~ karena membaca adalah candu dan menuliskannya kembali adalah terapi ~

#533 Aku dan Buku


Judul Buku : Aku dan Buku
Penulis :  Busyra,  Abduraafi Andrian, Maura Finessa, Truly Rudiono, Teddy W. Kusuma, Nurina Widiani, Pauline Destinugrainy Kasi, Alvina Ayuningtyas , Selviya Hanna.
Halaman : 100
Penerbit : bukuKatta

Pada pertengahan September 2016, saya mendapatkan email dari Steven Sitongan, seorang pembaca dan penggiat buku dari Ambon. Saya mengenal Steven lewat Blogger Buku Indonesia (BBI), dan ternyata kami berasal dari almamater yang sama, Biologi UGM. Steven mengajak saya untuk berkolaborasi menulis antologi narasi "Aku dan Buku". Niat awalnya bermula karena banyak kalangan yang seakan pesimis soal niat baca di Indonesia. "Bukankah masih ada banyak orang yang menyukai bacaan dan terlibat aktif di dalam menyebarkan virus membaca? Ada para pegiat taman bacaan masyarakat, penjual buku, hingga narablog dan pengguna Goodreads yang tidak pasif menyuarakan nikmatnya mencecap pengetahuan dan pengalaman dari sebuah buku. Pengalaman seru seseorang akan buku niscaya akan memberikan sebuah efek berantai yang tak terhitung". Begitu kalimat yang dituliskan Steven di emailnya yang membuat saya akhirnya tertarik dan tertantang untuk menulis. 

Saat itu yang terpikir dalam benak saya adalah bahwa tinggal di sebuah kota yang minim dengan toko buku tidak menjadi alasan untuk menurunkan minat baca saya. Kesibukan kerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga juga bukan batu sandungan untuk membaca buku. Saya menuliskan pengalaman saya melahap buku dalam versi digital, karena memudahkan saya membaca kapan saja dan di mana saja. "Buku di Ujung Jari" adalah satu cerita yang saya bagikan di dalam antologi ini.

Meskipun saya adalah salah satu kontributor dalam buku ini, review saya kali ini mengulas tulisan para kontributor lainnya. Sejujurnya saya sendiri lupa sama tulisan saya, sampai ketika tadi saya membacanya barulah saya ingat.

Buku ini berisi kumpulan kisah pribadi para kontributor terkait buku dan membaca buku. Ada yang membahas tentang perpustakaan, kesukaan membeli buku, buku pertama di masa kecil, asuransi buku, seorang intover dengan buku sampai terjemahan tulisan Nail Gaiman tentang membaca buku. Tapi satu tulisan yang membuat saya terharu sampai mau nangis karena membatin "gilaaa... ini aku banget, duh.. iya kok sama di pikiranku" adalah tulisan Nurina tentang buku romance. Bahwa dengan membaca roman, seseorang bisa jatuh cinta berkali-kali tanpa berselingkuh. Bahwa roman mengajarkan kedewasaan, dan bukan sekadar kisah cinta picisan.

Beberapa waktu lalu ada dokter selebtwit yang melarang followernya membaca buku romance atau nonton drama korea. Katanya bikin hidupmu ga nyata, terjebak dalam romantisme yang tidak ada di dunia nyata. Kurang lebih begitulah. Rasanya pengen ngirimin buku ini ke si bapak biar dia tahu apa yang terjadi pada pembaca romance. Tapi setelah saya mikir2, si bapak mah uangnya banyak. Beli sendiri aja buku ini. Toh keuntungan penjualan buku ini juga akan diberika pada lembaga yang bergerak di dunia literasi. :))

Trus kok ga kasih bintang 5, nggak sayang apa sama buku sendiri? Well... saya juga reviewer. Dan saya harus objektif. Cetakan pertama ini masih banyak typonya... (timbun bapak editor...huahaha). Doakanlah (dan belilah) buku ini supaya ada cetakan berikutnya sehingga typonya bisa diperbaiki. Dan juga kurang tebal sih.


Be First to Post Comment !
Post a Comment