Judul Buku : Saving Francesca (Tolong Aku Dong!)
Penulis : Melina Marchetta
Halaman : 296
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Francesca Spinelli, 16 tahun, terpaksa harus bersekolah di St. Sebastian's, sekolah yang didominasi oleh siswa cowok. Tadinya sekolah itu memang sekolah khusus cowok, yang kemudian menerima siswa cewek kelas 11 untuk pertama kalinya. Francesca adalah salah satu dari tiga puluh cewek yang diterima disekolah itu. Sebenarnya Francesca ingin bersekolah di tempat lain, tetapi Mia, ibunya, menghendaki Francesca untuk berada di sekolah campuran. Dia nyaris tidak punya teman. Hanya ada 3 orang yang berasal dari St. Stella's yang juga bersekolah di St. Sebastian's. Mereka adalah Justine Kalinsky, cewek pemalu; Siobhan Sullivan, gadis liar; dan Tara Finke, sang feminis. Mungkin Francesca terpaksa bergaul dengan ketiganya.
Masalah Francesca bukan hanya itu saja. Suatu hari, ibunya tidak bangun dari tempat tidur seperti biasanya. Tidak seruan penyemangat. Tidak ada musik kesenangan ibunya. Menurut ayahnya, ibunya tidak sakit, dia hanya ingin beristirahat. Namun hal ini berlangsung berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan. Francesca tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya. Luca, adiknya mengatakan ibunya menderita nervous breakdown. Kondisi rumah yang semakin kacau membuat Francesca merasa kehilangan arah. Apalagi ketika Nonna mulai mengambil alih. Luca harus tinggal dengan bibinya, sementara Francesca tinggal dengan nenek dari ayahnya. Kali ini bukan hanya ibunya yang membutuhkan pertolongan, tetapi Francesca juga.
Kasus-kasus depresi akhir-akhir ini sering muncul di media sosial. Belum banyak orang yang aware tentang hal ini. Kasus yang dialami oleh Mia Spinelli, misalnya. Dia tidak ingin bangun dari tempat tidurnya, tidak ingin makan, hanya berdiam diri dengan tatapan yang seringkali kosong. Mia bukan lagi sosok yang dikenal oleh anak-anaknya. Seringkali penderita depresi dianggap hanya bermalas-malasan, bahwa depresi ini hanyalah semacam periode yang nantinya akan berlalu dengan sendirinya. Padahal sebenarnya bukan hanya orang yang mengalami depresi saja yang menderita, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Inilah yang dialami Francesca, remaja yang sebenarnya masih berada dalam proses pencarian jati diri. Yang membutuhkan semangat, arahan, dan dorongan dari orang tuanya. Kondisi ini membuat Francesca berpikir dia harus melakukan sesuatu.
Ketika saya melakukan riset untuk mengulas novel Looking For Alibrandi, saya menemukan sebuah situs yang memuat wawancara dengan Melina Marchetta, penulis kedua novel best seller ini. Saving Francesca terbit kurang lebih 10 tahun setelah Looking For Alibrandi. Meskipun Marchetta menegaskan bahwa tidak akan ada sekuel untul LFA, dia mengakui menggunakan karakter Josephine Alibrandi untuk Mia Francesca. Baik Mia maupun Josie adalah sosok yang memiliki gambaran jelas tentang masa depannya, terarah, dan teratur. Dan yang saya dapatkan adalah bahkan seseorang dengan karakter kuat seperti Mia bisa jatuh terpuruk dalam rasa kegagalan. Saya menaruh simpati lebih pada karakter Mia, saya pribadi merasa terhubung dengannya. Terutama ketika dia akhirnya mengungkapkan apa yang dirasakannya pada Francesca, saya sampai menangis berurai air mata.
Saving Francesca bukan hanya sebuah kisah suram tentang depresi semata. Ada persahabatan dan juga romansa. Francesca jatuh cinta pada seniornya, Will Trombal. Tapi Will punya pacar. Tapi Will mencium Francesca dua kali. Sebutan apa yang pantas diberikan pada cowok yang mencium cewek lain sementara dia punya pacar? Kemudian ada Thomas Mackee dan Jimmy Hailer yang kelihatannya hanya ingin mengganggu Francesca dan para gadis lainnya, namun kemudian mereka juga berperan penting dalam menyelesaikan masalah Francesca. Adegan favorit saya adalah saat Francesca mengusir hantu di lokasi retreat.
Seperti LFA, novel ini juga sudah pernah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2006. Novel ini juga memenangkan banyak penghargaan literasi dan diadaptasi menjadi film. Dan sekarang diterbitkan ulang oleh GPU, dengan cover yang lebih eye catching dan minim typo. Pada akhirnya saya ingin berterima kasih pada Melina Marchetta karena telah menulis novel ini. Saya merekomendasikan novel ini untuk dibaca, dikoleksi dan kemudian diwariskan pada anak-anakmu.