~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#607 Kekasihku


Tanggal 28 April merupakan Hari Puisi Nasional. Tanggal yang sama dengan wafatnya seorang penyair kenamaan Indonesia, Chairil Anwar. Beliau disebut-sebut sebagai perintis puisi kesustraan Indonesia, khususnya di Angkatan 45. Puisi-puisinya dianggap memmberikan semangat perlawanan dan kemerdekaan.

Saat ini ada begitu banyak penyair dengan gaya dan warna berbeda. Salah satunya adalah Joko Pinurbo. Penyair kelahiran Sukabumi namun bermukin di Yogyakarta ini telah memperoleh banyak penghargaan dan melahirkan beberapa buku puisi. Kekasihku adalah buku kumpulan puisinya yang ke-5, diterbitkan di tahun 2004. 

Jokpin (sebutan singkat untuk Joko Pinurbo) dikenal dengan puisi bertema celana. Tidak heran, karena itulah judul buku puisi pertama yang diterbitkannya di tahun 1999. Dalam buku ini ada beberapa puisi yang juga bertema celana, seperti "Celana Tidur" dan "Satu Celana Berdua". Nuansa yang kental lainnya adalah tentang hubungan antara Ibu dan Anak. Seperti yang termuat dalam puiai "Ranjang Ibu", "Telepon Tengah Malam", "Dua Orang Peronda", dan "Ibuku".

Ibu suka membacakan buku untuk mengantar tidurku. 
Aku terbuai mendengarkan ibu dan buku, mendengarkan ibuku,
sambil membayangkan dan bertanya ini itu.
Pada saatnya beta harus meninggalkan bunda sebab tak bisa selamanya menyusu pada ibu. 
Aku harus mencari susu baru.
S ambil menahan airmata, ibu memeluk dan menciumku: 
Pergilah. Terbanglah. Aku pun terbang bersayapkan buku
ke antah-berantah yang bagiku sendiri masih entah.
(Ibuku, 2003)

Selain puisi "Ibuku" di atas, saya juga suka dengan satu puisi berjudul "Dengan Kata Lain". Puisi ini berkisah tentang seorang pemuda yang pulang kampung dan bertemu dengan guru Sejarah-nya yang kini menjadi tukang ojek. Saat ingin membayar jasa ojeknya, guru itu pergi begitu saja. 

Tak ada angin tak ada hujan, Ayah tiba-tiba 
bangkit berdiri dan berseru padaku: "Dengan kata lain,
kamu tak akan pernah bisa membayar gurumu."
(Dengan Kata Lain, 2004)

Pertama kali saya berkenalan dengan pusi Joko Pinurbo adalah lewat Buku Latihan Tidur. Sejak itu, saya berupaya membaca puisi-puisi beliau yang lain. Saya jatuh cinta dengan kata-kata yang terangkai indah dan bermakan dalam. Kadang bisa dipahami hanya dengan membaca sekilas, namun ada juga yang perlu dibaca berulang agar bisa diserap. Untungnya ada Gramedia Digital yang menyimpan beberapa buku kumpulan puisi beliau.

Kalau kamu, siapa penyair favoritmu?

Kekasihku
Joko Pinurbo
62 halaman
Kepustakaan Populer Gramedia
Juli, 2004

#606 The Case We Met



Redita Harris adalah seorang pengacara yang mengawali karirnya di New York. Dia mengikuti jejak ayah dan kakaknya berkarir di bidang hukum. Kebanyakan klien Dita adalah para wanita dan lansia dengan kasus hukum terkait malapraktik dokter. Kali ini dia ingin membalas budi seorang dokter yang dituntut dengan tuduhan malapraktik. Orang itu tidak lain adalah Nathan, sahabat kakaknya.

Dita sudah lama mengenal Nathan. Sewaktu SMA, Nathan adalah seniornya yang sering terlibat tawuran. Dita takut pada Nathan karena beberapa kali menerima bentakan dari pria itu. Tapi Nathan sudah menolongnya saat pingsan di New York. Lagipula, Dita cukup berpengalaman dengan kasus di bidang kedokteran.

Nathan yang adalah dokter spesialis anastesi, dituduh dengan sengaja melalaikan prosedur pembiusan sehingga mengakibatkan kematian seorang pasien. Istri pasien tersebut menuntut Nathan hingga ke pengadilan. Sebenarnya Nathan menghendaki Rehan, sahabatnya untuk menjadi pengacaranya. Dia tidak mau Dita terlibat. Nathan merasa sulit bersikap pada gadis yang dicintainya dalam diam selama bertahun-tahun. Tapi Dita memaksa, akhirnya Nathan pun menerima. Mungkin ini adalah kesempatan bagi Nathan untuk bisa kembali dekat dengan adik sahabatnya itu.

Novel ini adalah debut penulis di lini metropop, sekaligus karya pertama beliau yang saya baca. Kalau sebelumnya karya beliau sepertinya di kental dengan nuansa ke-Korea-an, kali ini penulis mengambil kota Yogyakarta sebagai latar belakang dengan kisah bernuansa hukum, kedokteran dan islami. Background penulis yang juga seorang dokter, membuat beberapa istilah dan prosedur kedokteran bisa dengan fasih diceritakan. Yang membuka wawasan baru bagi saya adalah bahwa prosedur anastesi yang biasanya "terlihat" sederhana membutuhkan persiapan dan prosedur rumit.

Sebagian besar cerita dalam novel ini adalah tentang persidangan Nathan. Penulis juga mampu menyajikan jalannya persidangan sehingga pembaca seakan-akan bisa hadir di persidangan itu. Dan yang menambah nilai plus novel ini adalah nuansa islami yang hadir, hal yang jarang dijumpai dalam novel metropop.

Overall, saya suka dengan novel ini. Kira-kira akankah ada sekuel menceritakan tentang Rehan dan Ratu? Sepertinya ada sesuatu di antara mereka ;)

The Case We Met
Flazia
444 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Maret, 2020