~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#97 Mehrunnisa : The Twentieth Wife


Judul Buku : Mehrunnisa, The Twentieth Wife
Penulis : Indu Sundaresan
Halaman : 551
Penerbit : Hikmah 

Salah satu tema buku yang dipilih untuk baca bareng BBI bulan Juli ini adalah historical fiction. Dan saya memilih buku berjudul Mehrunnisa, the Twentieth Wife ini.  Buku ini menceritakan tentang seorang gadis jelata yang membuat Sultan Jahangir,  penguasa Kerajaan Mughal India pada tahun 1600-an. Mendengar tentang Mughal India, mungkin akan mengingatkan kita pada salah satu bangunan megah warisan dunia, Taj Mahal, yang dibangun oleh Shah Jahan untuk mengenang istrinya Mumtaz Mahal. Mumtaz Mahal sendiri adalah keponakan dari Mehrunnisa, sedangkan Shah Jahan adalah putra dari Sultan Jahangir.

Kisah ini diawali dengan pengusiran Ghias Beg dan keluarganya dari tanah Persia. Ghias Beg sendiri adalah seorang putra bangsawan Persia yang diusir dari kampung halamannya karena utangnya yang bertumpuk. Dalam perjalanannya menuju ke India, mereka melewati gurun pasir yang dikenal dengan perompaknya. Tentu saja mereka pun tak terhindar dari para perompak.  Harta bawaan mereka yang hanya sedikit habis. Asmat, istri Ghias Beg yang hamil besar terpaksa harus melahirkan di dalam sebuah tenda di tengah badai gurun. Bahkan Ghias Beg tak mampu membayar jasa bidan yang menolong istrinya. Melengkapi "kesialan"-nya, anak yang dilahirkan istrinya adalah seorang bayi perempuan.

Merasa tak sanggup menghidupi satu anak lagi (di samping 2 putra dan 1 putri yang sudah ada), Ghias bermaksud membuang Mehrunnisa, bayi perempuan cantik yang baru saja dilahirkan istrinya. Untungnya Mehrunnisa ditemukan oleh seorang bangsawan bernama Malik Masud. Malik Masud mengetahui bahwa bayi mungil itu adalah anak dari Ghias, dipulangkannya bayi itu pada Ghias dengan berkata, "Rawatkanlah anak ini untukku. Segala biaya perawatannya akan kutanggung". Bukan hanya itu saja, Malik Masud memperkenalkan Ghias pada Sultan Akbar, penguasa kerajaan Mughal India. Ghias diberikan harta dan menjadi orang kepercayaan Sultan. Seketika Mehrunnisa bukan lagi "kesialan" untuk keluarganya, melainkan sebuah keberuntungan.

Mehrunnisa sendiri tumbuh dan besar dalam budaya India, meskipun dia tetap tidak melupakan darah Persia dalam dirinya. Karena keluarganya menjadi orang kepercayaan Sultan, Mehrunnisa kemudian menjadi gadis kesayangan Ruqayya, istri Sultan. Ketika Sultan Akbar hendak menikahkan anaknya, Pangeran Salim, Mehrunnisa hadir dan menyaksikan acara besar itu. Di saat itulah, di usianya yang baru berumur 8 tahun, Mehrunnisa mulai menyukai Pangeran Salim. Hingga delapan tahun kemudian, ketika Mehrunnisa tumbuh menjadi gadis cantik, cinta sejatinya hanya untuk Pangeran Salim.

Cintanya bukan tidak bersambut. Suatu ketika Pangeran Salim bersama istrinya datang mengunjungi ibunya, Ruqayya. Di situlah Pangeran Salim terpesona dengan kecantikan Mehrunnisa. Sayangnya Mehrunnisa telah dijodohkan dengan Ali Quli, seorang prajurit Persia, atas perintah Sultan Akbar. Cinta itu tertangguhkan, tapi tetap ada di hati keduanya. Belasan tahun kemudian, cinta itu akhirnya bersatu dengan diangkatnya Mehrunnisa menjadi istri ke-20 dari Sultan Jahangir dan diberi gelar Nur Jahan yang berarti sinar dunia.

Buku ini sendiri tidak hanya menceritakan soal Menhrunnisa dan cintanya. Sebagian besar buku ini justru bercerita tentang konflik dalam keluarga kerajaan, antara lain: pemberontakan Pangeran Salim atas Sultan Akbar, pemberontakan Pangeran Khusrau atas Sultan Jahangir, dan perebutan kekuasaan di dalam harem istana antara Ruqayya dan Jagat Gosini (istri Pangeran Salim). Tapi yang menarik dari kisah Mehrunnisa adalah bagaimana dia dengan caranya sendiri berusaha menjadi Ratu dan istri dari Sultan Jahangir. Ambisi Mehrunnisa menjadi ratu mengingatkan saya pada Nefertiti, ratu Mesir. Tapi berbeda dengan Nefertiti yang diberkahi dengan banyak anak. Mehrunnisa harus mengalami keguguran dua kali sebelum mendapatkan seorang putri. Tiga belas tahun pernikahannya dengan Ali Quli tanpa seorang anak membuatnya diremehkan oleh suaminya. Ketika putrinya lahir pun tuduhan sial masih diarahkan padanya.

Nyaris tanpa typo dan merasa mendapatkan pelajaran baru mengenai sejarah India, saya memberikan bintang tiga pada buku ini. Novel Mehrunnisa ini sendiri mendapatkan penghargaan Washington State Book Award di tahun 2003.  Kisah Mehrunnisa tidak selesai di buku ini, masih ada kelanjutannya di sekuelnya Nur Jahan, the Queen of Mughal. Di buku keduanya ini barulah diceritakan mengenai kekuasaan Mehrunnisa atas Mughal India. Ini juga yang menjadi alasan kenapa tadi hanya ngasih bintang tiga, yah karena ternyata ceritanya nggak selesai di buku ini. Bahkan kalau lihat di goodreads, buku ini masuk dalam rangkaian Taj Trilogy. Artinya masih ada dua buku lagi kan? :)



PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012


Friday's Recommendation #3


Hai... Jumat ini saya tidak akan merekomendasikan satu buku untuk diterjemahkan, tapi satu buku yang paling saya suka baca minggu ini. Dan bukunya adalah...


Pria Sempurna - Linda Howard

Apa syarat-syarat pria sempurna? Itulah topik yang asyik dibahas Jaine Bright dan ketiga sahabatnya suatu malam di restoran favorit mereka: Mr. Perfect. Haruskah jangkung, tampan, penuh perhatian, dan hangat--atau hanya berotot? Mereka menulis daftar itu, hingga ke syarat-syarat yang hanya olok-olok dan sindiran.

Di luar harapan mereka, daftar itu bocor dan beredar ke seluruh perusahaan tempat mereka bekerja--melalui nesletter dan e-mail, juga merembet ke luar dan menarik perhatian media massa setempat.

Lalu lelucon antarteman itu berubah menjadi serius ketika salah satu dari mereka terbunuh. Jaine terpaksa mengandalkan bantuan tetangga barunya, detektif polisi yang semula diduganya pemabuk dan pengangguran. Ia harus mengungkap siapa pembunuh itu demi keselamatan sahabat-sahabatnya dan dirinya sendiri


Ini buku kedua Linda Howard yang saya baca. Selama baca buku ini saya sering ketawa sendiri. Padahal genrenya romance thriller lho... Masalahnya tokoh utamanya, Jane Bright itu cerdas mulutnya. Pas berhadapan dengan detektif Sam Donovan dialognya lucu banget, tapi berbobot juga. Trus *ehm* ada adegan kipasnya juga :D Novel-nya Linda Howard memang paket lengkap deh...

Ohya, yang mau ikutan Meme yang diadakan oleh Ren's Little Corner, berikut ini aturannya :

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Posting button meme kayak yg di atas ya

5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog-nya Ren, sehingga pembaca bisa blog walking.

6. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.

#96 Mockingjay


Judul Buku : Mockingjay
Penulis : Suzanne Collins
Halaman : 432
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


API SUDAH TERBAKAR
JIKA KAMI TERBAKAR
KAU TERBAKAR BERSAMA KAMI

Berkali-kali aku melihat tayangan propo itu di televisi. Sekarang aku berada di Distrik 13. Distrik yang tadinya dikira sudah dilenyapkan oleh Capitol, ternyata masih ada. Selama bertahun-tahun lamanya mereka membangun kota kembali, tapi kali ini di bawah tanah. Segala gerakan pemberontakan terhadap kepemimpinan Capitol dimulai di sini. Terkadang aku bertanya-tanya selama ini keduabelas distrik (well... mungkin hanya 11, karena Distrik 2 punya hubungan erat dengan Capitol) mengalami penderitaan berkepanjangan di bawah Capitol, tapi Distrik 13 membangun dirinya sendiri.

Katniss sekali lagi selamat dari Quarter Quell. Walaupun kali ini bisa dibilang karena campur tangan para pimpinan pemberontak, bukan karena keberuntungannya. Dia diselamatkan dari arena Quarter Quell. Sebagai balasannya, dia dijadikan ikon pemberontakan. Tugasnya kali ini hanya menjadi "bintang propo". Dengan kostum Mockingjay dia membintangi beberapa propo yang berfungsi membangkitkan semangat para pejuang pemberontakan serta memperingatkan Capitol bahwa para pemberontak masih ada. Peeta tidak selamat, seperti yang sudah kuperkirakan. Dia "ditinggalkan" oleh para pemberontak dan ditangkap oleh Capitol. Aku yakin dia dijadikan umpan untuk menangkap Katniss.

Masih segar di ingatanku malam ketika kami harus melarikan diri dari Distrik 12. Tepat setelah Katniss menghancurkan kubah arena Quarter Quell, beberapa pesawat Capitol menjatuhkan bom ke distrik kami. Aku menyentuh telinga kiriku yang kehilangan kemampuan pendengarannya gara-gara ledakan bom yang jatuh tidak jauh dari tempatku berbaring malam itu. Gale dengan kemampuannya yang luar biasa memimpin lebih dari delapan ratus pengungsi dari distrik 12 menuju distrik 13. Ibu Katniss dan Prim juga sangat berperan dalam pelarian ini. Mereka merawat banyak korban hingga mampu selamat tiba di distrik 13.

Aku belum pernah melihat Katniss lagi, walaupun kami berada di distrik yang sama. Di sini pemuda berusia di atas 14 tahun dilatih menjadi prajurit, Tentu saja aku termasuk di dalamnya. Apalagi aku memang sudah lama ingin terlibat langsung dalam pemberontakan ini. Setidaknya aku bisa berperan nyata. Kami belum tahu kapan tepatnya kami akan maju menyerbu Capitol. Tapi sampai saat itu tiba, kami akan terus berlatih. Satu hal yang kami tahu. Capitol akan kami kuasai kembali.

Tato di tanganku menunjukkan aku harus segera masuk ke dalam kompertemen-ku. Latihan selesai.Pukul 18.00 adalah waktu untuk merenung. Distrik 13 betul-betul menerapkan disiplin dalam segala hal termasuk waktu. Dalam perjalanan menuju kompartemenku aku melewati rumah sakit. Banyak yang berkumpul di sana. Aku teringat samar-samar ada rencana untuk menyelamatkan Peeta dan tahanan lainnya. Hal ini dilakukan agar Katniss bisa konsentrasi melakukan tugasnya. Kenapa sih semuanya harus demi Katniss? Apa istimewanya gadis itu? Kenapa harus dia yang menjadi Mockingjay?

Saat itu juga mataku terpaku pada sosok berambut pirang yang terbaring di tempat tidur. Tubuhnya kurus sekali, tapi aku yakin itu Peeta. Sesaat kemudian Katniss masuk menyerbu ke ruangan itu dan merentangkan lengannya hendak memeluk Peeta. Peeta pun berbuat demikian. Tapi apa yang terjadi berikutnya tidak pernah disangka oleh siapapu. Peeta mencekik leher Katniss seakan-akan Katniss adalah musuhnya yang harus dibunuhnya. Orang-orang melerai mereka, menarik Peeta dan Katniss ke arah yang berbeda. Tapi terlambat. Katniss jatuh tak sadarkan diri.

Kenapa dengan Peeta? Apakah dia menjadi gila? Jika dia tidak mampu mengenali Katniss, gadis yang dicintainya, siapa lagi yang bisa dikenalinya? Apakah dia tidak berbahaya untuk misi pemberontakan ini?

********************

Saya termasuk terlambat ikut dalam euphoria Hunger Games series ini. Saya sengaja menunggu ketiganya telah selesai diterjemahkan Ketika Gramedia mengularkan boxset untuk serial ini saya memutuskan untuk membelinya. Itupun tidak langsung saya baca. Akhirnya di masa liburan kampus, ketika kegiatan sedikit berkurang saya pun marathon membaca serial ini.

Overall, saya menyukai kisah pertandingan yang tidak biasa ini. Gadis miskin yang terpilih menjadi pejuang dalam permainan hidup atau mati. Untuk buku #1 saya memberikan bintang 4 untuk adegan-adegan di dalam arena Hunger Games. Tetapi saya terpaksa menurunkan porsi bintangnya untuk buku #2 dan #3. Di buku #2, Quarter Quell hanya diceritakan 1/3 bagian akhir buku. Di buku #3 lebih parah lagi. Katniss yang tadinya pejuang malah jadi "bintang propo". Bukannya mengecilkan peran Katniss sebagai Mockingjay, tapi dia sebagai pemicu semua ini harusnya tampil sebagai pejuang terdepan. Dia kan pemenang Hunger Games dua kali (itupun kalau Quarter Quell terhitung). Saya nyaris bosan dengan adegan syuting, kegalauan, dan semua ketakutan Katniss. Kalau saja tidak ada Peeta di buku #3, saya tidak yakin menyelesaikan buku ini.

Kalau ada yang mengikuti review yang saya buat dengan menggunakan sudut pandang seorang gadis anonim dari distrik 12, tentu menyadari bahwa tokoh yang saya idolakan di serial ini adalah Peeta. Meskipun perannya tidak banyak dalam merebut Capitol kembali. Bicara soal ending-nya, saya kecewa dengan penyelesaian yang terkesan sapu-rata-tapi-ga-bersih. Kenapa mesti ada tokoh yang tertinggal sih? Lalu pemilihan antara Peeta atau Gale begitu saja? Yah... setidaknya Katniss akhirnya tahu pria mana yang dia tidak mungkin bertahan hidup tanpanya.




#95 Tersulut (Catching Fire)


Judul Buku : Tersulut (Catching Fire) (The Hunger Games #2)
Penulis : Suzanne Collins
Halaman : 424
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Aku sedang menikmati makanan kaleng yang berisi ikan ini ketika beberapa anak-anak berlari di depanku membawa bungkusan manisan apel. Hari ini adalah hari pembagian makanan dari Capitol. Sebagai hadiah kemenangan Katniss dan Peeta pada Hunger Games-74, Distrik 12 mendaptkan asupan makanan yang cukup dari Capitol. Bukan itu saja, Katniss dan Peeta berhak menempati rumah hadiah mereka di Desa Pemenang. Beberapa kru televisi seringkali terlihat merekam kegiatan mereka sehari-hari. Tentu saja Capitol masih ingin menyaksikan kisah cinta antara Katniss dan Peeta.

Ah.. Peeta. Hatiku lega dia bisa selamat dari Hunger Games. Tapi tetap saja, mereka sudah dikenal sebagai pasangan yang serasi. Sebentar lagi mereka akan melakukan Tur Kemenangan mengelilingi semua distrik. Entah apa yang akan terjadi ketika mereka mengunjungi Distrik 8. Yang kudengar dari beberapa orang di sana mulai terjadi pemberontakan. Konon hal ini dipicu oleh Katniss sendiri. Jangan tanya dari siapa aku mendengar soal pemberontakan itu. Karena ini adalah rahasia yang harus disembunyikan dari Capitol. Aku menghabiskan isi makanan kaleng ketika aku melihat bayangan Katniss melewati pagar listrik. Hehe... ternyata dia tidak bisa meninggalkan kebiasaannya berburu. Ataukah dia sedang menunggu Gale di sana?

Gale. Pemuda itu kini menjadi pekerja tambang. Aku tahu Gale mencintai Katniss. Aku pernah menangkap kilatan sedih di matanya ketika kami menonton layar besar yang menampilkan gambar Katniss mencium Peeta di dalam gua persembunyian. Sayangnya, Gale harus mengubur cintanya. Seperti aku pada Peeta. Walaupun aku sendiri tidak yakin akan cinta Katniss pada Peeta.

------------

Aku merasakan dejavu  ketika harus berkumpul di lapangan ini lagi. Kali ini akan diadakan penentuan peserta Quarter Quell ke-3 atau Hunger Games ke-75. Setiap 25 tahun untuk merayakan Hunger Games, diadakanlah Quarter Quell dengan aturan yang "istimewa". Pada Quarter Quell sebelumnya, jumlah peserta dibuat menjadi dua kali lipat(dua anak lelaki dan 2 anak perempuan) dari setiap distrik. Tahun ini Presiden Snow membuat pengunguman bahwa peserta Quarter Quell adalah pemenang Hunger Games yang masih hidup. Di Distrik kami ada 3 pemenang yang masih hidup. Katniss sudah tentu akan masuk sebagai peserta lagi, karena hanya dialah pemenang perempuan yang hidup. Kali ini ketegangan terjadi untuk memilih antara Peeta dan Haymitch.

Ketika nama Haymitch disebutkan, spontan Peeta maju mengajukan diri sebagai pengganti. Oh.. tentu saja. Kisah cinta itu harus terus berlanjut, bukan? Tidak ada yang keberatan atas pergantian itu. Aku membayangkan kali ini lawan mereka semakin berat. Bayangkan saja orang yang akan menjadi lawan mereka adalah pemenang yang sudah berpengalaman di Hunger Games sebelumnya.

Aku tahu aku sudah menyiapkan diriku untuk tidak terluka lagi melihat Peeta menggenggam tangan Katniss untuk maju di Quarter Quell. Tetapi tetap saja ada yang mengiris hatiku mengingat tidak mungkin kali ini Peeta (atau bahkan Katniss) bisa selamat bersama-sama. Tidak ada yang beruntung sampai dua kali. Setidaknya bukan di negeri Panem. Aku meninggalkan lapangan itu. Ada hal lain yang harus kukerjakan, hal yang lebih besar. Hal yang sudah disulut oleh Katniss dan Peeta sejak mereka meninggalkan arena Hunger Games. Hal yang akan membuat perubahan di negeri Panem ini.


#94 The Hunger Games


Judul Buku : The Hunger Games
Penulis : Suzanne Collins
Halaman : 408
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

"Primrose Everdeen"

Terdengar helaan nafas di beberapa tempat. Aku menoleh ke arah seorang gadis berusia 12 tahun yang wajahnya tiba-tiba memucat. Gadis itu kemudian menarik nafas panjang, mungkin itu dilakukannya untuk menenangkan dirinya. Perlahan dia maju mendekati panggung. Tetapi belum sampai di bibir panggung, tiba-tiba ada teriakan nyaring. Suara perempuan.

"Prim... Prim...", kulihat dia berlari mendekati panggung. "Aku mengajukan diri. Aku mengajukan diri sebagai peserta!"

Keadaan menjadi kacau. Sudah lama tidak ada yang pernah menjadi sukarelawan untuk acara ini. Gila apa? Siapa yang mau mengorbankan diri menjadi peserta dengan kemungkinan selamat yang sekecil lubang jarum? Terakhir distrik ini memenangkan Hunger Games sudah lama sekali. Pemenang waktu itu saja sekarang sepertinya sudah menyerupai orang gila, mabuk-mabukan, tidak sadarkan diri. Lihat saja gaya si tua Haymitch di panggung itu. Dia tidak peduli siapapun "pejuang" Distrik 12 kali ini.

Katniss Everdeen. Ya.. itulah nama gadis gila yang mau menjadi sukarelawan menggantikan adiknya. Dengar-dengar dia sendiri memasukkan namanya dalam daftar calon peserta lebih banyak demi mendapatkan tessera yang ditukarnya dengan bahan makanan. Sejak ayahnya tewas karena kecelakaan di tambang, Katniss menjadi kepala keluarga melindungi ibu dan adiknya. Hmmm.. kalau Katniss yang maju sebagai peserta ada kemungkinan dia bisa bertahan. Gadis itu jago berburu. Setidaknya itu yang kudengar dari para penjual di Hob, ketika dia bersama Gale (temannya) menukar hasil buruan mereka.

Aku terlarut dalam pikiranku sendiri, dan disadarkan oleh pengumuman di atas panggung.

"Peeta Mellark"

Apaa?? Tidak mungkin!! Jangan dia! Jangan Peeta-ku!

Pandanganku berkaca-kaca ketika aku melihat Peeta Mellark maju mendekati panggung. Aku mengikuti setiap langkahnya. Mungkin ini saat-saat terakhir aku melihatnya. Dia tidak mungkin selamat dari permainan ini. Walaupun tubuhnya sedikit kekar akibat memanggul karung-karung terigu untuk usaha roti keluarganya, dia tidak mungkin menang. Dia tidak akan kembali. Ketika dia dan Katniss dibawa pergi, aku mengangkat tiga jari tanganku ke bibir, kuarahkan ciumanku untuk Peeta, walaupun aku yakin, dia tidak akan melihatku di antara ratusan orang-orang ini. Seandainya saja aku yang terpilih untuk pergi bersama Peeta-ku.

-------------

Siapa aku? Tidak penting. Aku hanyalah seorang gadis 18 tahun yang tinggal di Distrik 12. Setiap tahun negeri kami, Panem, mengadakan Hunger Games. Dua peserta (laki-laki dan perempuan) dipilih dari 12 distrik yang ada di negeri ini. Mereka (para peserta) akan dibawa ke suatu lokasi di Capitol dan dilepas di sana untuk bertahan hidup, saling membunuh, hingga keluar seorang pemenang. Pemenang itu akan menjamin kehidupan penuh makanan dan kenyamanan di distriknya setahun  lamanya ketika dia kembali. Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, Distrik 12 ini bukanlah wilayah yang diunggulkan untuk menghasilkan pemenang. Bahkan bisa dibilang Distrik 12 adalah wilayah terbuang yang hidup dari sisa-sisa penambangan batu bara.

Aku sering melihat Peeta menghias kue di toko roti ayahnya. Tidak jarang aku mendengarnya bercanda dengan kakaknya, walaupun dia sebenarnya cenderung pendiam. Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama, tapi tidak pernah berani mendekatinya. Bahkan di saat aku ditugaskan untuk membeli roti oleh ibuku. Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak bisa kudeskripsikan dengan kata-kata. Tentu saja Peeta tidak tahu tentang perasaanku.

