~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#531 Aroma Karsa


Judul Buku : Aroma Karsa
Penulis : Dee Lestari
Format digital Part 1-18 (Edisi Berlangganan)
Penerbit : Bookslife

Saat mendapatkan informasi bahwa buku ini akan diterbitkan secara digital, sudah ada niat dalam hati untuk membeli versi digitalnya saja. Apalagi versi digital ini terbit lebih duluan dibandingkan versi cetak. Namun sebagai kolektor buku-bukunya Dewei Lestari, saya pasti akan membeli juga versi cetaknya. Lantas saya teringat IEP yang belum saya baca (baik versi digital maupun versi cetaknya), saya lantas mengurungkan niat membeli buku ini. Hanya saja godaan itu terlalu kuat, dan akhirnya 2 hari sebelum jadwal terbitnya, saya membeli versi cetaknya. Banyak keuntungannya ternyata... selain bisa dapat PO buku versi cetak, dapat diskon 20% juga nantinya.

Membaca buku digital tidak asing lagi bagi saya. Sepanjang tahun kemarin jumlah buku digital (ebook) yang saya baca jauh lebih banyak dari buku cetak. Untuk orang yang (ngaku-ngaku) sibuk kayak saya, membaca buku digital itu sangat menolong. Kapan saja, dimana saja. Tapi membaca buku digital cerita bersambung, itu pengalaman baru. Menantikan dengan sabar setiap Senin dan Kamis ketika ada surel notifikasi dan mengunduh setiap part yang terdiri atas 3 bab cerita atau lebih, percayalah rasanya luar biasa.

Aroma Karsa sendiri bercerita tentang Jati Wesi, seorang pemuda dengan kemampuan penciuman yang di atas manusia biasa. Jati bisa mengidentifikasi apapun lewat baunya. Bahkan badai bisa diprediksinya hanya lewat aroma. Sehari-hari Jati tinggal di Bantar Gebang, tempat pembuangan akhir sampah. Saya membayangkan betapa tersiksanya Jati setiap hari dengan kemampuannya itu. Pekerjaan sambilan Jati sebagai peracik parfum semakin memperkaya kamus penciumannya, tapi juga membawanya ke suatu petualangan dan kehidupan yang baru.
Penciuman adalah jendela pertama manusia mengenal dunia. Dunia ini sesungguhnya dunia aroma. (Aroma Karsa- Part 5)
Suatu hari Jati diciduk polisi, karena dituduh membuat tiruan Puspa Ananta, serial parfum yang dikeluarkan oleh perusahaan parfum ternama, Kemara. Pemiliknya, Raras Prayagung bersedia membebaskan Jati asalkan Jati mau bekerja untuknya. Raras pun memboyong Jati ke rumahnya, memperlakukannya secara istimewa, sehingga membuat anaknya, Tanaya Suma, merasa cemburu dan tersisihkan. Suma, yang ternyata memiliki kemampuan yang sama dengan Jati menemukan lawan yang sebanding. Belakangan Jati mengetahui bahwa Raras punya misi tersendiri, menemukan Puspa Karsa, tumbuhan mitos yang mampu mengubah dunia.

Ketika sebuah fiksi menjadi terasa seperti non fiksi, maka penulisnya patut diberikan apresiasi tinggi. Itu yang saya rasakan saat membaca Aroma Karsa. Saya menjura sedalam-dalamnya untuk Dee Lestari. Riset yang dikerjakannya untuk novel ini tidak main-main. Dee sampai belajar ke sekolah parfum di Singapura, terjun ke Bantar Gebang, melakukan analisis mendalam pada dunia balap, dan juga mencari tahu tentang aroma kematian. Dan bagi saya yang istimewa karena novel ini menggunakan anggrek sebagai salah satu unsur penunjang cerita. Anggrek pernah mengantar saya menjadi sarjana dan magister. Tapi riset yang dilakukan Dee tentang anggrek dalam novel ini sungguh luar biasa. 
Andai bunga-bunga di dunia bisa berbicara, mereka akan  menyatakan kecemburuannya kepada bangsa anggrek. Tidak ada bunga lain di dunia yang dapat membuat manusia lebih tergila-gila (Aroma Karsa - Part 2)
Aroma Karsa bukan hanya semata-mata berkisah tentang dunia penciuman saja. Tetapi ada unsur sejarah yang dimasukkan ke dalamnya, tentang kerajaan Majapahit di masa lampau. Dee juga menyertakan suatu dunia mistis berisi makhluk-makhluk istimewa dengan mengambil latar belakang Gunung Lawu yang terkenal dengan misteri dan mitosnya. Tidak ketinggalan bagian romansanya. Khusus bagian ini, rangkaian kalimat yang digunakan terasa erotis tanpa ada adegan yang perlu disensor. Bikin deg-degan. Aroma Karsa sungguh sebuah paket lengkap. Menutup halaman terakhir di layar handphone saja menyisakan mabuk yang membuat saya susah beralih. Tapi jujur saja, saya tidak ingin ada Aroma Karsa jilid kedua atau sekuelnya. Saya tidak ingin Aroma Karsa diadaptasi menjadi film. Yang saya inginkan adalah ada bonus minitube parfum Puspa Ananta #eh.

