~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#291 Catatan Ichiyo


Judul Buku : Catatan Ichiyo
Penulis : Rei Kimura
Halaman : 286
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama


Ichiyo Higuchi, seorang wanita Jepang yang memilih profesi sebagai penyair dan novelis. Hidup pada periode Meiji dimana dominansi pria sangat kuat, dan wanita karir dianggap sebagai hal yang tabu. Namun Ichiyo adalah satu dari sekian wanita yang membuktikan bahwa tidak ada halangan apapun untuk mewujudkan impiannya, termasuk gender.

Terlahir dengan nama Natsuko Higuchu dalam keluarga yang miskin, kehidupan masa kecil Natsu cukup menyenangkan. Ayah dan ibunya mengetahui sejak kelahirannya bahwa Natsu akan menjadi anak perempuan yang cerdas. Untuk itu ayahnya berusaha mengajarkan puisi-puisi kepada anaknya ini. Ibunya menentangnya, karena pada masa itu seorang anak perempuan seharusnya belajar bagaimana caranya menjadi seorang istri, bukannya hadir dalam pertemuan para seniman membaca puisi dengan suara lantang. Tapi kekerasan hati ayahnya membuat Natsu tetap menekuni literaturnya dengan rajin.

Di sekolah, Natsu memiliki seorang teman bernama Masao yang juga gemar membaca. Keakrabannya dengan Masao membuat Natsu sangat sedih ketika Masao harus pindah. Di hari terakhir mereka bersama, keduanya memandang daun-daun yang jatuh . Untuk mengenangnya, Natsu bertekad untuk mengubah namanya menjadi Ichiyo (daun jatuh). Menurutnya nama itu lebih puitis dan sesuai dengan keinginannya untuk menjadi seorang seniman.

Ketika kakak laki-laki dan ayahnya meninggal, Ichiyo menjadi tulang punggung keluarga. Ichiyo mengandalkan mentornya, Nakarai Tosui untuk menerbitkan novel yang ditulisnya. Sebenarnya Ichiyo menaruh hati pada Nakarai, hanya saja cintanya tidak berbalas. Apalagi ada banyak rumor yang tidak baik yang beredar tentang Nakarai. Pengalaman hidupnya dituangkannya dalam tulisannya, hingga akhirnya tulisannya mendapatkan apresiasi dari para seniman lainnya. Untungnya, adiknya Kuniko sangat memahami ambisi dan impian kakaknya. Dia mengambil alih tugas rumah tangga dan terus memberi dukungan pada Ichiyo. Ketika Ichiyo mendapatkan honor pertamanya, Kuniko bahkan berkata bahwa suatu saat nanti wajah Ichiyo akan terpajang pada uang kertas Jepang.

Meski uang yang didapatkan dari pekerjaan menulis sangat kecil, Ichiyo tidak meninggalkan dunia yang dicintainya.  Seringkali Ichiyo menahan lapar dan rasa sakit demi menyelesaikan novel-novelnya. Harapan Kuniko akhirnya terbukti. Tapi hal itu terjadi ketika Ichiyo telah meninggal dunia dalam usia 24 tahun karena tuberkolisis. Wajahnya diabadikan dalam lembaran uang kertas 5000 yen, dimana hanya Ichiyo satu-satunya wanita yang mendapat kehormatan itu. Ichiyo wanita yang punya nyali, meski kemiskinan dan dukungan keluarga yang minim tidak menghalangi dirinya menjadi bintang yang cemerlang.

3 stars
1 comment on "#291 Catatan Ichiyo"