~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#618 Gadis Minimarket




Keiko Furukura, seorang perempuan berusia 36 tahun, telah menghabiskan separuh hidupnya menjadi pekerja paruh waktu di minimarket. Meskipun masih memiliki kedua orang tua, Keiko tinggal sendirian di sebuah apartemen tua. Adik perempuannya telah menikah dan mempunyai seorang anak.

Rupanya kehidupan yang dijalani oleh Keiko dianggap "tidak normal". Seorang wanita lajang dengan pekerjaan paruh waktu cukup lama. Meskipun demikian, Keiko menikmati hidupnya serta rutinitas yang harus dijalaninya. Dia bahkan tidak mempermasalahkan jika setiap hari dia hanya memakan nasi dan rebusan sayur, atau makanan yang akan kadaluarsa di minimarket. Keiko mulai "terusik" ketika bertemu teman-temannya, dan juga "berurusan" dengan Shiraha, yang mulai menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap kehidupan normal.

Saat membaca buku ini, saya membayangkan karyawan minimarket yang menjamur di Indonesia dan sepertinya di sini pekerjaan seperti itu bukanlah pekerjaan paruh waktu. Mungkin ada yang menganggapnya seperti itu. Tapi seperti Keiko yang begitu berdedikasi dan mencintai pekerjaannya, menurut saya normal saja jika Keiko bertahan dengan pekerjaannya. Apalagi saat ini mencari pekerjaan kan sulit. Keiko sepertinya melihat semuanya dalam pandangan sederhana dan simpel. Seperti misalnya menghentikan perkelahian antara dua anak laki-laki dengan mengalihkan perhatian mereka.

Novel ini cukup ringkas tapi padat, dengan antiklimaks yang tiba-tiba. Standar sosial yang menjadi benang merah dalam novel ini relevan dengan situasi di Indonesia, dimana jika ada wanita menikmati kehidupan berkarir daripada memulai kehidupan berkeluarga di usia kepala tiga akan dicap tidak normal. Novel ini menunjukkan bahwa kehidupan yang dijalani penuh cinta seperti Keiko akan membuatnya bahagia. Tidak peduli dengan suara-suara di luar sana

Gadis Minimarket - Convienence Store Woman
Sayaka Murata
160 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Juli, 2020