desty baca buku

~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#656 Perempuan di Rumah No. 8



Anika terbangun dan merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit, terutama di bagian bawah perutnya. Segara saja dia mengarahkan tangannya ke bawah sana, dan merasakan cairan dingin mengalir dari sela kakinya yang sudah tidak mengenakan pakaian dalam. Anika mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Dia lalu memanggil nama Reza, suaminya, namun tidak ada jawaban ataupun sosok suaminya itu. Sementara bagian bawah tubuhnya semakin basah dengan darah, Anika langsung tahu bahwa dirinya kehilangan janin di dalam kandungannya. Suaminya telah memukulnya dan membunuh anaknya.

Insting pertama Anika adalah menghubungi bibinya, Santi, satu-satunya kerabatnya yang masih ada. Tetapi penolakan bibinya membuat Anika tak dapat berkata-kata. Untungnya, Desti, sahabatnya di kantor menerima panggilan telponnya dan menolongnya segera. Sahabatnya itu juga yang mempertemukannya dengan sebuah komunitas yang melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga. Anika memutuskan bersembunyi sementara di Rumah Damai, karena dia takut bertemu kembali dengan Reza. Berkat Ruah Damai pula, Anika memutuskan meninggalkan Jakarta dan menerima pekerjaan di Yogyakarta. Yang penting dia berada sejauh mungkin dari Reza dan keluarganya. 

Di Yogyakarta, Anika menemukan sebuah rumah di kawasan Kaliurang. Rumah yang berada di seberang sebuah resor itu menarik perhatiannya seketika. Meski beberapa orang menghalanginya untuk menyewa rumah itu, Anika tetap menandatangani kontrak sewa selama setahun. Dia butuh tempat tinggal untuk menyendiri. Namun ternyata, dia tidak seorang diri tinggal di rumah bernomor 8 itu. 

Saat membaca sekilas sinopsis novel ini, saya tahu bahwa salah satu topik yang akan diangkat dalam novel ini adalah KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Namun, saat membacanya ternyata isinya jauh lebih kompleks daripada itu. Menurutku, pada sampul novel ini seharusnya ada trigger warning. 

Di dalam novel ini ada beberapa tokoh perempuan yang bisa dijumpai. Selain Anika, ada Rere (sahabat kuliah Anika yang tinggal di Yogyakarta), Rukmini (nenek Anika yang dipanggilnya Enin), Santi (bibi Anika), Kiran (sahabat baru yang dijumpainya di Jogja), dan juga Lastri (penghuni tak kasat mata di rumah no.8). Ada kesamaan yang dialami oleh perempuan-perempuan tersebut. Mereka mengalami trauma lintas generasi. Tidak dianggap ada, kebebasan yang terkekang, tumbuh tanpa rasa cinta, menganggap diri tidak pantas bahagia adalah beberapa trauma yang dialami oleh mereka. 

Saat masih sangat muda, kita melihat orang tua bagai melihat Tuhan. Semua yang mereka lakukan tampak seperti kebenaran, dan menjadi tolak ukur bagaimana kita melihat diri sendiri dan dunia. (hlmn. 160)

Bukan hal baru baginya bahwa perempuan seringkali diukur keluhuran budinya dari bagaimana ia mampu mematuhi orang-orang yang dianggap punya otoritas terhadap hidupnya. (hlmn. 46)

Selain perempuan-perempuan di atas, trauma atas kekerasan dalam rumah tangga juga terjadi pada sosok laki-laki. Reza, suami Anika, tumbuh dengan kondisi serupa. Contoh perilaku yang dilihatnya dari ayahnya dan pengabaian oleh ibunya, membuat Reza meyakini bahwa dia bisa melakukan apa saja atas orang yang menjadi miliknya. Bertolak belakang dengan Reza, ada tokoh Ibnu (salah satu penyintas KDRT yang dijumpai Anika dalam sesi konseling di komunitas Nyala Diri) yang mengalami kekerasan secara verbal dan mental oleh mantan istrinya. Meski dianggap cemen oleh lingkungannya, Ibnu mampu memutuskan trauma itu dengan membuka diri dan menyembuhkan dirinya terlebih dahulu. 