Pandanganku kuarahkan ke layar besar, yang menayangkan Hunger Games yang berlangsung di Capitol. Satu per satu peserta berguguran. Bahkan di saat pertama kali mereka dilepas di Cornucopia. Peeta sendiri sempat bergabung bersama beberapa peserta dari Distrik 1 dan 2. Katniss memilih untuk berjuang sendiri. Beberapa kali layar itu menampilkan perjuangan Katniss mencari sumber air, berburu untuk makan, memanjat pohon untuk bertahan hidup. Ohya, saya belum bilang kalau Katniss dan Peeta menjadi idola penonton karena cinta terpendam yang diutarakan Peeta pada saat wawancara di stasiun TV. Hatiku sekali lagi miris mengingatnya. Dia bukan lagi Peeta-ku. Melihat sorot matanya untuk Katniss aku tahu dia mencintai Katniss.

Helaan nafas tegang di sekitarku ketika layar menampilkan gambar Peeta membawa tombak mendekati Katniss. Sayup-sayup kudengar Peeta menyuruh Katniss lari. Katniss sesaat ragu-ragu hingga kemudian terdengar derap langkah di belakang Peeta menandakan beberapa peserta lain mendekati mereka. Katniss segera berlari, meninggalkan Peeta yang tertegun dengan tombak terhunus. Ah..Katniss, bodohnya gadis itu jika dia tidak menyadari cinta Peeta. Peeta bahkan "rela" bersekutu dengan peserta lain demi melindungi dirinya.

Lagu kebangsaan mengiringi langkahku meninggalkan lapangan kota dan layar besar itu. Lirih aku mengucapkan sebaris doa semoga Peeta bisa memenangkan permainan ini. Sesaat aku ragu, jika Peeta menang berarti Katniss harus mati. Keadaan di Distrik ini tidak akan lagi sama setelah ini. Entah mengapa ada bagian di dalam hatiku yang berharap biar saja Katniss mati. Mungkin aku bisa memenangkan hati Peeta kembali. Itupun jika Peeta bertahan hidup dan menang. Entahlah... Yang pasti aku benci dan muak dengan permainan ini. Permainan yang ditujukan untuk mengingatkan kepada semua penduduk Panem bahwa pemberontakan tidak diperkenankan. Hunger Games adalah hukuman bagi kami. Hunger Games adalah alam rekayasa para penguasa, mereka mengaturnya sedemikian rupa, menunjukkan pada kami bahwa kendali ada di tangan mereka. Entah sampai kapan penduduk di negeri ini bisa bertahan. Aku sendiri mengharapkan adanya pemberontakan itu lagi.


#93 Mirror Image


Judul Buku : Mirror Image (Bayangan di Cermin)
Penulis : Sandra Brown
Halaman : 672
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Avery Daniels, seorang reporter televisi,  tidak pernah menyangka, bahwa pesawat yang membawanya ke Dallas akan mengubah hidupnya selamanya. Pada saat dia naik ke pesawat tersebut, ternyata kursinya telah diduduki oleh seorang wanita. Dia terpaksa mengalah duduk di dekat lorong. Wanita itu sendiri hampir mirip dengannya, hanya saja wajahnya tidak terlihat ramah. Wanita itu memaksa memasang sabuk pengaman untuk anak perempuannya yang duduk di antara mereka. Avery sendiri agak kesulitan memasang sabuk pengamannya. Tepat setelah pesawat tinggal landas, tiba-tiba terdengar ledakan. Tahu-tahu api dan asap tebal memenuhi kabin. Avery berusaha menyelamatkan dirinya. Anak perempuan di sebelahnya menangis memanggil ibunya. Tetapi Avery melihat wanita itu sudah tidak sadar. Avery berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dan anak itu. Ketika mereka tiba di luar pesawat, Avery pingsan tidak sadarkan diri.

Saat dia terbangun, seluruh tubuhnya kaku, tidak dapat digerakkan. Sayup-sayup dia mendengar suara yang menyebutkan nama Carole. Avery mengalami luka bakar, wajahnya hancur, untungnya matanya masih berfungsi walaupun sangat bengkak. Dia kemudian mendengar kembali suara percakapan tentang dirinya. Luka bakar... cedera... bedah... janin... hamil... Mr. Rutledge.. Mandy... Dalam kebingungannya, Avery kembali pingsan.

Ketika Avery sadar sepenuhnya, dengan tubuh masih terbalut perban, dia melihat seorang pria di samping ranjangnya. Pria itu mengaku suaminya, dan mengatakan bahwa dokter bedah plastik akan memulihkan wajahnya. Avery ingin berteriak dan mengatakan bahwa dirinya adalah Avery dan bukan istri dari pria itu. Tetapi keadaannya tidak memungkinkan dia untuk bersuara. Pita suaranya rusak karena kebakaran pesawat. Avery kembali pingsan. Kemudian dia mendengar seseorang mendatanginya dan mengatakan bahwa rencana untuk mebunuh suaminya, Tate Rutledge akan tetap dilaksanakan, apapun keadaan Carole Rutledge saat ini.

Avery akhirnya menyadari. Dia diidentifikasi sebagai Carole Rutledge, wanita yang mengambil tempat duduknya di pesawat. Anak perempuannya yang bernama Mandy, tentu anak perempuan yang diselamatkannya. Dan sekarang wajahnya akan direkonstruksi menjadi wajah Carole Rutledge, istri dari calon senator Tate Rutledge. Yang lebih buruk lagi, Tate akan dibunuh. Insting dan naluri reporternya membuat dia bertahan dan menerima status baru. Berbulan-bulan mengalami pemulihan, Avery pun belajar menjadi Carole. Ternyata bukan hanya pembunuhan yang harus dihadapinya. Tetapi juga kebencian suaminya, Tate dan seluruh anggota keluarga suaminya.

Ide cerita yang menarik, walaupun tidak baru. Konflik yang dialami Avery dalam menyamar menjadi Carole, menghadapi suami dan keluarganya, menemukan masa lalu Carole yang suram dan kejam, menguak rencan pembunuhan Tate dan mengatasi perasaannya sendiri kepada Tate. Di sisi lain, Tate yang tidak lagi mempercayai Carole, dibuat heran oleh perubahan sikap istrinya setelah kecelakaan. Segala intrik politik persiapannya menjadi senator di Texas, membuat Tate semakin frustasi.

Satu pelajaran yang saya ambil dari novel ini adalah, jangan pernah bertukar tempat duduk jika bepergian menggunakan kendaraan umum yang tercatat, khususnya pesawat terbang. Ada baiknya kita menempati nomor kursi yang sudah diberikan pada kita, jangan sampai bertukar tempat duduk. Sayangnya, di pesawat (misalnya) kita tidak bisa memilih tempat duduk sesuai keinginan kita.  Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Bisa saja kejadian seperti yang menimpa Avery di novel ini terjadi pada kita. Satu pertukaran yang kelihatannya sepele, membuat Avery terpaksa menjadi orang lain seumur hidupnya.



Friday's Recommendation #2


Hai... Jumat ini saya akan merekomendasikan satu buku untuk diterjemahkan.


 Rules of Attraction (by Simone Elkeles)When Carlos Fuentes returns to America after living in Mexico for a year, he doesn’t want any part of the life his older brother, Alex, has laid out for him at a high school in Colorado . Carlos likes living his life on the edge and wants to carve his own path—just like Alex did. Then he meets Kiara Westford. She doesn’t talk much and is completely intimidated by Carlos’ wild ways. As they get to know one another, Carlos assumes Kiara thinks she’s too good for him, and refuses to admit that she might be getting to him. But he soon realizes that being himself is exactly what Kiara needs right now.
 Iya, ini adalah buku ke-2 dari serial Perfect Chemistry. Buku pertama-nya sudah pernah saya review di sini. Di buku kedua ini, yang diceritakan adalah adiknya Alex Fuentes, yaitu Carlos Fuentes yang di buku #1 mau coba-coba ikut geng, tapi ragu-ragu karena dilarang sama kakaknya. Selain itu, dia ga mau pacarnya kecewa kalau dia sekolahnya ga bener, Penasaran banget deh pengen tahu kisah cinta-nya Carlos. Apakah dia jadi bad boy seperti kakaknya?

