Judul Buku : Not A Perfect Wedding
Penulis : Asri Tahir
Halaman : 312
Penerbit : Elex Media Komputindo
Raka baru saja menjemput kakaknya, Pram. Sudah tujuh tahun Pram meninggalkan rumah mereka untuk pergi ke London. Kali ini Pram kembali, tepatnya diminta kembali, oleh Raka untuk menghadiri pernikahannya esok hari. Setelah mengantarkan Pram ke rumah, Raka kembali mengurus beberapa hal berkaitan dengan acara pernikahannya. Sambil menyetir Raka menelpon Raina, calon istrinya.
Malang bagi Raka, dia mengalami kecelakaan di jalan tol. Pendarahan di kepalanya sangat parah hingga nyawanya tak tertolong. Sebelum meninggal, Raka menitipkan Raina kepada kakaknya. Dia meminta Pram untuk menikahi Raina dan menjaga kekasihnya itu. Disaksikan Arman, kakak Raina, Pram menyanggupi permintaan terakhir adiknya. Pernikahan Raina tetap berlangsung keesokan harinya. Tapi bukan Raka yang dijumpainya mengucap ijab kabul. Raina memang belum mengetahui jika Raka sudah meninggal dunia. Dia marah, kecewa, dan sakit hati mengetahui dirinya dinikahkan dengan pria yang tidak dicintainya, bersamaan dengan rasa kehilangan yang sangat besar atas orang yang dicintainya.
Kehidupan pernikahan Pram dan Raina sudah dipastikan tidak berjalan mulus. Raina yang manja berhadapan dengan Pram yang dewasa dan menjaga penuh janjinya pada Raka. Pram rela meninggalkan pekerjaannya di London untuk tinggal di dekat Raina. Meskipun Raina berkali-kali ingin mengakhiri pernikahan mereka, Pram tetap bertahan. Ketika Raina akhirnya menyerahkan cintanya pada Pram, ternyata Raina mendapati Pram tidak sepenuhnya jujur padanya.
Saya sudah penasaran dengan novel ini sejak lama, karena banyak review positif dari teman-teman untuk buku ini. Akhirnya saya bisa membacanya via aplikasi IJakarta. Thank you IJak.
Sejak awal saya tidak bisa merasa simpatik dengan Raina, kecuali saat dia harus menikah dengan orang yang belum dikenalnya dengan baik, meski orang itu saudara kekasihnya. Saya bisa membayangkan kekacauan yang terjadi dalam hidupnya. Tapi Raina ini ibarat roller coaster yang emosinya naik turun. Sebentar bilang cinta, berikutnya menyerah. Sementara Pram, entahlah, dia pria yang too good to be true. Kehidupannya yang “bebas” sebelum menikah, seperti hilang tanpa jejak setelah menikah. Kesabarannya tingkat dewa deh… Satu-satunya yang membuat Pram terlihat “manusiawi” adalah ketika dia berbohong pada Raina saat bertemu dengan Sashi, wanita yang membuatnya meninggalkan keluarganya tujuh tahun yang lalu.
Salah satu topik cerita romance yang saya suka adalah pernikahan karena perjodohan, yang cintanya tumbuh perlahan. Itulah yang membuat novel ini page turner bagi saya. Kalau tidak ingat harus mengajar pagi, saya pasti akan bertahan menghabiskannya semalaman. Kelebihan dari novel ini adalah alurnya yang cepat, dan cara bertutur penulis yang enak diikuti. Sebagai debut, novel ini cukup berhasil. Saya ingin segera membaca karya keduanya, Over The Rain, yang juga sudah terbit.
Be First to Post Comment !
Post a Comment