Menjadi bagian dari pembaca Edisi Berlangganan Aroma Karsa  juga adalah pengalaman istimewa, karena kami mendapat kesempatan bergabung dalam grup facebook yang diberi nama Tribe Aroma Karsa. Di situ, pembaca dapat berinteraksi langsung dengan Dee Lestari. Bahkan Dee berbagi tentang pengalaman risetnya. Pada tanggal 14 Februari, Dee dan suami (Reza Gunawan) bahkan membuat mini konser untuk semua penghuni Tribe Aroma Karsa. Tim dari Bookslife pun selalu sigap membantu jika ada pelanggan yang mengalami kesulitan dalam mengunduh part Aroma Karsa.

Selain versi digital, tentunya ada Aroma Karsa versi cetak. Saya belum membaca versi cetaknya. Tapi saya kira tidaklah berlebihan jika saya merekomendasikan buku ini untuk dikoleksi, dibaca berkali-kali, diteruskan kepada anak cucu. Suatu saat nanti jika novel ini menjadi karya klasik, saya membayangkan novel ini bisa menjadi satu acuan sastra dan literasi, bahwa ada novel yang fenomenal di jamannya pernah hadir.

UPDATE:  Ternyata terdapat beberapa perbedaan antara versi digital dan versi cetakan pertama. Untuk mengetahui letak perbedaannya silahkan menuju ke http://bit.ly/AK-Penutup


6 comments on "#531 Aroma Karsa"
  1. Saya suka dengan karakter penulisan Dewi Lestari yang lugas, efektif, dan informatif. Membaca bukunya selalu menyenangkan. Tetapi, saya sudah menyerah ketika membaca serial Supernova di buku Akar. Selain berat, juga kisahnya menjadi panjang. Namun, ebook buku selanjutnya sudah dibeli. Tinggal nunggu waktu.

    Buku ini pun salah satu yang harus dipunya. Versi cetak tentunya. Dan nggak sabar untuk kenalan dengan sosok Jati Wesi.

    Terima kasih sudah jadi peresensi pertama Aroma Karsa yang bisa saya baca. Saking penasarannya, sampai nunggu-nunggu kira-kira blogger buku siapa yang sudah baca dan meresensinya. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung.
      Saya sendiri belum menamatkan Supernova. Masih ada IEP yang belum disentuh

      Delete
  2. ---Tapi jujur saja, saya tidak ingin ada Aroma Karsa jilid kedua atau sekuelnya.---

    setuju


    -----Saya tidak ingin Aroma Karsa diadaptasi menjadi film-----
    kalau jadi film, cgi-nya yang harus keren, gak boleh kaya' sinetron pewayangan di tv :D

    ReplyDelete
  3. Saya juga tidak setuju kalau Aroma Karsa dibikin sekuel atau difilmkan. Bagi saya ending aroma karsa itu sudah pas. Seperti adegan khilaf Jati-Suma yang tidak kebablasan tapi indah dan sanggup bikin merinding-merinding semriwing. 😁

    ReplyDelete
  4. Ane setuju AK dipilmin, sutradara Camerron :AVATAR.Jangan sutradara lain, gak seru n gak mampu.

    Ane setuju AK bersambung dimana S n JW bertarung ama Sanghyang B Karsa , wah akan seru banget, n juga dimana kehidupan percintaan S ama JW ini akan berkelanjutan,akan saling curiga (?), n bagaimana dg Arya, n bagaimana terbunuhnya Raras akan terbongkar,jadi masih ada yg harus diberesin.

    ReplyDelete