Lulu tahu hubungannya dengan Damar sulit untuk diteruskan karena perbedaan di antara mereka. Damar juga menyadari itu. Damar pun merencanakan untuk memberikan kenangan terbaik bagi Lulu, supaya perpisahan di antara mereka tidak terlalu menyakitkan. Tapi Lulu tidak sependapat. Terpuruk karena perpisahan mereka membuat Lulu memutuskan untuk melakukan trip ke Kawah Ijen. Di sana, ada fenomena blue flames yang konon bagi siapa yang melihatnya maka permohonannya akan terkabul. Lulu berharap dia bisa menyaksikan langsung cahaya biru itu, agar dia bisa kembali ke masa lalu. Mungin jika dia tidak pernah bertemu dengan Damar, hatinya tidak akan sesakit saat ini. Permohonan Lulu terkabul. Dia kembali ke masa kuliahnya saat pertama kali bertemu dengan Damar.
Bukan hanya Damar saja. Lulu juga bertemu kembali dengan Sarah, sahabatnya yang sekarang sudah tak ada kabarnya. Juga Dewa, kakak tingkat yang pernah ditaksirnya. Lulu menjalankan misinya untuk menghindari Damar, tapi ternyata itu sulit untuk dilakukan. Meski dijalani sekali lagi, jika takdir sudah berkehendak, maka hasil akhirnya tidak akan berubah.
Mengusung konsep time travel, novel ini menceritakan tentang takdir dan bagaimana menyikapinya. Waktu yang sudah dilalui bukan hanya berisi kenangan indah saja, tetapi juga banyak hal-hal yang tidak menyenangkan yang mengikutinya. Lulu mencoba menjalani tiga bulan di masa lalu membenahi hal yang dianggapnya perlu dibenahi. Ada satu hal yang berkesan dari novel ini yang saya tangkap. Kenangan itu akan menghampiri pas lagi benar-benar butuh. Tidak masalah mengenang masa lalu ketika muncul rasa kangen. Setidaknya kangen itu akan memberikan kehangatan.
Terima kasih GPU atas buntelan bukunya.
Chasing The Blue Flames
Saufina
304 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Agustus, 2022
Be First to Post Comment !
Post a Comment