~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#651 Tragedi Pedang Keadilan



Nagamine Ema pergi menonton festival musim panas, namun dia tidak pernah pulang. Beberapa hari kemudian, mayatnya ditemukan di sungai. Nagamine Shigeki, ayahnya, yang selama ini hanya hidup berdua dengan Ema meratapi kehilangan putrinya dan hanya bisa menunggu proses penyelidikan. Suatu hari Nagamine menerima telepon dari seseorang yang memberikan informasi tentang pelaku pembunuhan anaknya.

Nagamine mengikuti informasi yang diberikan dan menemukan bahwa anaknya tidak hanya dibunuh. Dua pemuda di bawah umur memperkosa anaknya dan merekam kegiatan bejat mereka dalam sebuah video. Saat Nagamine masih syok dengan video itu, Atsuya salah satu pelaku datang. Diliputi emosi dan kemarahan, Nagamine membunuh Atsuya. Nagamine memutuskan untuk membalas dendam kepada pelaku lainnya yang sedang melarikan diri.

Ayah korban pembunuhan kini menjadi pelaku pembunuhan. Nagamine tahu perbuatannya salah, dan dia akan menyerahkan diri setelah membunuh Kaiji, pemuda pelaku pembunuhan anaknya. Nagamine tidak bisa mempercayai sistem hukum untuk anak di bawah umur yang akan memberikan hukuman ringan bagi pelaku. Dia memutuskan menjadi hukum itu sendiri.

Kalau dilihat dari alur cerita, novel ini bukanlah novel misteri. Lebih ke suspense-thriller menurut saya. Pembaca tahu seluruh kejadian, siapa pelaku, gerak-gerik Nagamine yang berusaha balas dendam, juga semua pihak yang terlibat di dalamnya. Meski di akhir cerita, ada satu plot twist, tapi itu tidak mengejutkan.

Saat membaca buku ini, saya sedang menonton drama Korea berjudul Vigilante. Di drama itu, vigilante adalah orang/pihak yang bertindak menghakimi kejahatan karena tidak mempercayai sistem hukum yang berlaku. Nagamine juga seorang vigilante. Tindakannya bahkan menarik perhatian publik, dan banyak yang meminta polisi menghentikan pencarian terhadap Nagamine. Di sisi lain, polisi bertindak sebagai penjaga ketertiban di masyarakat, termasuk melindungi sistem hukum yang berlaku. Beberapa polisi dalam novel ini pun menunjukkan kegalauannya dalam menghadapi kasus Nagamine.
Pedang keadilan itu memang bermata dua.

Hal lain yang disoroti dalam novel ini adalah sikap orangtua. Ada dua kubu orangtua. Yang pertama adalah orangtua korban. Saat menghadapi anaknya terbunuh, kesabaran orangtua menghadapi sistem hukum yang lamban (dan belum tentu memuaskan) menjadi ujian terberat yang harus dihadapi dalam keadaan berduka. Kubu kedua adalah orangtua pelaku. Dalam novel ini, orangtua pelaku ada yang bersikap tak mau tahu, tetapi tetap meyakini anaknya tidak sepenuhnya bersalah, bahkan berusaha mencari pembenaran untuk anaknya. Bagaimanapun itu, semua orangtua dalam novel ini hanya ingin menunjukkan kasih sayang mereka pada anaknya.

Tragedi Pedang Keadilan
Keigo Higashino
464 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Januari, 2024


Be First to Post Comment !
Post a Comment