~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

Manfaat Gadget Untuk Anak


Semoga yang baca judulnya ini nggak langsung mencak-mencak ya...hehe. Tenang Bun, Yah... dibaca dulu sampai habis tulisannya. 

Jadi begini... semenjak saya ketagihan baca buku digital di handphone, hampir setiap malam saya akan menyempatkan diri membaca buku. Tentunya setelah anak saya tidur. Suatu malam, anak saya nggak bisa mau tidur meski sudah dikelonin. Huhu..kapan saya baca buku nih, pikir saya. Sampai akhirnya saya buka aplikasi Gramedia Digital di dalam handphone saya dan mencari buku anak bertema binatang. Lalu saya bacakan bukunya, dan akhirnya dia tertidur. Yah...resikonya, sampai sekarang tiap mau tidur harus dibacakan cerita dulu deh.

Lantas apa manfaatnya? Membacakan cerita untuk anak itu penting sekali, terutama sebelum anak tidur. Biasanya saat mau tidur anak dalam keadaan rileks, dan cerita yang didengarkan lebih mudah masuk dan tertanam dalam pikirannya. Imajinasi anak juga akan berkembang. Otaknya terstimulasi untuk menambah kosakata dan pengetahuan baru. Plus akan ada bonding antara orang tua dan anak yang dinantikan oleh anak setiap hari.

Awalnya, saya hanya sekadar membacakan cerita untuk anak saya. Selain dongeng binatang, saya juga kadang membacakan ensiklopedia cilik. Anak saya (4 tahun) dulunya malas sekali diminta belajar menggambar atau mewarnai. Sampai suatu hari, kami dikejutkan saat dia membawa selembar kertas bergambar tata surya yang dibuatnya. Lalu dia mulai menjelaskan nama-nama planetnya, dan bagaimana planet itu beredar mengelilingi matahari. Saya lantas bertanya, apakah dia mempelajarinya di sekolah? "Tidak....ini yang mama ceritakan kemarin itu", jawabnya. Ternyata saat saya membacakan ensiklopedia tentang tata surya, dia menyimak dengan baik. Kebetulan? Nggak juga. Di lain waktu dia menceritakan kembali salah satu dongeng lengkap dengan petuahnya.

Saya sangat bersyukur dengan paket premium dari Gramedia Digital, saya bisa membacakan banyak cerita untuk anak saya. Sekarang ada Kids Premium Package di Gramedia Digital, hanya dengan membayar Rp45.000 sebulan, kita sudah bisa mengakses ratusan buku anak terbitan Kompas Gramedia grup. Ketimbang beli bukunya, buku anak kan lumayan ya harganya. 

So... siapa bilang gadget gak bermanfaat untuk anak? Asalkan orang tua bijaksana dalam menerapkan pemakaian gadget, diambil manfaat positifnya ya.

gambar diambil dari sini

#556 Ke Mana Kau Pergi, Bernadette?


Bee menagih janji kedua orang tuanya, jika dia mendapatkan nilai sempurna di sekolah maka dia bisa meminta apa saja. Kali ini Bee meminta berlibur ke Antartika. Bernadette, ibunya, yang memiliki ketakutan bertemu dengan orang banyak apalagi meninggalkan rumah mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Dia menggunakan jasa asisten virtual dari India yang selama ini sudah membantunya mengurus segala sesuatu. Ayahnya, Elgie, seorang penemu yang bekerja di Microsoft juga mengatur segala sesuatu di kantornya agar bisa mengambil cuti panjang.

Fokus dalam novel ini memang pada Bernadette. Dahulu, sebelum Bee lahir, Bernadette adalah seorang arsitektur yang cerdas dan piawai di LA. Dia bahkan mendapatkan penghargaan besar atas salah satu hasil karyanya. Namun perseteruan dengan salah seorang tetangganya membuatnya akhirnya mengundurkan diri dari dunia kerjanya, memilih untuk mengikuti suaminya pindah ke Seattle. Terutama setelah Bee lahir dengan kelainan jantung, Bernadette mencurahkan hidupnya hanya untuk Bee. Beruntunglah Bee tumbuh menjadi gadis yang pintar dan cerdas.

