~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#480 Affectum


Judul Buku : Affectum
Penulis : Nessa Theo
Halaman : 144
Penerbit : El-Markazi


Entah itu konflik, penyakit, maupun maut, suatu hari, kita akan berpisah. Maka, biarkanlah aku mencintaimu saat ini,. Biarkan detik demi detik ini menggenapi.


Suatu hari, seorang penulis menghubungi saya via surel yang menawarkan bukunya untuk di-review. Judulnya Affectum, katanya. Mendengar judulnya saja saya penasaran dan segera mencari tahu apa artinya. Menurut Google, affectum adalah bahasa Latin yang merupakan bentuk plural dari affectus. Artinya bisa mood, feeling, emotion, simphaty or love.

Affectum berisi 15 kisah dan puisi. Dilengkapi dengan illustrasi hitam putih, semua prosa di dalam buku ini menceritakan satu kata : kesepian. Ada yang kesepian karena belum bertemu pujaan hati, ada yang kesepian setelah melewati rintangan, dan ada yang kesepian karena pilihan. Kesepian ini dirangkai dengan begitu indah lewat pilihan kata yang apik.

Cerpen pertama berjudul Malam Ke-82 yang mengisahkan tentang seseorang yang mengibaratkan dirinya sebagai seekor pungguk yang merindukan bulan. Kemudian kisah kedua berjudul Satu Meter, tentang seorang cowok yang tidak berani mengungkapkan perasaannya. Sebelum masuk ke kisah ketiga berjudul Dia dan Seonggok Malam yang bercerita tentang percakapan di bawah langit malam kota New York, ada sebuah puisi tentang Penantian. 

Sebuah puisi Affliction mengantar pembaca pada kisah Kesempurnaan Semu tentang seorang gadis yang kesepian tetapi selalu terlihat ramai. Lalu dua puisi Denganmu dan Aku dan Bumi menjadi jeda sebelum kisah Katalogia tentang seorang petugas katalog di sebuah toko buku. Berikutnya ada puisi Telah Tenggelam dan kisah Naungan Gulita tentang kisah cinta beda kepercayaan. Selanjutnya ada puisi Kenikmatan Hampa, dan kisah Aksara Untuk Lara yang mengangkat topik  wanita lain. Kisah terakhir adalah Melewatkan Titik Temu tentang seorang pemain cello, dan kemudian ditutup dengan puisi Surat Ulang Tahun.

Kisah favorit saya adalah Katalogia yang berakhir cukup tragis. Mungkin karena latar belakangnya adalah sebuah toko buku, atau karena cara penulis melihat katalog yang adalah hal sederhana kemudian diangkat menjadi ide cerita membuat saya terpesona. Sementara puisi favorit saya adalah Aku dan Bumi. Itu semata-mata karena saya berhenti di halaman puisi itu cukup lama untuk memaknai kata-katanya.

Seperti yang saya tuliskan sebelumnya bahwa ada tema utama yang saya dapatkan saat membaca buku ini, yaitu kesepian. Rasa itu juga menggelayuti saya selama membacanya. Nelangsanya kerasa sampai di halaman terakhir. Tapi tenang saja, itu dalam artian bagus. Satu kalimat yang terlintas di benak saya saat menutup buku ini adalah kesepian itu ternyata bisa menjadi sesuatu yang indah.

Pilihan warna hitam putih, baik itu ilustrasi maupun layout halamannya membuat tampilan bukunya menarik. Apalagi ada halaman-halaman yang dipersiapkan khusus untuk quote. Kekurangan buku ini hanya satu, ada beberapa puisi yang ukuran hurufnya terlalu kecil dengan model huruf ala callygraphy, sehingga memaksa mata saya beradaptasi lebih lama.

Menariknya lagi, penulisnya adalah gadis belia. Di halaman terakhir buku ini saya mendapatkan informasi bahwa Nessa masih berumur 16 tahun. Wow!! Umur segitu saya mah nulisnya di buku harian saja, Nessa sudah menerbitkan satu karya yang dibukukan. Menurut penulisnya, buku ini akan terbit sekitar awal bulan Maret. Silahkan menghubungi Nessa Theo untuk informasi lebih lanjut.

4 stars
Be First to Post Comment !
Post a Comment