. Mereka pun menyadari bahwa di Taiwan, pendidikan menjadi salah satu cara bertahan hidup.

Lantas apakah pendidikan itu? Wu Xiaole menuliskan pemikirannya seperti ini,
Pendidikan ada bukan supaya semua anak mendapat nilai yang tinggi. Pendidikan ada supaya bakat setiap anak dapat berkembang hingga batasnya, dan supaya hasil akhirnya memperoleh pengakuan. (hlmn. 110)

Namun, tidak semua Ibu dalam buku ini menempuh langkah seperti di atas. Dalam salah satu cerita yang berjudul Bagai Pinang Dibelah Dua mengisahkan tentang Muoli, seorang anak perempuan yang selalu dituntut ibunya untuk mendapatkan nilai lebih tinggi dibanding saudara lak-lakinya. Muoli mengikuti rancangan yang diberikan ibunya, bahkan dia bisa mendapatkan pendidikan magister. Ketika ditawari untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral oleh dosennya, Ibu Muoli menentangnya. Muoli harus segera menikah dengan seorang calon suami berprofesi sebagai dokter yang dipilihkan oleh orang tuanya. Lagi-lagi Muoli mengikuti rancangan ibunya. Sampai kemudian dia memiliki anak perempuan bernama Xiaoye. Long story short, Muoli memilih untuk membebaskan anak perempuannya, meski dia dicap sebagai ibu yang gagal mendidik anak. Bagi Muoli, ketegaran yang dialaminya seumur hidup telah cukup baginya untuk menerima cap itu.

Saya pernah membaca buku non fiksi tentang parenting yang sering diterapkan oleh orang tua Asia beberapa tahun yang lalu. Membaca buku On Children ini menunjukkan bahwa Tiger Parenting telah menjadi budaya dan ikon bagi orang tua Asia. Mungkin memang ada yang berhasil, terutama bagian kedisiplinan. Kisah-kisah dalam buku ini memang memberikan perspektif baru bagi orang tua, guru, bahkan juga bagi anak.


On Children
Wu Xiaole
330 halaman
Penerbit Haru
Januari, 2023




#641 Kembali Bebas


Pada penghujung hari setelah pernikahan putra bungsunya, Ibra dibuat terkejut dengan permintaan istrinya, Tata. Tata meminta untuk bercerai. Setelah 28 tahun bersama, tak ada lagi orang tua dan anak yang harus diurus, Tata meminta kebebasan dari Ibra. Ibra sangat terkejut. Di usia mereka yang sudah kepala lima, dia tidak bisa membayangkan hidup sendirian tanpa istrinya. Tata sendiri sudah membulatkan niatnya dengan pindah ke rumah kontrakan. Meski demikian, dia menyetujui permintaan Ibra agar diberi waktu setahun sebelum gugatan perceraian diajukan.

Tidak butuh waktu lama bagi pembaca untuk memahami mengapa Tata menuntut perceraian. Salah satunya adalah kebiasaan Ibra bermain game online bersama teman-temannya. Sebenarnya kegiatan itu sudah dilakukan oleh Ibra sebelum mereka menikah, dan Tata tidak keberatan Ibra bermain game. Namun, semakin jauh usia pernikahan mereka, Ibra menjadikan game online sebagai stress reliever-nya, dan mulai berpusat pada hal itu. Tidak jarang Ibra terlambat bangun pagi karena begadang mabar (main bareng). Tapi yang paling menyakitkan buat Tata, dia tidak punya waktu lagi bersama suaminya.

Tata sebagai seorang perempuan yang dibekali nasihat bahwa pernikahan dalam pernikahan ada banyak tantangan yang harus dihadapi, dan dia harus siap untuk ditempa. Meski demikian Tata menginginkan keseimbangan, setidaknya supaya dia tidak merasa kesepian. Sayangnya 28 tahun pernikahannya, Ibra tidak memberikannya untuk Tata. Sampai Tata berada pada titik mencoba diam, menerima, dan kemudian berpikir dirinya tidak lagi bisa menjadi pasangan ideal bagi Ibra. Dia butuh berjarak dengan Ibra, agar cintanya bagi pria itu tidak terkikis.

Saat mengetahui karakter dalam novel ini tidak sama dengan novel kontemporer lainnya yang diterbitkan oleh GPU, saya langsung tertarik ingin membacanya. Apalagi sinopsisnya tentang pasangan yang ingin berpisah setelah 28 tahun pernikahan. Dalam pandangan saya, pada umur pernikahan tersebut, apalagi telah menghantarkan anak-anaknya membentuk keluarga, pasangan suami istri sudah berada dalam fase saling memahami, dan akan menghabiskan sisa umur bersama-sama. Tetapi ternyata, konflik antara Ibra dan Tata cukup realistis dan bisa saja terjadi. Sudah sering kita mendengar bahwa komunikasi adalah hal penting dalam pernikahan selain cinta. Komunikasi itu bukan hanya menyampaikan sesuatu, tetapi juga mengambil bagian mendengarkan sesuatu. Saya rasa ini poin yang ingin disampaikan penulis. 