Satu hal lain yang menarik perhatian saya adalah pemilihan angka 8 di dalam novel ini. Katanya angka 8 itu membawa hoki. Tapi di dalam novel ini, ada dua rumah bernomor 8 yang menjadi tempat kejadian perkara penyebab trauma. Selain itu angka 8 yang menyerupai lambang infinity menyiratkan sesuatu yang terjadi terus menerus, yaitu trauma lintas generasi.

Novel ini saya rekomendasikan untuk dibaca oleh perempuan dan laki-laki. Terutama yang akan dan sedang berada di dalam sebuah hubungan. Juga bagi mereka yang pernah mengalami trauma lintas generasi. Seperti kata seorang pakar biomolekuler di IG, trauma ini akan meninggalkan perubahan di dalam diri kita dan bisa diturunkan secara epigenetik. It didin't start with you, but it can end with you.


Perempuan di Rumah No. 8
Mutiarini
320 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Maret, 2024


 

#655 Rahasia Salinem



Tyo mendapatkan kabar dari ayahnya, kalau Mbah Nem sedang sekarat. Dia pun bergegas kembali ke Solo demi menemani akhir hayat Mbah Nem. Setelah pemakaman Mbah Nem, Tyo mendapatkan kejutan. Dia baru mengetahui kalau Mbah Nem itu bukan nenek kandungnya. Meski demikian seluruh anggota keluarga menganggap Mbah Nem sangat berjasa dan tidak bisa dihilangkan dari sejarah keluarga. Harus ada sesuatu yang bisa mengingatkan anak cucu mereka akan keberadaan Mbah Nem.

Semasa hidupnya Mbah Nem pernah berjualan pecel. Bulik Ning berusaha mencari tahu cara membuat pecel yang rasanya sama persis dengan buatan Mbah Nem, namun usahanya tidak kunjung berhasil. Didera rasa penasaran akan riwayat hidup Mbah Nem, Tyo menemani Bulik Ning mencari rahasia pecel Mbah Nem. Ternyata rahasia pecel itu juga sekaligus mengungkap sejarah hidup Mbah Nem.

Salinem lahir di Sukoharjo, sekitar tahun 1923. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Salinem kecil dibesarkan oleh ayahnya, Salimun. Pekerjaan ayahnya sebagai kusir delman Gusti Wedana membuat Salinem kecil diasuh oleh banyak orang, salah satunya oleh Daliyem, bibinya. Selain Daliyem, Salinem juga diasuh oleh Mbok Yah, abdi dalem Gusti Wedana. Ketika Gusti Asisten Wedana dan istrinya, Gusti Soemirah bertugas di Sukoharjo, Salinem menjadi kawan bermain Gusti Soeratmi, adik dari Gusti Soemirah. Sejak saat itu Gusti Soeratmi adalah sahabat Salinem, bahkan ketika Gusti Soeratmi meninggalkan Sukoharjo, Salinem ikut dengannya

Tahun demi tahun berjalan, Salinem menyadari kedudukannya yang berbeda dengan Gusti Soeratmi. Ketika Gusti Soekatmo menikah dengan Gusti Kartinah, Salinem ikut dengan Gusti Kartinah. Kehidupan di masa penjajahan Belanda yang beralih ke penjajahan Jepang hidup setiap orang menjadi susah, demikian pula dengan keluarga bangsawan. Salinem menjalani semuanya dengan pasrah. Kehilangan demi kehilangan dihadapinya dengan berani.

"Gusti, ajari hamba tetap setia"

Kisah Salinem diceritakan bergantian dengan perjalanan Tyo mencari rahasia pecel Mbah Nem. Saya tadinya berpikir di dalam buku ini akan menceritakan tentang sejarah hadirnya pecel di nusantara atau tentang usaha pecel di Solo. Bayangan saya kayak sejarah rokok kretek di novel Gadis Kretek. Ternyata saya salah. Novel ini menceritakan tentang kesetiaan seorang abdi dalem bernama Salinem kepada tuannya, yang juga sahabatnya. Kesetiaan yang menjadikannya tempat berpulang bagi anak cucu keluarga Raden Soekatmo.  Adat budaya Jawa yang kental, dibaur dengan sejarah perjuangan kemerdekaan hingga masa Gestapu. Pembaca diajak kembali ke masa Surakarta saat itu, yang kalau ditilik di buku-buku sejarah kala saya bersekolah hanya sedikit yang bisa dipelajari. Saya paling menyukai kisah persahabatan antara Salinem, Gusti Soeratmi, dan Gusti Kartinah. Meski ada batasan sosial di antara mereka, namun kasih sayang yang terjalin itu sangat kuat. Kesetiaan Salinem kepada keluarga Gusti Kartinah pun menjadi satu poin kuat dari Rahasia Salinem ini. Pesan moral dari novel ini benar-benar tersampaikan dengan baik.

