~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#586 Walk On Memories



Proyek Revitalisasi Kota Tua adalah segalanya bagi Asha. Dia sangat menanti-nantikan momen ini. Ada yang ingin dia buktikan kepada seseorang lewat keikutsertaannya pada proyek ini. Tapi begitu tahu bahwa Aaron dipilih untuk menjadi partnernya dalam proyek ini, membuat kebahagiaan Asha sedikit pudar. Di sisi lain, Aaron juga tidak begitu senang dipasangkan dengan Asha dalam proyek besar ini. Perempuan angkuh dan arogan, yang pernah menggagalkan aksinya dengan gadis incaran di toilet tak terpakai itu, sangat sulit diajak kerjasama. Namun Ethan, atasan mereka memaksa mereka harus bersama-sama menggarap proyek tersebut.

Selama menggarap proyek, sedikit demi sedikit ketegangan antara Asha dan Aaron mulai mencair. Setidaknya mereka bisa mulai sejalan mengeluarkan ide dan kerja keras mereka, sehingga proyek itu diterima dengan baik oleh atasan mereka. Kedekatan mereka membuat Aaron mulai melihat Asha dari sudut pandang berbeda, dan tanpa sadar dia mulai menyukai gadis itu. Masalahnya Asha menyukai Salman, seorang arsitek dari kantor saingan mereka, yang juga ikut dalam tender proyek yang sama. Aaron jadi cemburu, karena obsesi Asha terhadap Salman.

Asha sudah lama mencintai Salman. Dia bahkan mengikuti semua perkembangan tentang Salman, baik karir maupun kehidupan pribadinya. Semua tentang Salman menarik perhatian Asha. Padahal awalnya dia mencari pria itu hanya karena ingin mengetahui tentang orang yang telah menyakiti hati ibunya. Rasa cintanya pada Salman begitu besar sekaligus salah.

Novel ini menjadi novel kedua dari penulis yang saya baca. Pada bagian kata pengantar, penulis menyebutkan bahwa tantangan menuliskan "novel dewasa" merupakan hal yang baru dan berusaha dijawabnya lewat novel ini. Saya rasa penulis berhasil. Karakter Aaron yang player, dan interaksi antara Aaron dan Asha lumayan merepresentasikan tantangan tersebut. Porsinya pas dan tidak berlebihan. Soal unsur arsitektur dalam novel ini rasanya sudah jadi makanan sehari-hari buat penulis yang memang memiliki latar belakang pendidikan dari Teknik Arsitektur.

Saya suka dengan pilihan judul Walk On Memories, yang sangat menggambarkan tentang kehidupan Asha. Frase yang sama juga digunakan oleh penulis sebagai tema desain yang diangkat oleh Asha dan Aaron dalam Proyek Revitalisasi Kota Tua yang mereka garap. Saya suka dengan detail arsitekturnya yang membuat saya tertarik ingin mencari tahu lebih banyak. Nice metropop. 

#585 Vio: Don't Mess Up


Vio adalah siswi yang bermasalah. Sering bolos, suka ngutang gorengan di kantin, dan nilai-nilainya dibawah nilai rata-rata. Akhirnya Kepala Sekolah turun tangan, mencarikan mentor untuk Vio. Joshua alias Jo dipilih sebagai mentor. Terpaksa Vio harus berhadapan dengan Jo si kaku yang seperti robot.

Sebenarnya Jo punya alasan berlaku seperti anak nakal. Mama meninggalkannya saat dia berusia sembilan tahun. Dua tahun kemudian Papanya menikah lagi dengan seorang wanita yang harus dipanggilnya sebagai Bunda. Lalu, abangnya Cello harus pergi melanjutkan studi ke Belanda. Vio berpikir jika dia menjadi anak nakal, Mama akan kembali datang kepadanya.

Pertemuan Vio dengan Jo lambat laun membuat diri Vio berubah. Setidaknya nilai-nilainya menjadi lebih baik. Vio bahkan mulai menantikan saat-saat belajar bersama dengan Jo. Di lain sisi, Jo juga terbebani dengan masa lalunya. Vio mirip sekali dengan Re, seorang perempuan yang membuatnya harus menjadi kaku dan menjaga jarak dari teman-temannya. Berada di dekat Vio membuat Jo harus mengorek kembali luka lamanya.

Saya memasukkan novel teenlit ini dalam daftar bacaan saya karena nama Vio yang mirip dengan nama sepupu saya. Dan ketika melihat novel ini adalah debutan dari Shania Kurniawan, cocok sekali untuk dibaca untuk Tantangan Baca Goodreads bulan ini. 

Konflik yang diangkat sebenarnya bukan hal yang baru, tapi cara penulis menceritakannya dari sudut pandang orang ketiga melalui Vio dan Jo membuat saya bisa memahami kegundahan hati keduanya. Saya tadinya berharap Rio, saudara tiri Vio akan membawa kejutan, minimal soal cinta terlarang atau apalah. 

Kesimpulan saya, sebagai karya pertama novel ini mendapatkan apresiasi dari saya karena cerita yang mengalir dan enak dibaca. Kekuatan karakter kedua tokoh utama adalah nilai plus dari novel ini. Semoga dalam waktu tidak lama, penulis akan mengeluarkan karya terbarunya ya.

Vio: Don't Mess Up
Shania Kurniawan
256 halaman
Gramedia Pustaka Utama
April, 2019