Dengar-dengar penerbit yang menerbitkan Perfect Chemistry #1 sudah tutup, jadinya agak kuatir serial ini bisa lanjut diterjemahkan atau ga. Semoga ada penerbit yang mau ya.... Masih ada 2 buku lagi lho :(

Ohya, yang mau ikutan Meme yang diadakan oleh Ren's Little Corner, berikut ini aturannya :

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Posting button (sementara) meme di bawah ini :


5. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog-nya Ren, sehingga pembaca bisa blog walking.

6. Bahasa yang dipergunakan terserah. Jika memang khusus blog yang menggunakan bahasa Inggris, dipersilakan menulis dengan bahasa Inggris. Begitu juga sebaliknya.

#92 Bintang Bunting


Judul Buku : Bintang Bunting
Penulis : Valiant Budi
Halaman : 340
Penerbit : Gagas Media

Sebelum membaca buku ini, saya sudah pernah baca (entah dimana) sebelumnya bahwa membaca buku ini tidak seperti membaca novel-novel pada umumnya. Ada misteri yang tersimpan di setiap halamannya.  Membacanya juga harus hati-hati, ikuti petunjuk di masing-masing halaman. Makanya saya menunda sedemikian lamanya sebelum membaca buku ini. Nunggu waktu tenang *ahlasyan...*

Dan memang benar... waktu baca buku ini saya bingung sama alurnya, sama tokoh-tokohnya, sama kotak-kotak berisi cerita kriminal, sama gambar bintang-bintangnya. Khusus untuk gambar bintang-nya saya benar-benar ngasih perhatian penuh (sampai bolak-balik halaman untuk memastikan tidak ada yang terlewat oleh saya). Saya yakin gambar bintang itu bukan sekedar penghias antar paragraf atau antar sub-bab. Pasti ada maknanya. Dan bintang itu memang jadi kunci pembuka misterinya.

Audine, tokoh utama wanita, digambarkan sebagai wanita yang memiliki "kekurangan" (kalau tidak mau disebut gangguan) jiwa. Dia tidak bisa membedakan yang mana kenyataan dan yang mana mimpi. Bagi dia itu penyakit, yang membuatnya kehilangan pekerjaan dan kehilangan komunikasi dengan suaminya, Adam. Adam yang adalah seorang karyawan perusahaan advertising, bingung menghadapi istrinya. Di tengah kegalauannya,  Audine bertemu dengan Mada ( it's anagram of Adam, isn't it?) seorang peramal yang memberikan ramalan-ramalan tentang apa yang dia alami dan masa depannya. Lewat garis tangan, Mada meramalkan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh Audine. Tanpa disadari oleh Audine dia menjadi sangat tergantung pada Mada. Apapun yang diperintahkan Mada sedapat mungkin diikuti oleh Audine.

Jadi si Audine ini kadang-kadang bertindak spontan tanpa memikirkan dia sedang mimpi atau tidak. Misalnya ketika dia sedang mempersiapkan presentasi, tiba-tiba klien bule-nya melakukan pelecehan seksual. Audine terkejut. Tiga jam kemudian, ketika dia bertemu dengan klien-nya itu dia langsung menampar si klien karena emosi. Eh..ndak tahunya si klien marah karena dituduh melakukan pelecehan. Padahal tiga jam yang lalu dia sedang makan siang dan ada saksi yang menguatkan alibinya. Berkat "mimpi" Audine itu, Audine diberi SP2 oleh atasannya. Sudah kadung malu, Audine mengundurkan diri saja.

Karena sulit membedakan antara mimpi dan kenyataan, Audine mulai membuat gambar-gambar bintang di secarik kertas. Setiap dia mengalami satu kejadian dia akan menarik satu garis di atas kertas. Kalau dia mimpi, tentu garis itu tidak akan ada saat dia bangun. Di sini pembaca akan "dipaksa" jeli untuk melihat garis-garis yang membentuk bintang itu, supaya tahu Audine lagi mimpi atau tidak. Tapi percayalah.. semakin anda jeli, semakin anda bingung. Setidaknya itu yang saya rasakan. Hingga melewati bab 7, saya memutuskan untuk berhenti mengamati bintang-bintang dan fokus pada ceritanya.

Itu tadi tiga tokoh utama dalam cerita Bintang Bunting ini. Selain mereka, ada Raeli sahabat Audine yang juga punya masalah dalam hidupnya. Walaupun demikian Raeli tetap menjadi tempat curhatnya Audine ketika dia bingung apakah dia sedang mimpi atau tidak. Yang mengganggu bagi saya, Raeli seakan-akan terlepan dari tokoh Audine, walaupun hampir sepanjang cerita mereka saling curhat-curhatan. Maksud saya, Raeli muncul dengan masalahnya sendiri, Audine dengan masalahnya dan keduanya punya porsi yang hampir sama. Perhatian saya jadi terpecah antara Raeli dan Audine. Padahal harusnya fokus ke Audine saja. Belakangan baru muncul alasan (yang terkesan dipaksakan) untuk menyambung antara keberadaan tokoh Raeli dan masalah yang dihadapi Audine.

Selain itu ada Miss Bling-Bling (a.k.a Kathy). Tokoh yang kadang muncul tiba-tiba ini awalnya hanya menjadi penghias di antara masalah Audine. Miss Bling-Bling digambarkan sebagai orang yang sewot akan penampilan Audine. Berkali-kali dia "muncul" hanya sebagai tukang kritik. Eh... ga tahunya Miss Bling-Bling posisinya dalam buku ini sama dengan gambar bintang-bintang tadi. Iya... dia jadi kunci pembuka misteri juga. Bagaimana perannya sebagai kunci pembuka? Ah... tidak usahlah. Nanti jadi spoiler :D

Saya selalu suka dengan tulisan Valiant Budi. Seperti di cerita Joker dan Kedai 1001 Mimpi, selalu ada kejutan yang disodorkan oleh Valiant Budi. Dan ternyata, sewaktu saya membaca blognya, ada hubungan antara ketiga novel tersebut. Sekali lagi kalau tidak jeli, kita akan sulit menemukannya. Well... tiga bintang (yang tidak bunting) saya gariskan untuk buku ini.



#91 Fifty Shades Of Grey


Judul Buku : Fifty Shades of Grey (Fifty Shades #1)
Penulis : E.L. James
Halaman : 356 (ebook)
Penerbit : The Writer's Coffee Shop Publishing House


Pertama kali "terlibat" dalam kehebohan buku ini adalah ketika timeline di twitter ngomongin soal buku kipas terlaris saat ini. Diriku yang penasaran segera mendaftarkan diri untuk dikirimin ebook-nya sama mbak @daneeollie. Tapi begitu lihat jumlah halamannya, saya berpikir ulang buat membacanya. Apalagi kabarnya buku ini laris karena adegan BDSM-nya.  Jadilah si ebook dengan setia menghuni folder "to read" di laptopku. Akhir bulan lalu, lewat percakapan twitter juga, beberapa anggota BBI (@daneeollie, @asdewi, @alvina13, @r3n87, @esf2369, @destinugrainy) sepakat buat baca bareng buku ini di bulan Juli. Nah... kalau ada temannya saya mau baca... Kalau kata @r3n87,  biar "tersiksa" bareng juga gara-gara baca buku ini. Dan terbentuklah #50united di twitter :D Kebetulan lagi, kesampaian juga punya tablet buat baca ebook. Yak... serasa alam semesta mendukung, dimulailah "perjuangan" membaca buku ini. :mrgreen:

Anastasia Steele, mahasiswa tingkat akhir jurusan literatur, dengan terpaksa menggantikan temannya Kate Kavanagh untuk mewawancarai donatur utama dari universitas tempat mereka bersekolah. Si milliuner ini bernama Christian Grey. Dari wawancara itu, Ana menyimpulkan bahwa Mr. Grey ini adalah orang yang arogan, penuh percaya diri, tetapi sekaligus orang tertampan yang pernah dijumpainya. Sejak pertemuan pertama mereka, Ana sudah merasakan perasaan "aneh" pada Christian. Begitupun dengan Christian. Dan pada pertemuan ketiga, Ana tahu dia jatuh cinta pada Christian. Sayangnya Christian mengatakan pada Ana bahwa dia bukan orang yang tepat buat Ana. Merasa ditolak, Ana mencoba melupakan Christian.

Ternyata Christian berubah pikiran, dan mulai "mengejar" Ana. Dimulai dengan hadiah berupa edisi pertama buku Tess of The D'Urbervilles, ditolong ketika mabuk berat di sebuah kafe, ciuman panas di elevator, hingga diajak ke Seattle dengan helikopter pribadi milik Christian. Perlakuan yang diterima oleh Ana membuatnya merasa yakin akan menyerahkan dirinya pada Christian. Sesampainya di rumah mewah milik Christian di Seattle, Ana terkejut ketika Christian menyerahkan sebuah kontrak perjanjian untuk ditanda tangani oleh Ana, sebelum mereka memulai hubungan di antara mereka. Dan lebih terkejut lagi ketika Christian memperlihatkan "Red Room of Pain" pada dirinya. Christian Grey ternyata hanya mengenal hubungan Dominant-Submissive. Tentu saja dirinya menjadi si Dom, dan wanita-nya (dalam hal ini Ana) adalah si Sub. Dan dalam menjalankan hubungannya, Christian mengikat pasangannya dalam sebuah kontrak yang diketahui oleh pengacaranya.  Christian menginginkan Ana hanya dengan caranya sendiri, dengan kontrol penuh darinya. Yang Ana harus lakukan hanyalah mematuhi apapun yang diminta oleh Christian tanpa bantahan. Tapi jangan salah, Ana ini bukan orang pertama yang jadi Sub-nya Christian. Sebelumnya udah ada 15 orang. Hanya Christian bilang baru kali ini dia jatuh cinta sama Sub-nya.

*sigh*

Ini pengalaman pertama saya membaca buku bertemakan romance- BDSM. Mengejutkan sekaligus melelahkan. Yang membuat saya terkejut adalah beberapa hal mengenai hubungan BDSM yang dipaparkan secara jelas lewat kontrak antara Christian dan Ana. Saya sempat berpikir buku ini bisa saja jadi semacam panduan saking eksplistnya aturan-aturan yang tertulis dalam buku ini (tapi menurut beberapa info, adegan slap-slap-an di buku ini belum seberapa dan ga bisa dijadikan panduan). Trus bagian melelahkannya lebih banyak lagi misalnya repetisi yang terjadi di beberapa bagian buku ini, antara lain: (1) Ana yang mengigit bibirnya kemudian dilarang oleh Christian karena itu membuatnya terangsang, (2) Beberapa versi Holy dan crap yang diucapkan oleh Ana, dan (3) tulisan CEO, Grey Enterprises Holdings Inc. di akhir setiap email yang dikirimkan oleh Christian pada Ana. Bagian melelahkan berikutnya adalah the subconscious  dan the inner goddess-nya Ana yang sering muncul ketika Ana sedang memikirkan apa lagi yang dilakukan oleh Christian (btw, di sini sampai ngitung ada 80 bagian Ana’s subconscious dan 59  bagian Ana's inner-goddess) :D

Ngomong soal email, bagian email-email-an antara Ana dan Christian adalah bagian yang menarik buat saya (kecuali signature-nya Christian). Kalimat-kalimat mereka lucu, dan di situ kelihatan kalo Christian benar-benar perhatian sama Ana. Walaupun ada bentuk perhatian lain yang diberikan oleh Christian lewat Macbook Pro, Blackberry atau Audi sport berwarna merah, tapi bagi Ana hadiah-hadiah itu hanya memperlihatkan kalau Christian adalah orang kaya yang mau membeli tubuhnya dengan hadiah mahal.

Kalau ada yang bertanya, "semua adegan kipas-nya penuh kekerasan gitu ya?", jawabannya ga juga. Christian bisa juga vanilla-style :) Tapi ya gitu deh... dia tetap aja ngakunya hanya tahu yang Dom-Sub. Memang Christian ego-nya tinggi, konon katanya itu disebabkan karena masa lalunya yang suram. Ada apa dengan masa lalunya masih jadi misteri di buku ini, dan sepertinya baru terungkap di buku kedua, Fifty Shades Darker. Yang bikin saya bertanya-tanya... Fifty Shades itu maksudnya apa? Kalo kata om Google artinya lima puluh nuansa. Nuansa apa? Satu-satunya keterangan dari si Mr. Grey hanya pas dia bilang, " ..because I am Fifty Shades of fuc*ed-up". Nah lho!! :D

Sebenarnya ya, menurut saya, kisah cinta antara Christian dan Ana menarik juga. Christian tertarik dengan "keluguan" Ana, dan juga Christian belum pernah diinginkan sebagaimana Ana menginginkan dirinya. Karakter Christian ini antara loveable dan hateable. Dari sisi Ana sendiri, walaupun dia cinta banget sama Christian, dia masih punya "standar". Dia tidak langsung silau sama hadiah, tampang, kekuasaan Christian. Dia bahkan mau mempelajari kontraknya dan mau mencoba hal yang baru. Dia mau tahu kenapa Christian menyebut dirinya sebagai fifty shades of fuc*ed-up. Apakah karena masa lalunya sampai Christian ga mau disentuh oleh Ana. Ada ketergantungan dan hubungan yang saling mengikat antara Christian dan Ana. Di sinilah love story-nyaTapi... berhubung buku ini sudah dikenal karena BDSM-nya, banyak pembaca (dan media) yang lebih fokus ke sana. Akhirnya banyak yang ga suka, kontra dan sebagainya. Ga tahu ini ada hubungannya atau nggak, setelah buku ini booming saya perhatikan di Goodreads dan beberapa media sosial banyak bermunculan fiksi-fiksi romance (khususnya dari luar) yang mengusung tema serupa (dalam hal ini kisah romance BDSM, trisum, menage, abuse, etc). 

Buku ini akan diterjemahkan oleh Gramedia dan akan terbit tahun ini juga. Yah... mengingat buku ini laris sedunia, wajarlah kalau Indonesia "harus" ikut ambil bagian di dalamnya. Ada begitu banyak kontroversi mengenai penerjemahan buku ini ke bahasa Indonesia mengingat material ceritanya yang tidak biasa. Saya sendiri ga yakin mau membaca terjemahannya, bukan karena materi ceritanya, tapi lebih ke "feel"nya yang akan berbeda kalau sudah diterjemahkan. Tapi lihat nanti saja :mrgreen: Saya membayangkan buku ini bakal masuk dalam kategori metropop (romance ada, merk-merk juga bertaburan). Yang pasti saya mau melanjutkan membaca sekuelnya, tapi tetap baca bareng #50united dong....

Karena laris manis, buku ini bakal difilmkan. Konon E.L.James terinsipirasi dari kisah Bella-Edward sampai bikin trilogi Fifty Shades ini (walaupun saya sendiri bingung, bagian mana di Twilight yang menginspirasi beliau). Tapi beliau kabarnya menolak Kirsten Stewart dan Robert Partinson buat jadi pemeran utama. Kira-kira kalo filmnya bakal masuk ke Indonesia ga ya? 