Berkali-kali saya menyeka air mata membaca novel ini. Novel ini bisa dibaca bagi yang sedang mempersiapkan diri memasuki pernikahan, dan tentunya yang sedang menjalani sebuah pernikahan. Recommended.


Kembali Bebas
Sasa Ahadiah
256 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Januari, 2023


#640 Minimarket yang Merepotkan


Nyonya Yeom kehilangan pouch yang berisi dompet dan barang berharga lainnya. Mungkin benda itu jatuh di Stasiun Seoul. Ketika dirinya mulai panik, dia mendapatkan telepon dari seorang tunawisma yang menemukan pouch-nya itu. Karena ketulusan si tunawisma tadi, Nyonya Yeom mempekerjakannya sebagai pekerja shift malam di minimarket miliknya.

Dokgo, begitu si tunawisma menyebutkan dirinya, memulai pekerjaannya di minimarket. Dokgo tidak mengenal asal-usulnya, katanya memorinya hilang karena minuman keras. Satu per satu orang yang bersinggungan dengannya mendapatkan perubahan dari Dokgo. Penjualan di minimarket meningkat, salah satu pegawai minimarket mendapatkan promosi, pegawai lainnya bisa berdamai kembali dengan anaknya, bahkan pengunjung minimarket pun merasakan perubahan dalam hidup dan karir mereka ketika bertemu dengan Dokgo. 

Kisah-kisah orang yang bertemu dengan Dokgo ini, akhirnya mengarah ke pemecahan misteri siapa Dokgo sesungguhnya, dan mengapa dia berakhir menjadi seorang tunawisma. Ketika seorang detektif swasta mengikutinya, dan Dokgo mulai tergugah untuk mencari tahu siapa dirinya. 

Ada beberapa novel Asian-lit yang pernah saya baca menjadikan sebuah kios/toko/minimarket sebagai latar belakang kisahnya, dan meninggalkan kesan yang cukup dalam. Kios/toko/minimarket adalah tempat umum yang sering dikunjungi orang. Beberapa menjadi pelanggan, ada juga yang hanya datang sekali. Di sisi lain, sebuah minimarket bisa menjadi tempat seseorang mengadukan nasibnya. Misalnya, si pegawai minimarket dalam novel ini. Ada seorang perempuan yang bekerja paruh waktu sambil menunggu ujian menjadi PNS. Tanpa disadarinya, dia menjadi seorang yang "ahli" dalam mengoperasikan mesin kasir, lalu membuat video dan menggunggahnya ke internet. Tidak disangka karirnya berubah karena video itu. Sebuah minimarket telah mengubah hidup banyak orang dan juga Dokgo sendiri.


Minimarket yang Merepotkan
Kim Ho Yeon
400 halaman
Penerbit Haru
November, 2022


 

#639 Under The Kitchen table



Dewa mendapati Amanda, istri yang baru dinikahinya tiga bulan yang lalu berselingkuh dengan seorang pria di dapur apartemennya. Seketika Dewa memutuskan ingin bercerai dari Amanda. Sayangnya, sebagai seorang celebrity chef, perceraian tidak memungkinkan untuk kontrak yang sudah ditanda tanganinya. Atas saran manajernya, Dewa memilih menyepi ke vilanya di Ubud, Bali.

Saat tiba di Bali, dia mendapati vilanya telah ditempati oleh Dewi, sahabat adiknya. Dewi juga menjadi head chef di restoran milik keluarganya. Dewa tidak dapat meminta Dewi pindah dari vilanya, karena Dewi tinggal di situ bersama bayinya, Renjana. Di sisi lain, Dewi cukup terkejut mendapati Dewa ada di Bali. Cinta pertama-nya itu hadir lagi dalam hidupnya, pasca perceraiannya dengan Dipa. Dewi sendiri memilih mengungsi ke Bali untuk menghindari keluarga besarnya yang belum menerima perceraiannya.

Gara-gara kejadian yang disaksikan Dewa di dapurnya, Dewa jadi trauma dan mengalami kesulitan untuk memasak. Dewa terbuka kepada Dewi, dan menceritakan semua masalah yang dihadapinya. Dewi membantu Dewa mengatasi kesulitannya. Kedekatan mereka membawa kembali perasaan di masa lalu yang tertunda. Dewa memutuskan untuk mempercepat perceraiannya dengan Amanda agar bisa bersama dengan Dewi secepatnya. Tapi kondisi yang dihadapinya tidak semudah yang diharapkannya.

Novel ini menarik perhatian saya karena promonya yang cukup intens di IG. Membaca blurb-nya membuat saya penasaran, apalagi dengan profesi tokoh utamanya sebagai seorang chef. Jalan ceritanya sih lumayan menarik, meski saya merasakan tarik-ulur penyelesaian konflik antara Dewa dan Dewi bisa dipersingkat. Ada sedikit plot twist di akhir cerita, meski ketebak, tapi cukup menambah ketegangan saat membacanya. 

Under The Kitchen Table
Desy Miladiana
328 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Oktober, 2022