Judul Buku : Di Tanah Lada
Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Halaman : 244
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Salva adalah seorang anak kecil yang pintar. Di usianya yang ketiga, Kakek Kia (kakeknya) memberikan sebuah kamus bahasa Indonesia padanya agar dia bisa berbahasa dengan baik dan benar. Sejak itu, Salva selalu mencari arti dari kata-kata yang didengarnya di kamus untuk menambah kekayaan pengetahuannya.
Salva tinggal bersama Papa dan Mamanya. Papanya orang jahat, dia selalu memarahi Salva dan memukulnya dengan sisir. Papanya tidak suka padanya. Mamanya adalah seorang perempuan yang baik, senyumnya menawan, dan sayang padanya. Di benak kecil Salva tertanam, semua papa adalah orang jahat dan semua mama adalah orang baik.
Tetapi pikirannya berubah saat bertemu dengan P, seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang tinggal di rumah susun Nero. Salva dibawah kesana oleh papanya, karena rusun itu dekat dengan rumah judi. Meski Mama tidak suka dengan rumah baru mereka, Mama tetap tidak bisa melawan Papa. P juga mempunyai papa yang jahat, sementara P tidak mengenal mamanya. Kata P, mamanya pergi ketika dia masih kecil. Berarti semua mama itu tidak peduli anaknya. Yah kadang-kadang mamanya Salva juga begitu, dia melupakan Salva beberapa kali. Bersama P, Salva mulai mengenal orang-orang baru di rusun. Ada kak Suri yang cantik, ada mas Alwi yang pintar menyanyi. Ada juga Bu Ratna pemegang kunci rumah susun. Bersama P, Salva merasa lengkap. Seperti salt dan pepper di meja makan yang selalu bersama. Tanpa ada lada, garam masih bisa berguna. Tapi makanan akan lebih enak jika kau bubuhi garam dan lada.
Di Tanah Lada adalah novel tentang kehidupan anak yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari orang tua. Tentang anak-anak dalam keluarga yang tidak harmonis. Dari sudut pandang Salva yang berumur 6 tahun, kita bisa melihat bagaimana mereka menghadapi hari-hari penuh ketakutan. Mereka sampai bermimpi ingin menuju ke bintang dimana hanya ada kedamaian di sana. Sudut pandang yang sepertinya sederhana, tetapi ada makna mendalam di sana.
Yang menarik dari novel ini adalah cara bertuturnya yang benar-benar seperti anak kecil yang bercerita. Kadang tidak runtut, ada tambahan sana-sini, seperti anak yang meracau. Akibatnya, pembaca akan benar-benar dibawa mengalami hari-hari seperti Salva. Hanya saja, Salva terlalu pintar untuk anak seusianya, sehingga seringkali kosakatanya seperti orang tua. Beberapa kali, Salva juga menambahkan makna dari kata-kata yang "diceritakannya", membuat novel ini seperti kamus rasanya. Maklum saja, Salva memang pencinta kamus. Tapi jangan kuatir, anda akan menikmatinya. Saya rasa novel ini memang layak jadi pemenang kedua Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014, karena menulis secara konsisten dari rapi dari sudut pandang seorang anak kecil itu tidaklah mudah.
Tanah Lada [kb.] : Tanah yang menumbuhkan kebahagiaan (hal.217)
Saya sempat bertanya-tanya, Tanah Lada itu di mana? Setelah googling, ternyata Tanah Lada itu adalah Lampung. Memang ada sedikit petunjuk tentang Lampung yang disinggung dalam novel ini, itupun hanya sebatas tujuan pelarian Salva dan P. Selebihnya tidak diulas. Jadi jangan berharap banyak ada ulasan tentang Lampung di sini, karena Tanah Lada bagi Salva bukanlah kota Lampung. Tanah Lada adalah rumah Nenek Isma, tempatnya bisa menemukan kebahagiaan di bawah bintang-bintang.
Ini karya pertama Ziggy yang saya baca. Saya pernah mengatakan ingin membandingkan tulisan Ziggy dengan tulisan Ginger (pseudonym-nya Ziggy). Agak sulit karena di buku Dear Miss Tuddels itu genrenya historical romance, sementara Di Tanah Lada ini adalah realistic fiction. Tapi keduanya punya kesamaan: kerapian dan kemampuan penulis mengajak pembaca menjiwai tokoh yang ditulisnya.
Yang pasti kamu tidak akan menyesal membaca novel ini. Karena novel semacam ini masih langka di Indonesia :)
Be First to Post Comment !
Post a Comment