PS. Postingan untuk Name In A Book Challenge 2012


#90 Perfect Chemistry


Judul Buku : Perfect Chemistry
Penulis : Simone Elkeles
Halaman : 452
Penerbit : Terakota

Brittany Ellis punya segalanya. Cantik, rambut pirang keemasan, pacar populer, mobil BMW baru, ketua tim pemandu sorak di sekolah, orang tua yang kaya. Dialah ikon kesempurnaan di mata teman-temannya. Sebaliknya, Alex Fuentes adalah pemuda anggota geng Latino Blood, biang onar, turunan Mexico, singkat kata jangan sampai berurusan dengannya. Tapi bagi mereka berdua itu hanyalah topeng kesempurnaan belaka.

Brittany memiliki rahasia yang disimpannya di rumah. Kakaknya, Shelley pengidap cerebral palsy. Walaupun sudah berusia 20 tahun, Shelley tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dia tidak mampu berbicara dan hanya mampu duduk di kursi roda. Rahasia lain Brittany adalah ayahnya yang tidak peduli dengan keluarganya dan sibuk dengan pekerjaannya, serta ibunya yang menuntut kesempurnaan penuh. Jika Shelley tidak bisa tampil sempurna, maka Brittany haruslah sempurna.

Alex sendiri menjadi saksi mata terbunuhnya ayahnya, yang juga anggota geng Latino Blood, pada saat dia masih berumur enam tahun. Sejak saat itu dialah yang harus melindungi keluarganya (ibu dan kedua adiknya) dengan cara masuk ke dalam geng LB. Alex membuat dirinya tidak peduli pada apapun. Baginya kepedulian terhadap sesuatu membuat sakit yang dalam ketika dia harus kehilangan sesuatu tersebut.

Ms. Perfect dan Mr. Gangster dipertemukan dalam kelas Kimia. Mereka menjadi partner pada tahun senior, yang mengharuskan mereka bekerja sama untuk menyelesaikan proyek Kimia yang diberikan oleh Mrs. Peterson. Kedekatan mereka lambat laun menjadi rasa yang berbeda. Dari rasa benci satu sama lain berubah menjadi rasa cinta. Apalagi ketika mereka merasakan "kesamaan" pada diri mereka berdua, yaitu sama-sama bersembunyi di balik sebuah topeng.

Novel ini bukan hanya sekedar kisah cinta hate-then-love saja. Tapi lebih dalam kepada bagaimana menemukan kebenaran jati diri tanpa harus malu memperlihatkannya pada orang lain. Baik Brittany dan Alex berusaha keluar dari zona nyaman demi memperjuangkan masa depan mereka. Diceritakan secara bergantian dari sudut pandang Alex dan Brittany kita juga melihat kisah persahabatan, ras dan status sosial yang berbeda, serta pengorbanan demi sahabat, keluarga dan orang yang dicintai.



#89 Pengantin Surga


Judul Buku : Pengantin Surga
Penulis : Nizami Ganjawi
Halaman : 250
Penerbit : Dolphin

Saya teringat dengan percakapan beberapa tahun lalu bersama seorang sahabat saya. Entah apa yang kami diskusikan waktu itu, tapi sepenggal percakapan ini tetap saya ingat. Saya menanyakan pada dia, "kisah cinta mana yang menurutmu paling bagus yang pernah ada di dunia ini?". Spontan dan tanpa ragu dia menjawab, "Layla dan Majnun". Tidak berapa lama kemudian dia menyodorkan sebuah buku tipis bersampul merah pada saya. "Baca saja ini, nanti kamu juga bakalan mengerti", katanya.

Kali ini saya kembali memegang buku yang berkisah tentang cinta abadi Layla dan Majnun (thanks to Penerbit Dolphin dan mbak Truly). Kisah terjemahan dari naskah asli-nya Layli O Majnun disajikan dalam bahasa sastra yang cenderung hiperbola yang pastinya membuat pembaca terbuai oleh permainan kata yang indah. Konon, cerita inilah yang mnginsirasi Shakespeare menulis Romeo dan Juliet dan menentukan perkembangan sastra Arab, Barat, India dan Nusantara.

Tersebutlah Qays, putra dari seorang penguasa Badui bernama Syed Omri. Kehadiran Qays di tengah keluarga Syed Omri sudah dinantikan dalam waktu yang lama. Sebagai putra tunggal, Qays mendapatkan perhatian penuh dari ayahnya. Dia pun dikirim untuk belajar pada guru yang khusus mengajar anak bangsawan. Di "sekolah" ini dia bertemu dengan Layla.

Hati siapa yang tak terpikat dan dirajam kerinduan ketika memandangi kembang padang pasir itu? Tetapi Qays merasakan lebih daripada itu. Ia hanyut dalam samudra cinta sebelum tahu bahwa ia mengalaminya. Diserahkannya hatinya kepada Layla sebelum ia paham apa yang telah diserahkannya. Dan Layla? Tak jauh beda! Seletik api telah menyala di relung hati keduanya, dan masing-masing hati mencerminkan wajah yang dicintainya.

Selayaknya orang yang sedang kasmaran, Layla dan Qays mabuk dan tenggelam dalam cinta mereka. Banyak orang yang cemburu dan dengki pada kedekatan mereka berdua. Beberapa fitnah mengalir. Akhirnya orang tua Layla melarang pertemuan mereka. Layla dikurung di perkemahannya dan dilarang berjumpa dengan Qays. Di sinilah Qays menjadi kehilangan akal sehatnya, bertingkah layaknya orang gila dan orang-orang menyebutnya Majnun.

Majnun dikucilkan oleh orang-orang karena tingkahnya. Tapi begitu dia mengucapkan syair cinta, semua orang akan datang untuk mendengarkannya. Majnun hidup menyendiri, tinggal di hutan, berteman dengan hewan. Kisah cintanya disampaikan lewat angin, surat, dan orang-orang yang mendengarkannya. Layla sendiri dalam kesepiannya tetap memendam cintanya pada Majnun.

Bukannya tidak ada usahauntuk mempersatukan mereka. Ayah Qays mendatangi ayah Layla, tapi ditolak. Sahabat Qays, Nawfal, bahkan berperang demi memperebutkan Layla dari kemah ayahnya tapi tidak juga berhasil. Layla justru dinikahkan dengan Ibnu Salam oleh ayahnya. Walaupun raganya telah menikah, hatinya hanya untuk Majnun.

"Memang aku telah bersuami. Hanya seorang suami, bukan kekasih, karena ia tak pernah kuizinkan menyentuhku! Percayalah kepadaku, hari-hari telah membuatku letih, tetapi tak seorang pun yang bisa merenggut berlianmu ini. Cintaku tetaplah suci, tiada ternoda, seperti kuncup bunga yang tak akan pernah terbuka."
Dan Majnun membalasnya,

"Akulah debu yang menepel di kakimu. Engkaulah obat penawarku untuk ribuan luka. Engkaulah taman surgaku. Biarkanlah cintak kepadamu menjadi penjaga rahasia-rahasiaku. Selama dirimu tak terluka, segala penderitaan bukanlah apa-apa!"

Saya pribadi memahami kedalam cinta Majnun pada Layla, yang demi cinta dia rela mengorbankan dirinyadan mejadi "penguasa cinta" dalam keagungan. Dan ketika dia tidak mendapatkan cintanya di dunia, bersama pengantinnya dia menemukan cinta abadinya di surga. Seperti yang disebutkan oleh penerjemah di bagian akhir buku ini bahwa kisah ini bukan sekedar kisah cinta tak berbalas, namun cinta itu sendiri mentransformasikan pencintanya ke dalam persatuan mistik dengan Sang Kekasih.