Namun "keanehan" Bernadette karena dianggap tidak mau bergabung dalam komunitas membuatnya mendapat sorotan dari Ibu-Ibu siswa di Galer Street. Salah seorang Ibu yang juga tetangga Bernadette , Audrey Griffin, menjadi orang yang paling tidak menyukai Bernadette. Dia menyebarkan kabar bahwa Bernadette melindas kakinya dan puncaknya ketika Audrey meminta Bernadette membabat semak-semak di rumahnya yang berujung pada longsor yang menimpa rumah Audrey.

Hingga akhirnya, Elgie pun mulai merasakan keanehan Bernadette. Satu demi satu fakta tentang Bernadette ditemukan oleh Elgie hingga akhirnya suaminya memutuskan untuk memasukkan Bernadette ke sebuah rumah sakit jiwa. Namun saat intervensi dilakukan, Bernadette menghilang dari rumah.

Dari semua tokoh yang muncul, saya bisa relate dengan Bernadette. Soalnya sedikit banyak saya seperti Bernadette yang enggan berinteraksi dengan setiap orang yang saya jumpai. Saya bisa merasakan kegelisahan Bernadette, saat dia harus meninggalkan karirnya meski terkadang pikiran-pikiran untuk memperbaiki dan merancang sesuatu kembali muncul dalam pikiran Bernadette. Ketika Bernadette menghilang, entah kenapa saya setuju dengan tindakannya. Dia memang perlu untuk mengambil jarak dari semua orang yang dikenalnya, bahkan keluarganya sendiri, untuk mengenal dirinya kembali.

Penyajian novel ini menarik. Terdiri atas potongan-potongan surat dan email ditambah narasi dari Bee. Ternyata isi buku ini adalah catatan Bee. Penulis membuat pembaca harus kreatif mengimajinasikan arah jalan ceritanya. Yang saya sayangkan dari novel ini adalah karakter antagonis Audrey yang awalnya terlihat sangat kejam, namun akhirnya membuat kejutan menjelang akhir cerita. Saya kok pengennya dia tetap kejam ya? Hehe... Juga terjemahannya yang membuat bagian awal buku ini sedikit membosankan. Tetapi begitu sampai di bagian Bernadette menghilang, langsung saya selesaikan dalam semalam.

Saya membaca buku ini demi menyelesaikan Tantangan Baca Goodreads Indonesia di bulan Februari dengan tema buku yang menjadi film tahun 2019. Saya sungguh penasaran dengan filmnya. Coba deh lihat trailernya ini.


Ke Mana Kau Pergi, Bernadette?
Maria Semple
408 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Oktober 2015



#555 Perempuan Bersampur Merah


Kasus santet di Banyuwangi pada tahun 1998 tidak bisa dilepaskan dari sejarah kelam bangsa ini. Dalam kurun waktu Februari hingga September 1998, terjadi pembunuhan terhadap orang yang diduga melakukan ilmu hitam atau santet. Salah satu yang menjadi sasaran adalah Suku Using yang menjadi penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Banyuwangi. 

Kejadian inilah yang menjadi latar belakang dalam novel Perempuan Bersampur Merah. Adalah Ayu atau Sari yang mencari informasi tentang orang-orang yang membunuh bapaknya. Bapaknya Ayu sebenarnya seorang dukun suwuk (penyembuh). Entah kabar darimana yang berhembus hingga akhirnya ada ninja dan beberapa warga yang kemudian menjadikan Bapaknya Ayu menjadi salah satu korban. 

Ayu yang di kemudian hari berganti nama menjadi Sari, mengingat dengan jelas peristiwa pembunuhan ayahnya. Dia bahkan menuliskan beberapa nama yang dikenalnya di selembar kertas. Ayu mengajak Ahmad dan Rama, sahabatnya, untuk menyelediki orang-orang tersebut. Namun kemudian Rama mengundurkan diri dengan alasan ingin fokus pada ujian sekolah. Belakangan Ayu dan Ahmad tahu kalau Rama dimarahin ayahnya bergaul dengan Ayu. 

Penelusuran Sari membawanya bertemu dengan Mak Rebyak.  Supaya bisa mengorek informasi, dia menjadi murid tari Mak Rebyak. Di sana dia berkenalan dengan Mbak Nena yang kemudian memberikan sampur berwarna merah untuknya. Sari sadar, kemampuan ekonomi ibunya hanya bisa menyekolahkannya sampai SMA. Mungkin menari bisa menjadi pilihan hidup selanjutnya.

