~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#632 Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam



Tidak biasanya Magi Diela pulang malam. Pekerjaannya sebagai penyuluh pertanian honorer memang mewajibkannya mengunjungi kelompok tani, bahkan yang jauh dari rumahnya. Tapi hari itu berbeda. Magi ditangkap oleh Leba Ali. Dia mengalami yappa mawine, sebuah kondisi yang disebut juga sebagai kawin tangkap di Sumba. Magi Diela diculik, ditangkap, untuk dikawini. 

Kawin tangkap adalah satu budaya di Sumba dimana anak perempuan dapat ditangkap oleh pihak laki-laki yang akan meminangnya untuk mempersingkat urusan adat agar tidak memakan waktu yang lama menuju perkawinan. Namun, umumnya kedua pihak keluarga telah memiliki kesepakatan untuk menempuh cara ini. Ada pula yang menyebutkan bahwa hal itu dapat dilakukan jika pihak laki-laki gagal mencapai kesepakatan. Dilihat dari sudut pandang Hak Asasi Manusia, budaya ini tentu saja merugikan pihak perempuan. 

Magi Diela yang diculik oleh Leba Ali, pria paruh baya yang memang telah mengincarnya sejak Magi masih SD. Leba Ali memberikan sejumlah hewan sebagai belis kepada keluarga Magi. Ama Bobo, ayah Magi, mau tak mau menerima perkawinan ini karena tidak ingin dianggap melanggar adat. Apalagi Magi telah ditahan di rumah Leba Ali selama dua hari. Tentunya Magi sudah tidak perawan lagi. Laki-laki mana yang mau menikahi anak perempuan yang sudah tidak perawan. 

Magi memang telah dinodai oleh Leba Ali dalam keadaan tidak sadar setelah dirinya diculik. Magi merasa harga dirinya runtuh. Dia tidak ingin menikah dengan Leba Ali. Dia memilih lebih baik mati apalagi karena keluarganya sendiri, terutama Ama Bobo, ayah yang dihormatinya lebih mementingkan adat budaya daripada anak perempuannya. Magi menggigiti pergelangan tangannya untuk memutuskan pembuluh nadi. Sayangnya, upaya Magi mengakali maut dapat dihindari. Dirinya berhasil diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit. Dangu Tida, sahabat Magi melaporkan tindakan penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan Leba Ali kepada kepolisian. Meski demikian, Leba Ali yang awalnya ditangkap oleh polisi, bisa melenggang bebas karena koneksinya yang kuat dengan bupati setempat. Parahnya lagi, perkawinan Magi dengan Leba Ali tetap akan dilangsungkan, karena tikar adat telah digelar. Satu-satunya cara menghindari pernkawinan itu adalah dengan melarikan diri. Ditolong oleh Dangu dan Tara, iparnya, Magi melarikan diri meninggalkan kampungnya. Dia ditolong oleh kelompok LSM Gema Perempuan yang menampungnya dalam pelarian sampai kondisi aman. Magi merasa dirinya terusir dari tanah kelahirannya, harga yang sangat mahal dibayarnya untuk kebebasan. 

Di halaman sampul novel ini ada tulisan "trigger warning". Meski saya sudah mencoba menyiapkan diri dengan apa yang akan saya baca, tetapi membaca kisah Magi Diela tetap saja terasa terlalu kejam. Saya sampai mimpi buruk setelah membaca separuh dari novel ini. Di halaman terakhir saya juga memberikan apresiasi kepada Magi. Dia perempuan yang berani. Memilih jalan gelap dan sunyi menentang adat demi kehormatannya sebagai manusia.  

Novel Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam adalah novel kedua yang saya baca dengan tema perkawinan adat. Sebelumnya ada Pengantin Pesanan di Singkawang yang mengulas tentang budaya perkawinan yang merugikan pihak perempuan. Novel ini memang fiksi, tapi praktik budaya kawin tangkap masih terjadi di Sumba, NTT. Sebuah artikel di Magdalene mengulas tentang fenomena adat ini. Ternyata ada pergeseran dari adat-istiadat sesungguhnya dalam kawin tangkap ini. Budaya patrarki yang menganggap wajar saja apabila laki-laki mengedepankan ego, dominasi dan kekerasan membuat pelaku merasa memiliki kebebasan untuk melakukan pemaksaan dan intimidasi, bahkan kekerasan seksual kepada perempuan yang ditangkapnya. Inilah yang dilakukan oleh Leba Ali, karakter dalam novel ini yang bersembunyi di balik budaya untuk melegalkan perbuatan bejatnya. Kabar terakhir yang saya baca, pejabat pemerintah daerah Pulau Sumba sudah menyepakati untuk menolak praktik kawin tangkap demi melindungi hak perempuan dan anak. Semoga tidak ada lagi Magi di dunia nyata yang terpaksa harus meberikan tangisnya kepada bulan hitam. 


Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam
Dian Purnomo
320 halaman
Gramedia Pustaka Utama
November, 2020




 

1 comment on "#632 Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam"
  1. terima kasih informasinya, sepertinya ini buku menarik untuk di koleksi

    ReplyDelete