Matara telah tamat SD. Sayangnya dia tidak diterima pada SMP favorit di Jakarta. Mamanya marah dan kecewa. Solusinya Mata dan keluarganya akan pindah dari Jakarta. Kebetulan Papa Mata juga sudah resign dari tempat kerja sebelumnya, dan mendapatkan pekerjaan di wilayah timur laut Indonesia. Tepatnya di Pulau Gapi, Ternate. Namun ternyata di tempat yang baru, Mata tidak masuk ke sekolah umum. Dia belajar di rumah bersama Mama sebagai tentornya. Selain Mama, ada juga Pak Zul yang mengajarkan mengaji dan Bahasa Arab.
Mata mengikuti pelajaran dengan terpaksa. Tapi lama kelamaan dia menikmati pertemuan dengan Pak Zul, karena selain mengaji Pak Zul juga menceritakan tentang legenda Pulau Gapi. Hingga suatu hari Mata menghadiri sebuah acara peringatan hari jadi kota yang diadakan besar-besaran di pusat kota. Di perayaan itu terjadi suatu peristiwa dimana banyak orang menjadi kerasukan dan Sultan tiba-tiba tidak sadarkan diri. Kejadian itu menjadi berita besar di mana-mana.
Rasa penasaran juga menyelimuti Mata. Berdasarkan penjelasan dari Pak Zul, kejadian itu ada hubungannya dengan keberadaan pusaka kesulatanan di Pulau Gapi. Pemerintah saat ini membolehkan reruntuhan benteng tua yang menjadi pusaka Gapi dijadikan tempat belanja. Cerita itu menghantui Mata sehingga dia tidak konsentrasi belajar dan dimarahi mamanya. Mata bertekad akan menjelajah untuk menuntaskan rasa penasarannya.
Petualangan Mata di Tanah Melus berlanjut ke Pulau Gapi. Kali ini Mata memiliki misi menyelamatkan pusaka Pulau Gapi. Ditemani Molu, seekor kucing ajaib, dan Gama, anjing peliharaan Sultan yang bereinkarnasi menjadi seekor laba-laba, Mata memulai petualangannya. Masih senada dengan buku #1, buku #2 dari Serial Mata ini juga memuat unsur fantasi yang bermuatan sejarah lokal. Ada kisah perjuangan sejak jaman penjajahan Portugis, Belanda hingga Jepang. Semuanya diramu dalam sebuah kisah yang menarik dan membuat pembaca ingin segera membalik halaman untuk mengetahui kelanjutan kisah Mata. Ada rahasia keramat terkait pusaka kesultanan yang harus dijaga oleh Molu dan Gama. Kedua makhuk immortal ini menjadikan Mata sebagai teman bertualang.
Okky selalu mencoba mengangkat mitos atau sejarah budaya lokal yang menjadi latar belakang setiap buku pada serial Mata. Seperti pada buku ini, ada mitos tentang dua ekor buaya yang menjaga Ternate. Kisah dua ekor buaya ini merupakan reinkarnasi sepasang suami istri yang ditugaskan Sultan untuk menjaga pusaka Ternate.
Okky selalu mencoba mengangkat mitos atau sejarah budaya lokal yang menjadi latar belakang setiap buku pada serial Mata. Seperti pada buku ini, ada mitos tentang dua ekor buaya yang menjaga Ternate. Kisah dua ekor buaya ini merupakan reinkarnasi sepasang suami istri yang ditugaskan Sultan untuk menjaga pusaka Ternate.
Novel ini tidak tebal, hanya 256 halaman. Setiap bab juga isinya tidak panjang, sehingga memudahkan bagi anak-anak untuk menyimak isi ceritanya. Bahasanya juga disesuaikan dengan anak-anak. Dan tentunya kisah fantasi yang ajaib membuat anak-anak akan tertark membacanya. Oh iya, kisah Gama si laba-laba yang pandai merangkai kata-kata dengan jaringnya mengingatkan saya pada Charlotte's Web.
Seharusnya saya membaca buku ini di akhir tahun 2018, saat buku ini diluncurkan. Dan akhirnya baru terealisasi di tahun 2019, ketika buku #3 yang berjudul Mata dan Manusia Laut terbit bulan Mei 2019. Meskipun sebenarnya kisah Mata ini bisa dibaca sebagai cerita yang terpisah, tapi rasanya sayang jika harus melewatkan urutan serialnya.
Mata dan Rahasia Pulau Gapi
Okky Madasari
256 halaman
Gramedia Pustaka Utama
November, 2018
Saya terkesan dengan pilihan penulis untuk membuat cerita anak, dan sampai sekarang saya baru membaca buku pertamanya, Petualangan Mata di Tanah Melus.
ReplyDeleteHanya saja menurut saya format buku setebal ini masih belum pas dibaca oleh anak di bawah kelas lima SD. Selain seperti novel, kisah Mata ini bisa dikatakan panjang. Saya justru condong berpikir buku ini pas dibacakan orang tua untuk anak mereka. Begitu pendapat saya, hehe.