Agni Manan, 19 tahun, adalah salah satu dari ribuan masyarakat yang termasuk dalam Pilar Muda dengan status golongan Perak. Golongan Perak memiliki genetik yang unggul, dan Pilar Muda merupakan binaan khusus dari pemerintah untuk menyiapkan Pilar Pancasila yang nantinya akan menjadi eksekutif di Indonesia. Dia kemudian menuliskan pengalaman kesehariannya dalam sebuah buku tulis yang dia beri nama Hitam. Buku ini didapatkannya dari penjual loak, dan sebenarnya termasuk dalam barang yang unik, langka sekaligus berbahaya. Pada tahun 2044, tidak ada lagi aktivitas komunikasi analog dengan menggunakan pulpen dan kertas. Semua sudah dalam bentuk digital dan diawasi oleh sebuah entitas yang bernama Dasamuka. Dasamuka adalah kecerdasan buatan pengawas saiber untuk menjamin keamanan dan stabilitas negara.
Republik Indonesia di tahun 2044 dipimpin oleh Presiden Ary0. Dia dibantu oleh Jenderal Pierre Lassut, pimpinan tertinggi Tentara Republik Indonesia, dan Menteri Pertama Wisesa. Ketiganya adalah Golongan Emas, golongan tertinggi dalam strata kependudukan Indonesia. Dengan menerapkan Demokrasi Kebijaksanaan, Presiden Aryo membawa Indonesia menjadi negara terkuat kedua di Asia secara ekonomi dan militer. Pada tahun 2044 tersebut, serangan teroris dari kekuatan lama kembali muncul memberikan ancaman akan keutuhan negara. Di saat yang sama, Agni menemukan berbagai kejanggalan yang membawanya menguak misteri kematian ayahnya dan juga misi menyelamatkan Indonesia.
WOW, CRAZY and CREEPY.
Kayaknya tiga kata ini yang menggambarkan perasaan dan pemikiran saya setelah membaca novel ini. Di awal membacanya, saya sempat berpikir...wah novel utopia nih... betapa bagusnya gambaran Indonesia di tahun 2044 dimana korupsi berhasil dihilangkan, rakyat hidup dengan makmur, beberapa negara tetangga (kembali) bersatu dengan Indonesia, dan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Meskipun kelompok penduduk dibagi dalam tiga golongan (Emas, Perak dan Perunggu), dan kepemimpinan presiden yang mutlak (tidak ada pemilihan umum dan wakil presiden). Momen penting 100 tahun kemerdekaan Indonesia di tahun 2045, menjadi salah satu latar belakang yang sangat mendukung dalam alur novel ini. Persiapan yang dilakukan oleh pemerintah masa itu begitu terarah, demi menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia. Tapi semakin ke belakang, malah berubah menjadi novel dystopia. Ketakutan dijadikan sebagai sumber kekuatan oleh pihak tertentu, dan mengorbankan banyak nyawa.
Ketika membaca sebuah novel thriller atau misteri, saya terbiasa menaruh curiga pada karakter yang digambarkan memiliki sifat yang baik. Saya sempat menaruh curiga pada karakter Enisa, seorang gadis Pilar Pancasila yang tangguh dan misterius, juga kepada Presiden Aryo, pemimpin dengan karisma luar biasa menjadi duo antagonis dalam novel ini. Namun tebakan saya tidak sepenuhnya benar, ada plot twist berlapis yang muncul satu demi satu, dan kemudian memberikan klimaks di halaman akhir novel ini.
Saya tahu novel ini hanyalah sebuah kisah fiksi fantasi. Tadinya saya malah berniat untuk menjual kembali novel ini setelah membacanya (saya biasa menjual kembali beberapa novel yang sudah saya baca daripada hanya tinggal berdebu di tumpukan buku). Tapi, akhir cerita ini membuat saya berpikir untuk menyimpan buku ini. Ada beberapa hal yang terdapat di buku ini yang bisa kita jumpai langsung di masa sekarang. Salah satunya adalah betapa mudahnya perpecahan dan kericuhan muncul karena perbedaan yang dibesar-besarkan. Ketakutan memang bisa menjadi pemantik pemersatu. Ketika kita diperhadapkan pada kondisi Pandemi Covid-19 yang menakutkan, masyarakat dan pemerintah bersama-sama bersatu mencari jalan keluarnya. Ketakutan pada virus sempat mengalihkan perhatian kita untuk bersatu melawan dampak dari virus tersebut. Yang kedua adalah mulai menjamurnya kecerdasan buatan. Meski tidak seekstrim gambaran Dasamuka di novel ini, tapi bisa jadi kecerdasan buatan akan menggantikan peran para eksekutif (sudah ada beritanya juga kan?). Dua puluh dua tahun lagi saya berharap bisa membandingkan secara langsung kondisi Indonesia saat itu dengan yang ada di buku ini. Dan untuk saat ini, saya rasa novel ini adalah salah satu novel yang wajib dibaca sebelum pemilihan presiden tahun depan. Kamu akan tahu mengapa, setelah membaca novel ini.
Hitam 2045
Henry Manampiring
564 halaman
Bukune, September 2022
Bukune, September 2022