Ohya, saya juga mengacungkan jempol pada penyunting buku ini. Kalimat-kalimatnya indah dan penuh makna dalam, membuat kita terasa dibawa ke masa hidup Nizami Ganjavi di Persia, tapi juga bisa jadi cermin untuk hidup kita sekarang. Satu penggalan yang saya temukan di halaman 139 bisa jadi bekal untuk kita semua.
Jangan mencari kepastian di dunia fana, sebab segala sesuatu akan sirna. Kau hanya akan menyesalinya nanti. tapi bila kau mati dari segala damba terhadap kehidupan ini dan membebaskan dirimu dari dunia yang merupakan setan berwajah malaikat, kau akan memasuki kehidupan abadi. dirimu adalah takdirmu; kematianmu, kehidupanmu. Yang baik akan kembali kepada yang baik, yang jahat akan kembali kepada yang jahat. Gema menyuarakan rahasiamu dari puncak-puncak gunung, mengungkapkan secara rahasia apa yang kau utarakan kepada dirimu sendiri.



Friday's Recommendation #1

Hiya... My first meme!!

Berkali-kali lihat meme di blog teman-teman, tapi nggak berani ikut. Akhirnya kali ini memberanikan diri ikutan meme yang diadakan sama Ren's Little Corner. Kenapa? Soalnya idenya menarik, merekomendasikan buku untuk diterjemahkan. Saya suka gemes kalo lihat buku yang ratingnya di Goodreads tinggi (4-5) atau buku yang lagi hits, tapi ga ada terjemahan Indonesianya. Secara saya rada susah kalo baca buku berbahasa Inggris yang tebel, saya mau merekomendasikan buku yang pengennya saya diterjemahkan.

 Aturannya kayak di bawah ini:

1. Pilih jenis rekomendasi buku. Ada dua jenis rekomendasi, yang pertama dan sifatnya mutlak adalah Rekomendasi Buku untuk Diterjemahkan . Jika tidak ada buku yang direkomendasikan untuk diterjemahkan, maka bisa memilih pilihan kedua, Rekomendasi Buku Pilihan. Disini rekomendasikan buku yang paling kamu suka baca dalam minggu ini.

2. Pilih hanya 1 (satu) buku untuk direkomendasikan. Tidak boleh lebih.

3. Beri sinopsis, genre buku dan alasan kenapa kamu merekomendasikan buku itu.

4. Blogger yang sudah membuat memenya, jangan lupa menaruh link ke blog di daftar linky di bagian paling bawah postingan meme ini di blog-nya Ren's Little Corner (host), sehingga pembaca bisa blog walking.

Edisi perdana ini saya rekomendasikan buku ini:

Nineteen Minutes (by Jodi Picoult)



Jodi Picoult, bestselling author of My Sister's Keeper and The Tenth Circle, pens her most riveting book yet, with a startling and poignant story about the devastating aftermath of a small-town tragedy. Sterling is an ordinary New Hampshire town where nothing ever happens--until the day its complacency is shattered by an act of violence. Josie Cormier, the daughter of the judge sitting on the case, should be the state's best witness, but she can't remember what happened before her very own eyes--or can she? As the trial progresses, fault lines between the high school and the adult community begin to show--destroying the closest of friendships and families. Nineteen Minutes asks what it means to be different in our society, who has the right to judge someone else, and whether anyone is ever really who they seem to be.

Saya penggemar novel-nya Jodi Picoult. Enam novel-nya yang sudah diterjemahkan sama Gramedia masuk dalam koleksi saya. Tentu saja saya pengen ada penerbit yang mau menerjemahkan buku ini.

Itu rekomendasi saya. Kamu? :)

#88 Antologi Rasa


Judul Buku : Antologi Rasa
Penulis : Ika Natassa
Halaman : 328
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Saat saya membaca buku ini bisa dibilang "terlambat". Euphoria buku ini sudah lama lewat. Saya sempat mengikuti tahun lali di timeline twitter betapa orang-orang memuja novel ini, dan juga @harrisrisjad . Di goodreads saja rata-rata pada ngasih bintang empat untuk novel Ika Natassa yang satu ini. Itu saja sudah cukup membuat saya penasaran ingin membacanya, dan baru kesampaian di pertengahan 2012 ini.

Tema cerita sederhana, kisah cinta segi-banyak yang rumit antara Keara, Harris, Ruly, Denise dan Panji. Keempat orang pertama adalah sahabat yang sama-sama bekerja di sebuah bank besar di Indonesia, dan ditempatkan di divisi yang berbeda. Keara, wanita penakluk banyak pria, ternyata memendam rasa cinta pada Ruly, cowok atletis yang alim. Sayangnya Ruly menyukai Denise, seorang istri yang ditelantarkan suaminya. Sementara Harris, playboy yang "mengoleksi" banyak wanita, justru menyukai Keara sejak pertemuan pertama mereka di lift. Trus Panji? Ah, dia hanya seorang cowok yang menjadi pelampiasan Keara karena tidak bisa mendapatkan Ruly. Tapi Panji ini ternyata teman lamanya Harris,yang punya kelakuan sebelas dua belas dengan Harris dalam hal wanita.
Doesn't it scare you sometimes how times flies and nothing changes?
 Itu kutipan yang saya ambil di halaman 31, dan menjadi kesimpulan saya setelah membaca habis buku ini dalam waktu semalam. Yah... buku setebal 328 halaman hanya menceritakan soal kasih tak sampai dengan bumbu-bumbu kehidupan metropolis dan di akhirnya tidak ada yang berubah. Ekspektasi saya yang tinggi pada buku ini jadi terjun bebas setelah saya membaca adegan "delapan bulan kemudian" di akhir buku ini.

Sejak awal, penokohan Keara dan Harris dibangun bahwa mereka berdua adalah tokoh yang penuh percaya diri. Soal fisik tidak diragukan lagi dengan kemampuan mereka menggaet pasangan yang bukan kelas sembarangan, Keduanya juga pemuja kebebasan dalam gaya hidup. Tapi kok ya ketika Keara dan Harris making love dalam keadaan mabuk berat, Keara langsung benci sama Harris? Kan yang ngajak duluan juga Kearra, tapi tetap menuduh Harris memanfaatkan suasana untuk berhubungan badan dengannya, Kearra kenal siapa Harris kan? Kalau Harris bisa melakukan hal yang sama pada wanita lain, kenapa sama Keara tidak? Karena mereka bersahabat? Come on....

Entah kenapa, saya selalu merasakan bahwa di setiap novel Ika Natassa, dia selalu hadir dalam diri tokoh utama. Ika Natassa hadir dalam wujud Keara di novel ini, Alexandra di Divortiare dan Twivortiare, dan Andrea di A Very Yuppy Wedding. Seorang banker, hidup mapan dan berkelas, sosialita, lulusan universitas di Amerika Serikat (NYU lebih tepatnya). Yang beda cuman kisah cintanya saja. Di Keara, Ika lebih menampakkan dirinya lewat hobby fotografi yang Canonian, fans berat John Mayer, pernah nonton live F1 di Singapura. Saya teringat sama postingannya Mia, dimana di akhir postingan itu dia membahas mengenai pengarang yang formulanya begitu-begitu saja seperti Sophie Kinsella, Sidney Sheldon, dan Danielle Steele. Pengarang yang belum bisa move on dari zona nyamannya. Sepertinya saya akan menambahkan satu lagi pengarang di daftar-nya Mia :D

Satu-satunya hal yang membuat saya memberikan bintang dua pada Antologi Rasa ini adalah gaya bercerita Ika yang "tidak biasa". Penggunaan PoV yang berganti-gantian dengan penataan yang apik. Saya jadi ingat dengan Twivortiare yang penulisannya bergaya ala twit itu. Kreatif.

Soal penggunaan bahasa Inggris yang bertebaran di setiap halaman, detail-detail tentang F1, konser John Mayer (semua judul lagu di konser itu disebutkan!), sudahlah... Itu termasuk zona nyamannya Ika. Tapi ya...anehnya saya tetap menantikan novel-novel Ika Natassa berikutnya. Haha... hers are my guilty pleasure