~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#416 Alias


Judul Buku : Alias
Penulis : Ruwi Meita
Halaman : 236
Penerbit : Rak Buku

Jeruk Marsala adalah seorang penulis novel romantis yang cukup tenar. Tiga dari enam novelnya telah diangkat ke layar lebar. Saat ini dia sedang mempersiapkan novelnya yang ketujuh. Namun seorang penulis lain, bernama Rinai, rupanya mencuri perhatian publik. Dua novel horor karya Rinai laku di pasaran. Bahkan rumah produksi yang tadinya ingin membeli novel Jeruk untuk dijadikan film, membatalkan rencana itu dan mengalihkannya ke novel milik Rinai.


Sebenarnya Jeruk tidak merasa kuatir dengan ketenaran Rinai. Karena Rinai adalah nama alias Jeruk sendiri. Sudah lama Jeruk hendak menulis novel bertema horor, sayangnya editornya tidak setuju. Akhirnya Jeruk menciptakan Rinai sebagai penulis novel horor. Jeruk juga meminta kesediaan Darla, sahabatnya untuk menhandle akun media sosial dan persuratan untuk Rinai.
Jeruk tidak sembarangan memilih nama Rinai. Nama itu diperolehnya dari liontin milik neneknya yang ditemukannya di dalam laci. Yang Jeruk tidak sadari adalah ada dendam yang hidup di dalam liontin itu. Darah Jeruk yang menetes di atas liontin itu saat berusaha membukanya melepaskan roh Rinai yang sesungguhnya.

Sudah kubilang. Dendam tidak pernah padam bukan? 

Nuansa mistis dan horor dalam novel ini terasa sejak awal memegang bukunya, dengan cover yang menampilkan gambar liontin dan warna hitam (plus saya mendapatkan notebook dan pensil karakter yang lumayan spooky tapi keren bersama buku ini... Thanks mbak Ruwi).Tetapi horor bukan satu-satunya nuansa dalam buku ini, ada thriller-nya juga ketika Rinai memutuskan untuk membalaskan dendam sesuai dengan apa yang ditulisnya di dalam novel. Ketegangan semakin memuncak ketika sosok Eru muncul. Eru yang misterius hadir dengan penjelasan yang membuat Jeruk mulai menyadari apa yang dilakukannya.

Novel ini mengangkat ide tentang penggunaan nama alias atau pseudonym oleh seorang penulis novel untuk menulis dengan genre yang berbeda. Hal semacam ini sudah sering dilakukan oleh beberapa penulis, terutama yang sudah terkenal di satu genre tertentu. Tapi bagaimana jika pseudonym atau nama alias itu benar-benar nyata dan mengambil alih kehidupan si penulis? Di sinilah dipertaruhkan harga untuk sebuah nama.

Di dalam novel ini disebutkan bahwa novel romance memang selalu punya peluang lebih besar untuk diterbitkan, tetapi novel horor/thriller punya pasarnya sendiri. Hanya saja saya merasa ketika membandingkan ketenaran antara Jeruk yang sudah menulis novel romance sampai 6 buku dengan Rinai yang baru menulis 2 novel horor agak sedikit berlebihan. Di dunia nyata, ada banyak penulis novel yang sudah menerbitkan banyak karya, tapi sangat jarang yang merasa insecure dengan kehadiran penulis lainnya, apalagi dari dua genre yang berbeda.

Namun novel ini menghibur dengan caranya sendiri. Saya menyukai penggunaan unsur anagram di dalam novel ini. Begitu pula dengan alur ceritanya yang rapi dan membangun ketegangan sejak awal kisah membuat saya tidak bisa melepaskan buku ini sampai selesai. Background lokasi di Jogja juga membuat saya lebih mudah menyerap kisahnya Tapi kalau boleh, saya ingin porsi Eru lebih banyak lagi. Saya penasaran dengan kisah Jeruk dan Eru selanjutnya.
Well...buat kamu yang ingin mencicipi misteri bernuansa horor karya anak bangsa, saya merekomendasikan novel Alias ini.

3 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment