~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#537 Looking For Alibrandi


Judul Buku : Looking For Alibrandi (Mencari Jati Diri)
Penulis : Melina Marchetta
Halaman : 360
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Josephine Alibrandi, remaja berumur 17 tahun, warga negara Australia keturunan Italia. Dia bersekolah di sebuah sekolah katolik dengan bantuan beasiswa. Dia tinggal bersama ibunya, Christina Alibrandi, dan terkadang harus mengunjungi Nonna-nya (nenek) yang berpikiran kolot, bernama Katia Alibrandi. Josie tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Yang dia tahu, ayahnya meninggalkan ibunya saat hamil yang kala itu masih berumur 17 tahun. Mereka tidak pernah menikah. Karenanya ibunya selalu mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Nonno (kakeknya). Ibunya diusir dari rumah, dan baru "diterima" kembali setelah Nonno meninggal dunia.

Karena lahir tanpa ayah itulah Josie sering menerima ejekan sebagai anak haram. Bahkan di sekolah sekarang juga seperti itu. Menjadi wog (sebutan untuk warga keturunan Italia) dan anak haram cukup membuat Josie merasa tidak sederajat dengan teman-temannya. Tapi sebenarnya Josie cukup berprestasi. Dia ditunjuk sebagai wakil kapten sekolah. Satu-satunya saingan terberatnya adalah sang kapten, Ivy, yang selalu berusaha tampil sempurna. Ivy juga berteman akrab dengan John Barton, cowok yang disukai Josie.

Masalah lain muncul ketika dia bertemu dengan ayahnya untuk pertama kali. Michael Andretti muncul di depan pintu rumah Nonna, dan berikutnya akan tinggal di Sidney selama beberapa waktu. Mulanya Josie ingin bersikap tidak peduli pada lelaki itu. Namun saat Josie terlibat maslaah di sekolah, dia teringat akan ayahnya yang seorang pengacara. Sejak itu Michael selalu hadir dalam hidup Josie. Ketika Josie mulai berpacaran dengan seorang pemuda Australia bernama Jacob Coote, lagi-lagi dia merasa hidupnya hanya berisi masalah. Misalnya ketika Jacob meminta Josie untuk tidur dengannya, Josie menolak karena baginya itu perbuatan yang salah.

"Selamat datang di era semmbilan puluhan, Josephine. Sekarang kaum wanita tidak perlu harus perawan lagi."
"Bukan, justru aku yang perlu memberimu ucapan selamat datang di era sembilan puluhan! Kaum wanita di zaman ini tidak bisa dipaksa-paksa melakukan hal yang tidak mereka inginkan."


Seperti judulnya, benang merah dari novel ini memang merupakan perjalanan Josie dalam mencari jati dirinya. Hidup dalam keluarga Italia yang mengutamakan keutuhan sebuah rumah tangga dan harus bersinggungan dengan masalah rasial tidak pernah mudah untuk seorang remaja seperti Josie. Satu karakter Josie yang saya kagumi adalah keteguhannya dalam memegang prinsip apa yang diyakininya benar. Beruntung Josie punya sahabat-sahabat yang menyenangkan seperti Sera, Lee dan Anna. Dan juga John Barton, yang berasal dari keluarga Australia kaya, namun mau mendengarkan keluh kesahnya.

Selain kehidupan Josie, kita diajak juga melihat satu sisi kehidupan remaja melalui John Barton. Pemuda cerdas, pandai, dan tumpuan harapan orang tuanya ini ternyata menyimpan depresi mendalam karena harus berusaha tampil selalu sempurna sesuai keinginan ayahnya. Baik Josie maupun John sama-sama menginginkan kebebasan. Itulah salah satu faktor yang bisa mendekatkan mereka.

Looking For Alibrandi pernah diterbitkan oleh GPU pada tahun 2004 dengan judul yang sama di bawah lini teenlit. Dan kali diterbitkan kembali sebagai novel remaja tanpa logo teenlit-nya. Saya suka sekali dengan sampulnya yang berwarna biru putih. Jauh lebih kece dibandingkan terbitan sebelumnya. Meski berlatar tahun 90-an, novel ini layak dibaca oleh remaja masa kini. Ada banyak pelajaran tentang keluarga, persahabatan, percintaan bahkan mengatasi tekanan hidup di dalamnya. Recommended!





Be First to Post Comment !
Post a Comment