Judul Buku : The Lady in Red
Penulis : Arleen A.
Halaman : 357
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Betty Liu dan keluarganya merupakan imigran dari Tiongkok. Kedua orang tuanya datang ke Amerika jauh sebelum Betty lahir. Betty sendiri adalah anak yang cerdas, dan berkat kemampuan otaknya itu dia bisa masuk ke Redwood High School, sekolah bergengsi yang diperuntukkan untuk keluarga berada. Di sanalah dia bertemu dengan Robert Wotton, anak dari pemilik Wotton Farm yang terkenal.
Robert jatuh cinta pada Betty saat pandangan pertama. Tapi Robert hanya mampu menatap rambut indah Betty. Hingga suatu hari Robert memberanikan diri menawarkan kepada Betty untuk mengunjungi peternakannya. Betty tertarik, dan sejak saat itu keduanya menjadi akrab. Betty menyayangi Robert sebagaimana Robert menyayanginya. Keduanya memutuskan untuk menikah dan tinggal di Wotton Farm.
Tiga generasi setelahnya, dari pernikahan Robert dan Betty terlahirlah Henry dan Rhonda Roth. Wotton Farm semakin berkembang, dan kini Henry mengambil alih pengelolaan Wotton Farm, dibantu oleh Nana Betty. Henry juga memiliki seorang pekerja bernama Greg, yang juga adalah teman sepermainannya. Rhonda sudah menaruh hati pada Greg sejak mereka masih kecil, dan Greg juga menyayangi Rhonda. Sayangnya keduanya memendam perasaan mereka.
"Terkadang risiko memang harus diambil untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan."
Membaca novel ini seperti membaca dongeng dari Wotton Farm. Memang ada dongeng tentang gadis bertopi merah dan serigala yang disisipkan sebagai interlude. Tetapi fokus utama ada pada dua orang wanita, Betty dan Rhonda. Ada kesamaan antara kedua lady ini. Keduanya memiliki kisah cinta yang berbeda kasta. Jika di kisah Betty, dialah si pendatang dari keluarga sederhana di keluarga Wotton, di kisah Rhonda sebaliknya. Ketika Betty berani mengambil risiko untuk bersama dengan Robert, Rhonda memilih untuk menyerah pada nasib yang membawanya kepada pria lain.
Hal menarik sekaligus membuat saya bertanya-tanya adalah pemilihan timeline untuk novel ini. Diawali dari tahun 1920 hingga 2020. Hampir satu abad lamanya. Saya masih bisa mengerti ketika tahun 1920 dipilih sebagai awal timeline, mungkin ingin mengisahkan perjalanan kedua orangtua Betty sebelum Betty lahir (kalau tidak salah Betty lahir di tahun 1926, kalau dihitung dari usia hidup Betty). Tapi mengapa harus sampai tahun 2020? Di periode waktu antara 2019-2020 tidak ada hal istimewa terkait masa akan datang yang ditampilkan. Teknologi Whatsapp dan obat terlarang Liquid X bukan lagi hal yang baru di masa itu. Hanya saja, jika menilik pada judulnya The Lady in Red yang saya yakin merujuk pada Betty, bisa jadi penulis ingin menyajikan pergumulan yang dialami oleh Wotton Farm untuk bisa tetap berdiri.
Selain kisah cinta, ada unsur dendam juga yang ditampilkan dalam novel ini. Begitu juga sedikit informasi mengenai peternakan. Kalau ada hal yang saya anggap sebagai kekurangan adalah pemilihan diksinya yang baku, membuat novel ini seperti terjemahan. Mungkin karena setting-nya di Amerika ya. Padahal penulisnya asli orang Indonesia lho... dan karyanya sudah banyak pula. Tapi saya malah jadi penasaran untuk membaca karyanya yang lain.
Terima kasih Arleen, untuk novel dengan sampul yang memikat dan kisah yang indah ini.
Be First to Post Comment !
Post a Comment