 

Rahasia Salinem
Wisnu Suryaningadji & Brilliant Yotenaga
424 halaman
Bentang Pustaka
Mei, 2024





#654 Laila Tak Pulang

 


Gus kehilangan adiknya Laila. Dia meminta bantuan Rendra temannya yang juga anggota reserse untuk mencari adiknya. Setelah beberapa bulan, kasus Laila tidak ada titik terangnya, hingga akhirnya dinyatakan Laila pergi atas kemauan sendiri. Gus hampir putus asa, hingga nyaris bunuh diri. Namun seorang pelayan menyebutkan bahwa dia pernah bertemu dengan Laila, sehingga Gus mengurungkan niatnya.

Enam bulan berlalu, Gus bertemu dengan seorang wanita bernama Puspa. Dia dosen komunikasi tempat Gus dipanggil untuk mengisi sebuah acara sebagai pembaca kartu tarot. Pertemuannya dengan Puspa membawa babak baru dalam kehidupan Gus. Gus masih mencari Laila, setidaknya Puspa bisa mendengarkan keluh kesahnya.

Selain Rendra, Gus juga memiliki sahabat bernama Baron. Anak orang kaya yang gemar bergonta-ganti perempuan. Gus berutang budi pada Baron, karena ada masa dalam hidupnya dimana dia bergantung pada uang Baron.

Seperti karya sebelumnya (Kelab dalam Swalayan), novel ini juga mengusung psikologis thriller. Pembaca disajikan dengan rangkaian pembunuhan sadis yang selalu disertai dengan kartu tarot. Sebagai pembaca kartu tarot, Gus dimintai tolong oleh Rendra untuk membantunya menganalisis kasus-kasus pembunuhan. Namun pikiran Gus terbagi dengan kasus hilangnya adiknya yang belum menghasilkan apa-apa. Belum lagi trauma masa lalu yang selalu menghantui Gus.

Novel ini menyertakan isu politis, feminis, serta perilaku patriarki di dalam masyarakat. Alur ceritanya rapi, pembaca diajak menyelami kasus per kasus, sambil tetap menantikan kabar Laila. Saya sendiri dibuat bertanya-tanya apa hubungan Laila dengan semua kasus ini. Hingga di penghujung cerita, terpaparlah siapa Laila sesungguhnya. Apik.

Laila Tak Pulang
Abi Ardianda
272 halaman
Penerbit Baca
Oktober, 2023


#653 Serenada




Disclaimer : Berhubung novel ini adalah sekuel dari Notasi, jadi sangat disarankan membaca novel Notasi terlebih dahulu. Karena dalam novel ini sebagian (atau mungkin seluruh) pertanyaan tentang Nino akan terjawab.

Pada novel Notasi (bagi yang pernah membacanya), pembaca sudah tahu kalau Nino dan Nalia terpisah akibat kerusuhan 1998 di Yogyakarta. Nino memukuli salah satu tentara, dan dia "diamankan" oleh keluarganya. Nino berjanji kepada Nalia akan kembali. Surat-surat tanpa alamat yang dikirimkan oleh Nino kepada Nalia malah membuat Nalia semakin nelangsa. Tapi, sampai akhir kisah di Notasi, mereka tidak kembali bersama. Apakah di novel Serenada ceritanya berubah? Tentu tidak!

Pasca dijemput paksa oleh orang-orang suruhan ayahnya, Nino diamankan oleh keluarganya dan dikirim ke Amerika Serikat. Sebelumnya Nino sempat dicekoki narkoba, diisukan bermain perempuan, dan tentu saja tukang demo. Kondisi yang membuatnya akhirnya tidak bisa melawan terhadap orangtuanya. Setelah beberapa bulan di California, Nino pindah ke New York dan bertemu dengan seorang mahasiswa NYU asal Indonesia di sana. Tsar, nama mahasiswa itu yang kemudian menampung Nino di apartemennya. Nino belum bisa melupakan kawan-kawannya dan perjuangan mereka di Yogyakarta, terutama Nalia. Dia bahkan mengirimkan kartu pos kepada Nalia untuk menyatakan kerinduannya. Dia menuliskan alamat Tsar di kartu pos itu, dengan harapan Nalia akan membalasnya. Lama dia menantikan balasan yang tidak kunjung datang.

Sepanjang masa penantiannya, Nino tetap berusaha mencari tahu dan menghudupkan kembali kenangannya. Dia mencari cara bertahan hidup agar bisa kembali pulang ke Indonesia. Termasuk bermain tinju agar mendapatkan uang. Nino tidak lupa mencari tahu seperti apa perjuangan dan kondisi di Indonesia. Dia bahkan bertemu dengan salah satu Profesor cendekiawan asal Indonesia yang masih memiliki lingkaran pertemanan dengan pelaku politik di Indonesia. Ada beberapa kisah yang dia dengar, yang membuatnya kembali bertanya, apakah dia memang hanya mengetahui separuh kebenaran saja.

Kisah pasca reformasi 1998 yang dituturkan lewat perjalanan hidup Nino di US ini menjadi satu poin penting dari novel Serenada. Bagaimana seorang mahasiswa seperti Nino mendapatkan fakta bahwa perjuangannya dan rekan-rekan mahasiswa telah ditunggangi oleh pelaku politik yang ingin menggulingkan Suharto. Nino bahkan hampir putus asa, karena mengetahui dirinya hanyalah salah satu alat saja. Dan perasaan itu mencapai puncaknya saat dia mendapati bahwa dirinya tetap berada dalam pengawasan meski dia sudah berada di negara yang menjunjung kebebasan individual. Tidak heran jika surat Nino yang sampai ke Nalia tanpa alamat, sedangkan kartu pos yang dikirimkan Nino ke Nalia pun tak berbalas.

Saya berusaha memaklumi cetakan pertama dengan typo yang bertebaran, seperti halnya saat membaca Notasi cetakan pertama dulu. Tapi entah mengapa bagi saya, Serenada ini tidak seistimewa Notasi.


Serenada 
Morra Quatro
238 halaman
Gagas Media
Mei, 2024


#652 Mel, Melatiku

 


Amel adalah seorang atlet renang. Sejak kecil orang tuanya sudah mempersiapkan Amel agar bisa menjadi atlet, terutama Bundanya yang cukup ketat dalam mengatur jadwal latihan dan keseharian Amel. Amel sebenarnya menerima semua kondisinya itu, tapi ada kalanya dia merasa lelah dan bosan. Ketika Axel mendekati Amel, Amel mulai membuka diri. Bukan pertama kali sebenarnya Amel memiliki hubungan dekat dengan lelaki. Tantri, sahabat Amel tidak menyukai Axel. Karena menurut Tantri Axel bukan cowok baik-baik. Axel memang sering bolos, tapi Amel menganggap hal itu biasa saja.

Semakin hari Amel mulai menyadari hubungannya dengan Axel tidak mengarah ke hal yang baik. Amel memutuskan Axel. Ketika Amel mulai fokus dalam mempersiapkan diri menjelang PON, dia dikejutkan dengan beredarnya foto tak senonoh dirinya. Akibatnya sungguh fatal. Amel dikeluarkan dari sekolah dan juga tim PON. Amel menjadi depresi dengan segala pemberitaan tentang dirinya.

Tema kekerasan dalam berpacaran mungkin bukan hal baru di dunia novel remaja. Namun saya menyukai tokoh Amel di dalam novel ini. Dia jatuh, terpuruk, dan berusaha untuk bangkit. Selain itu konflik keluarga juga mewarnai kehidupan Amel. Memiliki bunda yang sangat menaruh harapan tinggi pada anak-anaknya menambah "kekacauan" dalam hidup Amel. Kehadiran Ega dan Serena dalam usaha Amel memulihkan jalan hidupnya digambarkan dengan baik. Meski ending-nya seperti dipercepat, namun saya suka dengan akhir yang ditawarkan penulis.

Mel, Melatiku
Ken Terate
384 halaman
Gramedia Pustaka Utama
February, 2024