Kentalnya budaya Banyuwangi dalam novel ini menjadi nilai tambah, selain konflik pembunuhan dukun santet di tahun 1998. Novel ini sendiri disajikan dengan alur campuran, dimana setiap bab-nya diberikan keterangan tahun kejadian. Dan tahun ini juga melompat-lompat tidak beraturan. Pembaca harus jeli mengikuti urutan kejadian. 

Sebenarnya ada banyak ruang yang terasa tidak terbahas tuntas. Misalnya tentang pengalaman menari Sari. Tidak diceritakan dengan jelas nasib Sari sebagai penari setelah menerima sampur merah yang dianggap punya "isi" itu. Sekilas hanya digambarkan Sari mengikuti beberapa lomba menari dan mengisi pentas seni di beberapa acara. Padahal sempur merah menjadi judul novel ini. Di sampulnya (yang didesain dengan bagus oleh @Sukutangan) juga menggambarkan seorang perempuan dalam belitan sampur, yang membuat saya berpikir ada yang istimewa dengan kisah sampur merah ini.

Novel ini juga dilengkapi dengan romansa antara Sari-Ahmad-Rama. Sari menyimpan rasa sukanya pada Rama, tapi Sari tahu orangtua Rama tidak menyukainya. Sementara Ahmad juga sebenarnya menyukai Sari. Namun jangan berharap ada romansa yang menggebu-gebu atau penuh intrik. Harus saya bilang bagian romansanya terasa datar hingga akhir.

Novel ini adalah karya perdana dari Andaru Intan yang saya baca, namun sebenarnya sudah ada beberapa novel yang dituliskan oleh Intan sebelumnya, misalnya 33 Senja di Halmahera yang juga mengangkat tema budaya. Boleh dicoba deh kapan-kapan.

Perempuan Bersampur Merah
Andaru Intan
216 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Januari 2019



#554 American Panda



Hidup Mei sudah direncanakan dengan baik oleh kedua orang tuanya. Pada usia 17 tahun, dia sudah lulus SMA dan mengambil pra-kedokteran di MIT. Mei akan menempuh pendidikan sebaik-baiknya, menjadi dokter dan menikah dengan seorang pemuda asal Taiwan dan memiliki anak. Intinya, Mei adalah harapan besar keluarganya.

Tentu saja, Mei tidak bisa menolak. Setelah kakaknya, Xing mengecewakan keluarga dan diusir oleh ayahnya, Mei adalah tumpuan harapan. Masalahnya Mei fobia dengan kuman, tidak menyukai pelajaran Biologi, memilih menari sebagai pelariannya, dan jatuh cinta pada seorang pemuda Jepang. Semua itu dirahasiakannya dari ayah dan ibunya.

Membaca kisah Mei yang hidup di bawah tekanan orang tuanya mengingatkan saya pada buku non fiksi Battle Hymn of the Tiger Mother karya Amy Chua. Seperti Amy Chua, keluarga Mei juga berasal dari China daratan dan bermigrasi ke Amerika untuk hidup yang lebih baik. MIT (Massachusset Institute of Technology) menjadi kiblat pendidikan, dan nilai B+ tidak masuk dalam hitungan. Mei harus menjadi yang terbaik. Keinginan pribadi Mei tidak penting, bahkan diabaikan. Mei harus menuruti budaya China yang mengalir dalam darahnya, meski dia besar di lingkungan Amerika. Mei hidup dalam pergumulan setiap harinya, 

Mei mungkin mewakili sebagian anak-anak yang hidup dalam impian orang tuanya. Syukurlah saya tidak seperti itu (meski sepertinya orang tua saya dulunya menanamkan dalam benak saya ilmu eksakta itu lebih bagus daripada ilmu sosial, dan keluarga besar saya menganggap dokter adalah profesi paling baik). Saat Mei mencoba mendengar kata hatinya dan menemui Xing, Mei melihat bahwa dia punya pilihan lainnya. 

Novel ini merupakan debut dari Gloria Chao, seorang penulis yang juga adalah dokter gigi lulusan dari MIT. Sebagian isi novel ini merupakan pengalaman hidup penulis. Novel ini menjadi nominasi dalam penghargaan Best Fiction for Young Adult dari Young Adult Library Service Association (YALSA). Dan, hey... mungkin bisa menjadi salah satu pilihan bacaan merayakan tahun baru Imlek. 

American Panda
Gloria Chao
360 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Januari 2019